Eropa Champions League

Mengenang Kejayaan Juventus di Liga Champions 1995/1996

Wakil Italia, Juventus, berhasil melangkah ke final Liga Champions Eropa musim 2016/2017 setelah menyingkirkan tim kejutan asal Prancis, AS Monaco, dengan agregat gol 4-1.  Pada laga pertama di Stade Louis II, Gianluigi Buffon dan kolega menang 2-0 sementara di Turin, Si Nyonya Tua kembali menang 2-1. Mereka dijadwalkan meladeni Real Madrid pada final Liga Champions Eropa musim ini yang akan dilangsungkan di Cardiff, Wales pada 3 Juni mendatang.

Karena Juventus melaju ke final, akhirnya final Piala Italia jadi dimajukan. Juventus akan berhadapan dengan Lazio di final Piala Italia musim ini pada 2 Juni. Namun, akhirnya final dimajukan ke 17 Mei. Jika tidak ada halangan, Juventus bisa meraih tiga gelar (treble) musim ini; Serie A, Piala Italia, dan Liga Champions Eropa, sekaligus mengulang catatan manis Internazionale Milano pada 2009/2010 lalu

Dua musim lalu, Juventus melaju ke final dengan mengalahkan Real Madrid. Namun, di final mereka harus menyerah atas Barcelona dengan skor 1-3 di final yang berlangsung di Berlin, Jerman.

Kiper Juventus, Gigi Buffon, mengatakan bahwa tujuan akhir adalah trofi. Karena percuma saja ke final jika tidak juara. Penampilan Juventus sepanjang Liga Champions musim ini cukup meyakinkan dengan baru kebobolan tiga gol di sepanjang turnamen.

Di Liga Champions Eropa, Juventus baru dua kali juara (1984/1985 dan 1995/1996). Klub kota industri mobil Turin ini sudah sembilan kali masuk ke final. Bahkan sempat tiga kali ke final berturut (1995/1996, 1996/1997, dan 1997/1998). Namun, setelah juara musim 1995/1996, Juventus kalah di final dari Borussia Dortmund (1996/1997) dan Real Madrid (1997/1998). Melaju ke final lagi di 2002/2003, Juve takluk lewat adu penalti lawan rival abadi AC Milan dan kalah atas Barcelona (2014/2015).

Kenangan final 21 tahun lalu tentunya memotivasi tim asuhan Massimiliano Allegri ini untuk bisa tampil mengangkat trofi Kuping Besar ini lagi. Tahun 1996, Juventus yang masih dilatih Marcello Lippi, melaju ke final berhadapan dengan Ajax Amsterdam yang dilatih Louis van Gaal.

Ajax berambisi mempertahankan gelar Liga Champions Eropa setelah juara musim 1994/1995. Dengan pemain sekelas Patrick Kluivert, Jari Litmanen, dan Danny Blind, wajar Ajax masih menjadi favorit. Juventus diisi oleh pemain senior seperti Fabrizio Ravanelli dan kiper Angelo Peruzzi disamping beberapa legiun asing seperti Didier Deschamps dan Paolo Sousa.

Saat Lippi mulai melatih di Delle Alpi (nama stadion Juventus dulu), Juventus tengah puasa gelar. Ditambah lagi bek kiri berbakat mereka, Andrea Fortunato, didiagnosa leukimia langka musim panas 1994. Sempat pulih setelah menerima donor sumsum dan kembali bermain, namun Tuhan berkehendak lain.

Fortunato terkena pneumonia dan meninggal dunia pada 25 April 1995. Tetapi, ada hikmah di balik setiap kejadian. Lippi berhasil membawa Juventus juara Serie A musim 1994/1995. Tentunya ini menjadi kepuasan tersendiri karena Lippi yang saat ini melatih timnas Tiongkok, sempat diragukan bisa membawa Juventus berprestasi. Maklum, Lippi saat itu belum ada pengalaman melatih klub besar.

Final idaman

Juventus dan Ajax memang difavoritkan untuk juara di Liga Champions Eropa musim 1995/1996. Tanggal 22 Mei 1996, final berlangsung di Stadion Olimpico Roma, Italia.

Juventus membuka keunggulan lewat si rambut putih Fabrizio Ravanelli di menit ke-12. Bermain menyerang habis-habisan, Ajax sempat kaget dengan permainan Juventus yang biasanya cenderung bertahan.

Ajax menyamakan kedudukan lewat Jari Litmanen yang memanfaatkan tendangan bebas Patrick Kluivert di menit ke-41. Bisa dibilang gol ini tidak perlu terjadi jika Peruzzi lebih sigap mengamankan bola.

Bermain di waktu normal dan perpanjangan waktu skor tetap 1-1. Terpaksa pertandingan ditentukan lewat adu penalti. Dan Juventus menang 4-2 setelah dua eksekutor penalti Ajax, Edgar Davids dan Jan Silooy, gagal menunaikan tugasnya.

Kemenangan ini dianggap kemenangan yang pertama bagi Juventus sekalipun mereka pertama kali juara Liga Champions Eropa pada 1984/1985. Namun, kemenangan itu dinodai dengan tragedi Heysel saat terjadi kerusuhan suporter dan menyebabkan korban tewas.

Setelah juara Liga Champions Eropa 1995/1996, Lippi melakukan langkah berani dengan melepas Roberto Baggio. Lalu, Lippi merekrut Zinedine Zidane, Christian Vieri dan Alen Boksic. Hasilnya, Juventus sukses meraih Scudetto dua kali berturut (1996/1997 dan 1997/1998). Mereka maju ke final Liga Champions dua kali berturut-turut di musim itu namun kalah dari Borussia Dortmund dan Real Madrid.

Reputasi Juventus sempat ternoda dengan skandal pengaturan skor. Gelar dua Scudetto harus dicabut dan mereka turun kasta di pertengahan 2000-an. Namun saat ini, Juventus kembali ke Serie A dengan penampilan yang cemerlang. Tentunya mereka ingin mengulang kenangan 21 tahun lalu di Millenium Stadion, Cardiff pada 3 Juni mendatang.

Akankah itu terjadi?

Author: Yasmeen Rasidi (@melatee2512)