Kolom

Pergeseran Makna Medioker untuk Liverpool

Liverpool yang harus ditahan imbang Bournemouth beberapa waktu lalu (6/4).

Dunia terbalik ala Liverpool

Alhasil, Liverpool sering merasa frustrasi dan kebingungan sendiri dalam menghadapi lawan dengan strategi serupa. Belum lagi dengan cedera yang sempat dialami roh permainan tim, Coutinho. Umpan-umpan pemain Liverpool jadi sering tak terkontrol. Target pun direvisi suporter sendiri: Dari impian juara, menjadi tiket Liga Champions musim depan.

Di fase ini, Liverpool dihadapkan pada fakta sulitnya menghadapi tim medioker, sementara kontra tim enam besar, acapkali menang meyakinkan. Chelsea, Tottenham, City, Arsenal, hingga United, tak sekalipun bisa mengalahkan The Reds di Liga Primer musim ini. Bahkan Liverpool sukses menang lima kali sementara sisanya imbang. Ini belum ditambah kemenangan dobel kontra rival sekota, Everton, musim ini.

Terlepas dari Leicester dengan status juara bertahannya, bandingkan nama-nama di atas dengan tim-tim sekelas Burnley, Bournemouth, Swansea, hingga Crystal Palace. Nama-nama yang dianggap medioker itu tiba-tiba menjelma bak tim raksasa dengan mengalahkan Liverpool. Belum lagi dua hasil imbang penuh rasa frustrasi kontra Southampton dan (lagi-lagi) Bournemouth.

Keberhasilan strategi defensif tim-tim medioker tersebut juga belakangan menjalar di Anfield. Dalam tiga partai terakhir, Liverpool tak pernah menang. Akhir April lalu ironi besar menimpa Klopp saat melihat tim asuhannya dibobol tak hanya sekali, tapi dua kali oleh mantan pemainnya, Christian Benteke. Rata-rata Liverpool kebobolan lewat serangan balik cepat atau hasil umpan silang.

Mulai terbiasa

Sebaliknya di laga tandang, Liverpool berhasil mencatatkan empat kemenangan beruntun. Di tiga laga tandang sebelum melawat ke markas West Ham United akhir pekan lalu, kemenangan The Reds didapat berkat sesuatu yang sulit diprediksi mulai dari tendangan keras jarak jauh dan ping-pong sundulan Firmino ke gawang Stoke City dan West Bromwich Albion, hingga calon gol terbaik musim ini oleh Emre Can, lewat sepakan akrobatiknya.

Tak mau terus menerus jadi korban klub medioker, Liverpool mulai bangkit dan penegasan itu terjadi akhir pekan lalu di Stadion Olimpiade London. Sempat kesulitan menembus pertahanan kokoh West Ham, asis brilian Coutinho membelah lini belakang sebelum diselesaikan Sturridge. Pemain asal Brasil itu turut menyumbang dua gol, sebelum ditutup sontekan Divock Origi pada kemenangan 4-0 Liverpool.

Meski dipastikan kembali gagal jadi juara, Liverpool kini selangkah lagi menggapai target ke Liga Champions musim depan. Pertandingan kontra klub medioker selanjutnya yang juga sudah dipastikan terdegradasi, Middlesbrough, tak ubahnya final terbesar bagi Klopp selama menangani The Reds mengingat Arsenal sewaktu-waktu berpeluang untuk menyalip di tikungan paling akhir.

Author: Perdana Nugroho
Penulis bisa ditemui di akun Twitter @harnugroho