Kolom

Juventus 2-1 Monaco: Perihal Superioritas Dani Alves

Juventus kembali memainkan bentuk dasar 3-4-3 atau 4-4-2 menghadapi Monaco yang juga menggunakan pola dasar 4-4-2 yang menjadi formasi dasar pakem mereka selama era Leonardo Jardim.

Monaco

Bentuk 4-4-2 yang dipakai oleh Monaco kali ini sedikit berbeda dari apa yang biasanya kita lihat. Bila biasanya Jardim memainkan Bernardo Silva dan Thomas Lemar sebagai sepasang nomor 10 yang beroperasi di sekitar halfspace dan sayap, di leg kedua ini, Jardim memilih menempatkan Djibril Sidibe di gelandang kanan.

Dengan memainkan Sidibe di kanan (pos nomor 7), Monaco hanya “memainkan” satu nomor 10, yaitu Silva, karena Sidibe sendiri lebih banyak beroperasi di koridor sayap. Karakter bermain dan peran kedua pemain Monaco ini membuat tim tamu bermain dengan 4-4-2 atau 3-4-1-2 yang sangat asimetris.

Berbeda dengan Silva yang bukan hanya diberikan kebebasan lebih untuk bergerak dari satu sisi ke sisi lain lapangan, pemain Portugal tersebut bahkan (terlihat lebih aktif) terlibat dalam fase membangun (build-up) serangan Monaco dari lini belakang. Dalam satu-dua kesempatan Silva turun hingga ke pos nomor 6 Monaco untuk menjemput bola di ruang yang tidak diisi oleh Joao Moutinho atau Tiemoue Bakayoko.

Bersama Moutinho, Silva menjadi pilihan kedua ketika Monaco membutuhkan akses untuk memprogres serangan mereka ke wilayah pertahanan Juventus. Dalam banyak situasi, Moutinho akan turun hingga ke pos nomor 6 Monaco untuk menjemput bola , di sekitar halfspace kanan, didampingi Bakayoko yang berjaga di area tengah. Silva sendiri mengokupansi area tengah kemudian halfspace sisi bola di wilayah Juventus untuk bersama dengan Moutinho, Sidibe, dan dua penyerang Monaco yang di-cover oleh Bakayoko melakukan overload di sisi kiri Juventus.

Overload Monaco di sisi kiri sepertiga awal Juventus

Dalam overload Monaco, kita bisa melihat ada dua tujuan utama yang ingin mereka peroleh. Yang pertama, menciptakan ruang bagi Kylian Mbappe di halfspace kiri sisi jauh dari bola atau, kedua, memberikan ruang lebih bagi Benjamin Mendy di sayap kiri agar bek kiri Monaco tersebut bisa melepaskan umpan silang mendatar dalam posisi yang lebih “nyaman”.

“Rencana Mbappe” menjadi semakin jelas, bila kita bandingkan dengan penempatan posisinya sejak leg pertama. Nampaknya Jardim banyak menempatkan Mbappe di sisi kanan Juventus dengan tujuan untuk meningkatkan kemungkinan Mbappe menggunakan kecepatan dribble-nya memanfaatkan Andrea Barzagli yang kalah cepat.

Di leg pertama, sering ditemui bagaimana Mbappe berdiam di halfspace kanan Juve menunggu distribusi bola untuk mendapatkan kesempatan duel satu lawan satu dengan Barzagli. Atau, di kesempatan lain, Mbappe mengokupansi area tengah di lini belakang Juve untuk kemudian ia berlari memutar ke sisi kanan untuk menerima umpan terobosan dari gelandang Monaco.

Di leg kedua, strategi serupa masih terlihat. Monaco memang tidak banyak mencoba masuk langsung dari sisi kiri mereka, karena kali ini Monaco banyak mencoba membuka akses dari halfspace kanan dan menempatkan Mbappe di area tengah atau half-space kiri.

Perhatikan ketika Mbappe berada di halfspace kiri setelah menerima sodoran dari halfspace sisi kanan. Penyerang muda Monaco ini akan segera mencoba melakukan pergerakan eksplosif. Ia akan dengan segera mencoba untuk melakukan penetrasi cepat dengan melewati pemain Juventus yang menjaganya.

Bagaimana dengan “rencana Mendy”? Perpindahan bola dari kanan ke kiri (dari Silva ke bek sayap kiri) merupakan salah satu pola umum dalam taktik serang Monaco di sepertiga awal lawan. Bedanya, kali ini, perpindahan dari Silva dilakukan dengan tempo lebih lambat. Biasanya, menghadapi City dan Dortmund, misalnya, Silva akan dengan segera men-dribble bola dari koridor sayap masuk ke halfspace kanan untuk kemudian melepaskan umpan diagonal mendatar ke sayap kiri menyasar kepada Mendy yang bergerak vertikal dari belakang. Menghadapi Juventus Monaco melakukannya dengan ritme lebih lamban.

Bila bola berhasil dipindahkan ke sisi kiri, situasi selanjutnya, seperti yang sudah-sudah, Monaco akan melepaskan umpan silang ke tiang dekat atau kepada Radamel Falcao.

Skema dasar dalam proses penciptaan peluang dari sayap kiri

Untuk mencegah Monaco memainkan skema seperti ini, ada tiga hal utama yang diterapkan oleh Si Nyonya Tua. Pertama, meladeni overload Monaco di sisi bola berada. Juventus sendiri memang terkenal dengan pressing berorientasi pada posisi bola yang sangat kuat.

Orientasi bola Juventus ditandai dengan pergeseran serta penumpukan pemain di sayap dan halfspace di mana bola berada (perhatikan infografik overload Monaco di sisi kiri Juventus). Sehingga, pada dasarnya, overload Monaco sudah sewajarnya mampu diladeni oleh Juventus.

Kedua, menarik satu atau dua nomor 9-nya (Paulo Dybala atau Gonzalo Higuain) untuk turun hingga ke sepertiga awal dan menjaga ruang di area tengah (4-4-2 menjadi 4-4-1-1). Dengan turunnya nomor 9 Juventus ke sepertiga awal untuk menutup area tengah, kecepatan perpindahan bola Monaco dari kanan ke kiri, yang banyak dilakukan oleh Moutinho atau Silva, bisa sedikit diredam (perhatikan cover-shadow Dybala dalam infografik overload Monaco di sisi kiri Juventus).

Ketiga, menempatkan Dani Alves di sisi sayap untuk melakukan penjagaan orang per orang (man to man) kepada Mendy. Walaupun usaha Juventus terhitung cukup sukses, tetapi, Monaco pun sempat nyaris memaksimalkan skema ini. Salah satunya, kejadian di menit ke-41.

Prinsip lain dalam model serang Monaco adalah memainkan umpan jauh langsung dari lini belakang ke lini depan menggunakan Falcao sebagai sasaran untuk melakukan flick-on udara ke wilayah depan atau menggunakan Mbappe, di sayap kiri, sebagai sasaran untuk masuk melalui tepi lapangan ke kotak penalti lawan.

Di satu sisi, menempatkan Mbappe yang memiliki kecepatan dan olah bola mumpuni, di tepi lapangan, merupakan keputusan taktik yang tepat, karena dari sayap Mbappe memiliki lebih banyak ruang untuk memanfaatkan kemampuan individualnya menghadapi Barzagli yang lebih lamban.

Apa yang Monaco coba peragakan di sisi kiri mereka pun sangat logis, selain kehadiran Mbappe di kiri, di pos bek kanan, Jardim memainkan Andrea Raggi yang pada dasarnya, tidak memiliki daya eksplosif seperti Mendy. Padahal, eksplosivitas semacam itu yang diperlukan dalam taktik penetrasi Monaco yang biasa dilakukan oleh bek sayap. Raggi kurang memiliki kemampuan ini, sehingga, wajar bila Jardim berfokus ke kiri untuk memainkan taktik yang dimaksudkan.

Previous
Page 1 / 3