‘Akhirnya biang keladi penyebab kekalahan itu pensiun juga’. Itulah rangkuman dari beberapa tanggapan yang saya dapat dari linimasa media sosial tentang pensiunnya Martin Demichelis.
Kalau kamu adalah suporter Manchester City atau timnas Argentina, kamu pasti akan sulit lupa dengan pemain yang satu ini. Ironisnya, hal yang mudah diingat dari seorang Demichelis adalah kesalahannya yang berujung gol bagi lawan.
Malam itu, final Piala Dunia 2014 berlangsung. Pertandingan telah memasuki babak kedua perpanjangan waktu dan Thomas Muller berlari-lari kecil di area pertahanan Argentina. Dengan tenang Demichelis mengikuti pergerakan Muller dan tanpa disadarinya, Mario Gotze berlari masuk ke daerah yang ditinggalkannya.
Hanya beberapa detik kemudian Jerman bersorak. Demichelis tertunduk lesu. Kesalahannya mengantisipasi pergerakan lawan berujung pada lepasnya trofi paling megah di jagat sepak bola.
Akrab dengan blunder
Dua tahun berselang, Demichelis kembali tampil mengawal lini belakang kesebelasan berbaju biru. Kali ini seragam yang dikenakannya berwarna biru muda milik Manchester City. Pertandingan memasuki menit ke-15 tatkala seorang remaja bernama Marcus Rashford mendapat sodoran bola dari rekannya.
Baca juga: Menerka Nasib Marcus Rashford di Manchester United
Dengan cepat ia bergerak menuju gawang City dan hanya dengan satu sentuhan ia membuat Demichelis berputar-putar di tanah untuk menyaksikan gol cantiknya yang membawa Manchester United menang 1-0 di kandang rival sekotanya.
Catatan fenomenal Demichelis di atas belum termasuk blunder-blunder lainnya seperti tekel telatnya pada Lionel Messi yang berujung kartu merah, pelanggarannya yang berakibat pada penalti untuk Wigan yang meloloskan mereka ke semifinal Piala FA 2013/2014, dan gol bunuh dirinya kala The Citizens bersua Queens Park Rangers di musim 2013/2014.
Duetnya dengan Eliaquim Mangala juga menjadi duet bek favorit bagi para penyerang Liga Primer Inggris saking mudahnya menembus lini pertahanan City kala dua bek tersebut berdiri menghuni lini belakang The Citizens.
Terlepas dari segala macam blunder yang pernah dibuatnya, Demichelis merupakan pemain dengan prestasi yang tak bisa dianggap remeh. Pemain setinggi 184 sentimeter ini dua kali menjuarai Liga Argentina Clausura ketika bermain di River Plate, empat kali meraih titel juara Bundesliga bersama Bayern Munchen, dan menjadi bagian dari skuat Manchester City kala meraih trofi Liga Primer Inggris 2013/2014.
Di level timnas, Demichelis termasuk dalam generasi runner-up Argentina yang kalah di final Piala Konfederasi 2005, menempati posisi kedua Piala Dunia 2014, dan menjadi finalis Copa America 2015.
Kesunyian di penghujung karier
Usai tiga tahun bermain di Etihad Stadium, Demichelis kembali ke Liga Spanyol untuk memperkuat Espanyol di awal musim 2016/2017. Namun ia hanya tampil dua kali dalam balutan seragam Espanyol. Di bursa transfer Januari 2017 ia dilepas Espanyol dan kembali ke Malaga, klub yang pernah dibelanya dalam kurun waktu 2011-2013.
Demichelis memang memiliki rekam jejak manis bersama Malaga. Ia termasuk dalam skuat Malaga yang finis di empat besar klasemen Liga Spanyol 2011/2012 dan di musim berikutnya sukses menembus perempat-final Liga Champions.
Kini di Malaga, Demichelis menjalani musim terakhirnya di sepak bola profesional. Nyaris tak ada kabar menarik dari Demichelis dalam setahun terakhir. Begitu sunyi, hingga kemudian dua hari lalu, dalam konferensi pers ia berkata bahwa konsentrasinya sudah melemah dan kaki-kakinya tak sekuat dulu lagi. Ia memutuskan gantung sepatu akhir musim ini
17 tahun adalah perjalanan karier yang panjang bagi Demichelis. Meskipun ia sangat akrab dengan dosa-dosa besar di lini pertahanan dan kesunyian menerpanya di penghujung karier, Demichelis tetap layak mendapat penghormatan sebagai salah satu bek tangguh yang pernah dimiliki Argentina.
Farewell, Martin!
Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.