Jelang berakhirnya kompetisi liga Eropa, segala spekulasi mengenai transfer pemain dan pelatih mulai bermunculan. Dan klub-klub kaya sudah bersiap dengan anggaran fantastis yang bisa merekrut pemain atau pelatih manapun yang dikehendaki.
Nah, seperti kita ketahui, musim panas lalu, mantan pemain Juventus, Paul Pogba, mencetak rekor transfer termahal saat direkrut Manchester United. Nilai transfernya saat itu mencapai 89,3 juta paun atau sekitar 1,5 triliun rupiah.
Ini sudah termasuk bonus 4 juta euro per tahun dari musim depan (tapi di luar gaji sebesar 20 ribu paun per minggu). Sebenarnya Pogba bukan sosok baru di Old Trafford karena sebelumnya (saat Manchester United dilatih Sir Alex Ferguson) pemain asal Prancis ini sempat bermain di Manchester United sebelum pindah ke Juventus karena kontraknya habis.
Tapi baru-baru ini transfer super mewah Pogba ini jadi sorotan. Badan sepak bola dunia FIFA ingin menyelidiki lebih lanjut terkait transfer yang memecahkan rekor dunia Agustus 2016 silam. Memang masih belum jelas unsur mana yang FIFA ingin selidiki, namun pihak Manchester United berkeras bahwa FIFA sudah memiliki dokumen terkait transfer tersebut sejak transaksi itu selesai Agustus lalu.
Sementara dalam pernyataannya, FIFA mengatakan bahwa mereka telah meminta informasi terkait transfer Pogba. Namun, FIFA juga tidak terlalu berkomentar lebih rinci mengenai hal ini.
Ada dugaan bahwa transfer Pogba belum disetujui FIFA. Sementara segala transfer pemain harus disahkan lewat International Transfer Matching System (TMS). Apa itu?
Transfer yang transparan untuk semua
Konsep TMS ini sudah diperkenalkan tahun 2007 dan mulai menjadi wajib bagi para anggota FIFA tahun 2010. Intinya, TMS ini adalah sistem elektronik yang memantau segala aktivitas transfer pemain yang melibatkan dua negara berbeda. Tujuannya agar aktivitas transfer berjalan lebih transparan, selain lebih cepat dan mudah tentunya. Selain itu, TMS juga bertujuan untuk melindungi transfer pemain di bawah umur. Barcelona pernah berurusan dengan hal ini dan harus dihukum FIFA karena melakukan pelanggaran transfer pemain di bawah umur.
Nah, bagaimana jika aktivitas transfer melibatkan dua klub dalam satu negara? Untuk ini, maka ada lagi sistemnya. Namanya Domestic Transfer Matching System (DTMS). Platform ini bertujuan untuk memfasilitasi transfer tingkat domestik untuk asosiasi tertentu.
Lalu, kenapa transfer Pogba jadi heboh?
Ini akibat adanya data yang ada di buku yang akan terbit berjudul “The Football Leaks: The Dirty Business of Football”, yang juga hasil penelitian dari wartawan dua Jerman, Rafael Buschmann dan Michael Wulzinger. Dalam buku itu tertera berapa jumlah yang diterima Mino Raiola, sang agen, dalam transfer Pogba ke Manchester United.
Disebutkan bahwa Raiola menerima 41 juta paun atau sekitar 700 miliar rupiah setelah sukses memuluskan kepulangan Paul Pogba ke Old Trafford.
Raiola ini salah satu agen pemain yang sangat berpengaruh. Pria yang memiliki darah Belanda dan Italia ini juga dikenal sebagai sosok keras kepala dan tidak sekedar menurut apa kata pemain. Sudah banyak pemain yang berada di bawah naungannya termasuk Zlatan Ibrahimovic dan Mario Balotelli. Bahkan Zlatan yang keras kepala dan bandel saja bisa tunduk dengan Raiola.
Tetapi karakternya ini tidak membuat semua orang suka. Mantan pelatih Manchester United, Sir Alex Ferguson, justru mengatakan Raiola adalah agen yang sangat tidak dia percaya. Karena, saat Pogba harusnya memperpanjang kontrak dengan United, tapi Raiola mengacaukan segalanya dan akhirnya Pogba hengkang ke Si Nyonya Tua.
Masalah transfer Pogba yang tengah diselidiki ini memicu komentar dari Andy Holt, bos klub divisi terbawah Inggris (Division Two), Accrington Stanley. Dalam akun Twitter-nya, Holt mengungkapkan kegeramannya pada Liga Primer Inggris yang merusak sepak bola itu sendiri. Dana yang diterima kesebelasannya di divisi terbawah, menurut Holt, justru 20 kali lebih kecil ketimbang yang diterima Raiola.
Menarik untuk menanti bagaimana kelanjutan akan kasus ini.
Author: Yasmeen Rasidi (@melatee2512)