Dunia Lainnya

Tentang Keriuhan Sepak Bola di Media Sosial

Rio Ferdinand yang sempat terjerat masalah usai perilakunya di media sosial.

Perilaku di medsos cerminan kepribadian seseorang

Namun, media sosial juga punya efek negatif. Sering kita membaca suporter dari kedua tim yang bersaing saling cela di forum dan linimasa daring, bukan?

Di luar negeri, para pemain juga pernah bermasalah karena cuitan di media sosial. Ashley Cole misalnya. Mantan pemain Chelsea ini pernah kena hukuman karena menghina FA (PSSI-nya Inggris) di akun Twitter-nya. Mantan bek Manchester United, Rio Ferdinand, juga pernah dihukum karena terpancing berkata-kata kasar di Twitter membalas hinaan suporter.

FA sendiri sudah mengantisipasi bahayanya medsos yang kerap disalahgunakan para penggunanya tersebut. Ya, di medsos orang bisa berkomentar apa saja dan kerap kali menyebarkan berita yang ternyata bohong.

FA dan klub-klub Inggris pun sudah berusaha mengeluarkan aturan untuk bisa menghindari perilaku-perilaku tak pantas di sosial media. Tapi, cara tersebut tidak bisa mutlak berhasil. Maklum, selalu ada cara buat mengakali aturan dan menahan perilaku orang di linimasa daring adalah upaya yang sedikit mustahil.

Tagar terheboh sepak bola, dari #WengerOut hingga #DjanurOut

Dua bulan terakhir, dunia sepak bola lagi kerap dihebohkan dengan para suporter beberapa tim yang ingin pelatihnya diganti. Dan uniknya, tagar-tagar yang menyuarakan protes terhadap pelatih (sekalipun ada yang mendukungnya) sontak menjadi trending topic.

Salah satu tagar yang membuat heboh sepak bola adalah tagar #WengerOut. Berawal dari kekalahan telak The Gunners atas Bayern Munchen di babak 16 besar Liga Champions Eropa, langsung saja tagar #WengerOut meramaikan dunia maya, meminta sang manajer, Arsene Wenger mundur dari jabatannya. Dan semakin marak lagi saat Arsenal kalah dari West Bromwich Albion beberapa hari setelah kekalahan memalukan atas Munchen.

Yang lebih menarik, spanduk dengan tagar #WengerOut ini justru kerap muncul di acara-acara yang tidak berkaitan dengan sepak bola. Contohnya, di konser musik dan demonstrasi memprotes aturan imigrasi yang dikeluarkan Presiden AS, Donald Trump.

Bahkan di pertandingan non-sepak bola seperti basket, rugby, atau gulat pun ada saja yang membentangkan spanduk ini. Namun, ada juga yang membela manajer asal Prancis tersebut.

Di Indonesia sendiri, pada akhir April lalu muncul tagar #DjanurOut di Twitter. Ini dari para suporter Persib Bandung yang ingin sang pelatih Djadjang Nurjaman mundur dari jabatan karena belum mampu menang dari dua laga awal Liga 1.

Bobotoh nampaknya sempat gusar karena dengan hadirnya dua eks bintang Eropa, Michael Essien dan Carlton Cole, ternyata hanya membuat Persib bermain imbang lawan Arema dan PS TNI.

Tapi, nyatanya Djanur tidak terlalu ambil pusing dengan kekecewaan Bobotoh di sosial media. Justru dia mengatakan yang membelanya masih jauh lebih banyak ketimbang yang minta dia lengser.

Dan nampaknya Bobotoh bisa tersenyum lagi karena Minggu (7/5) kemarin, Maung Bandung menang 1-0 atas Persipura dan sukses mengerek peringkat Persib ke puncak klasemen sementara Liga 1.

Sosial media, dengan segala keunikannya memang punya dua sisi. Tinggal bagaimana orang itu menggunakannya. Semoga suporter kita semakin bijak dalam menggunakan sosial media sehingga tidak perlu ada hal memalukan terjadi hanya karena ketegangan di dunia maya.

Author: Yasmeen Rasidi (@melatee2512)