Kolom

Pergeseran Makna Medioker untuk Liverpool

Liverpool Football Club, sebuah nama menyeramkan bagi setiap lawan pada era 1970 hingga 1980-an. Total sebelas trofi Liga Inggris dan empat Piala Champions (kini Liga Champions) berhasil direngkuh The Mighty Reds, julukannya kala itu. Sayangnya, seiring berjalannya waktu, kejayaan Liverpool mulai memudar.

Saat artikel ini diterbitkan, sudah 27 tahun dan 11 hari sejak kali terakhir Liverpool jadi juara liga. Klub asal Merseyside ini bahkan belum sekalipun mengangkat trofi Liga Primer Inggris yang dimulai tahun 1992 silam. Trofi teranyar yang didapat adalah Piala Liga Inggris, lima tahun lalu.

Meski demikian, bukan berarti The Reds tak pernah bangkit. Pada beberapa musim terakhir di Liga Primer, Liverpool  tercatat sudah dua kali nyaris keluar sebagai juara, yakni pada 2008/2009 dan 2013/2014. Dalam dua kesempatan itu, klub yang bermarkas di Anfield tersebut harus rela finis sebagai peringkat kedua.

Musim ini, kebangkitan sempat menghampiri anak asuh Jurgen Klopp tersebut. Di awal musim, Liverpool tampil perkasa dan trengginas. The Reds pun digadang-gadang sebagai pesaing gelar juara Liga Primer bersama Manchester City. Namun, penyakit inkonsistensi kembali menghinggapi Jordan Henderson dan kawan-kawan.

Sempat terbang tinggi

Pekan pembuka Liga Primer 2016/2017 dijalani Liverpool dengan luar biasa. Sempat tertinggal dari tuan rumah Arsenal, The Reds menang 4-3 berkat trisula maut, Sadio Mane, Roberto Firmino, dan Philippe Coutinho. Sempat kalah secara mengejutkan dari klub promosi Burnley dan ditahan imbang Tottenham Hotspur, Liverpool kemudian terbang tinggi.

Kontra juara bertahan, Leicester City, dan jawara musim ini, Chelsea, The Reds sukses mencatatkan kemenangan lewat permainan atraktif dan menyerang. Dua pekan setelahnya, tim medioker, Hull City dan Swansea City dibungkam tanpa banyak kesulitan. Setelahnya, pertandingan North West Derby kontra Manchester United di Anfield tak disangka turut mengubah strategi hampir tiap lawan Liverpool.

Kegemaran manajer Red Devils, Jose Mourinho, dalam menumpuk banyak pemain di daerah pertahanan sendiri, membuat Firmino dan kawan-kawan kebingungan dan hanya bisa bermain imbang tanpa gol. Hingga akhir tahun lalu, Liverpool memang tetap berada pada jalur yang tepat, tapi strategi yang membuat laga jadi membosankan akhirnya dialami kembali oleh The Reds.

Januari 2017 jadi periode paling kelam Liverpool musim ini. Di tengah padatnya jadwal dan kehilangan Mane karena memperkuat timnas Senegal di Piala Afrika 2017, Liverpool hanya mampu meraih satu kemenangan dari empat pertandingan. Klub asuhan Klopp bahkan menelan kekalahan dari Swansea di Anfield, satu dari tiga rentetan hasil buruk di semua kompetisi.

Keberhasilan klub-klub medioker dalam menahan hingga mengalahkan Liverpool lewat strategi bertahan total dan mengandalkan serangan balik menginspirasi sesamanya. Pertandingan The Reds jadi jauh lebih membosankan karena sebagian besar yang terjadi adalah bagaimana menembus pemain lawan yang ditumpuk di belakang.

Previous
Page 1 / 2