Saat ini, musim semi tengah dialami masyarakat Jepang. Salah satu momen yang ditunggu dari periode ini adalah melihat keindahan bunga sakura. Sayangnya, mekarnya sakura tak bertahan lama, bahkan tergolong amat singkat. Atas dasar itu, piknik bersama keluarga di bawah pohon sakura merupakan hal spesial yang pantang dilewatkan.
Di dunia sepak bola, sakura tak lepas dari klub yang baru saja kembali tampil di Meiji Yasuda J1 League, Cerezo Osaka. Bunga nasional Jepang itu merupakan julukan bagi tim yang didirikan sejak 1967 lalu itu. Meski berstatus tim promosi, Cerezo belakangan tampil gemilang dengan mencatatkan tujuh laga tak terkalahkan di liga, sebelum dipatahkan Kashiwa Reysol akhir pekan lalu.
Performa apik Cerezo tak lepas dari produktivitas penyerang andalannya, Kenyu Sugimoto. Pemain berusia 24 tahun itu mulai kembali menunjukkan kualitasnya setelah sukses jadi aktor utama di balik kebangkitan Cerezo lewat titel top skorer bagi klub di J2 League musim lalu.
Sejauh ini, Sugimoto telah mengemas tiga gol penting untuk Cerezo, bersama dengan Kazuya Yamamura dan bawa Cerezo terus menanjak ke posisi tujuh klasemen sementara hingga pekan ke-10 J1 League.
Sugimoto dan kawan-kawan saat ini hanya kalah agresivitas gol dari Kawasaki Frontale, atau selisih tiga poin dari peringkat kedua, Urawa Red Diamonds. Belakangan, nada-nada optimisme nyaring terdengar seantero Kincho Stadium dan Yanmar Stadium, dua markas klub asal Osaka itu.
Sugimoto dan kilau si anak hilang
Tak salah menaruh harapan pada seorang Sugimoto. Loyalitas pemain asli Osaka itu pada tim memang tak terbantahkan. Memulai karier juniornya di Cerezo, pemain dengan tinggi badan 187 sentimeter itu akhirnya dipercaya jadi penggawa tim senior pada 2010 silam pada usia yang baru 17 tahun.
Sempat dipinjamkan ke Tokyo Verdy di J2 League dua tahun berselang, Sugimoto mendapat berkah dengan dipanggil masuk skuat timnas Jepang U-23 di Olimpiade London 2012 sekaligus jadi pemain termuda.
Kembali ke Cerezo, Sugimoto mulai tampil reguler. Namun, dia lebih sering ditempatkan melebar, bukan pada posisinya sekarang yakni penyerang tunggal sehingga hanya mampu mencetak 13 gol dalam dua musim. Di akhir musim 2014, klub dengan identitas jersey warna merah jambu itu harus menerima fakta terdegradasi ke J2 League.
Demi karier yang lebih baik, Sugimoto sempat hijrah ke Kawasaki Frontale. Namun, itu hanya bertahan semusim. Kecintaannya akan Cerezo membuatnya kembali meski tim masuk berkutat di kasta kedua liga sepak bola Jepang. Si anak hilang menandai kembalinya dengan 14 gol dan bawa Cerezo promosi lewat jalur play-off.
Perubahan manajerial dengan hadirnya pelatih baru, Yoon Jonghwan, menggantikan Kiyoshi Okuma yang jadi manajer umum, tak mengubah status Sugimoto pada starting eleven, bahkan sejauh ini memenangi persaingan tempat dengan legiun asal Brasil, Ricardo Santos. Kerja samanya dengan eks Sevilla, Hiroshi Kiyotake, dinilai cukup menjanjikan.
Pertengahan April 2017 jadi periode paling menggembirakan bagi Sugimoto. Pada laga panas sarat gengsi berbalut derbi kontra Gamba Osaka, pemain yang sempat dipanggil mengikuti pemusatan latihan timnas senior Jepang itu tampil jadi bintang laga. Sugimoto sukses mencetak dua gol hanya dalam rentang 15 menit dan membuat Cerezo membalikkan keadaan, kendati pertandingan berakhir imbang 2-2.
Sepekan berselang, gol kembali dicetak Sugimoto, kali ini gawang Ventforet Kofu jadi sasaran. Kini, suporter Cerezo berharap kilau Sugimoto tak berlangsung singkat, seperti sakura di musim semi, demi kebangkitan dan kejayaan yang tak hanya untuk klub tapi juga bagi tim nasional Jepang di masa mendatang.
Author: Perdana Nugroho
Penulis bisa ditemui di akun Twitter @harnugroho