Jika Anda menyaksikan Titus Jhon Londouw Bonai bermain sepak bola akhir-akhir ini, Anda akan membuat satu kesimpulan. Pemain yang akrab disapa ‘Tibo’ tersebut sedang dalam masa-masa menikmati karier sepak bolanya.
Tibo saat ini menjadi pujaan pendukung PSM Makassar. Jika Anda menyaksikan PSM bertanding di Stadion Mattoanging, Anda akan segera mendengar penonton menyorakkan ‘Tibo, Tibo, Tibo…” berkali-kali.
Bahkan ketika PSM menaklukkan Persija dengan skor 1-0 di pekan ketiga Go-Jek Traveloka Liga 1, nama Tibo juga berkali-kali disorakkan oleh sekitar 15 ribu penonton di stadion. Padahal, Tibo bukan pencetak gol kemenangan tersebut. Ia juga baru masuk sebagai pemain pengganti di babak kedua.
Tibo sendiri paham betul dirinya dipuja-puja oleh penonton. Maka, untuk membalas dukungan meriah tersebut, biasanya ia akan memeragakan gerakan seolah sedang menari sajojo atau melompat salto seusai mencetak gol.
Aksi-aksi spontannya juga tak jarang memancing tawa penonton, seperti ketika menggoyangkan jala gawang lawan ketika PSM masih kesulitan membobol gawang Persija. Di media sosial, beredar juga selebrasi uniknya bersama pemain asal Belanda, Marc Klok. Mereka terlihat ber-high five berkali-kali lalu ditutup dengan gerakan dab yang tak kalah dengan selebrasi Paul Pogba dan Jesse Lingard di Manchester United.
Pemain bernomor punggung 25 ini memang sedang menikmati masa-masa bermainnya di PSM. Di musim pertamanya, ia mencetak tujuh gol dari 15 pertandingan. Selain menjadi pujaan penonton, ia juga memperoleh pekerjaan sebagai salah satu pegawai di anak perusahaan PT. Bosowa, perusahaan yang menjadi sponsor utama PSM. Baru-baru ini, ia juga mencetak gol kemenangan PSM atas tuan rumah Perseru Serui. Gol itu memupus rekor tak terkalahkan tuan rumah di Stadion Marora, Serui. Nampaknya Tibo memang berjodoh dengan Pasukan Ramang.
Meski demikian, jika kita menengok sedikit ke belakang, perjalanan karier Tibo ternyata melewati beberapa tanjakan terjal. Karier sepak bola pemain kelahiran Jayapura, 4 Maret 1989 ini tidak selamanya mulus. Ia justru baru menemukan kembali ketajamannya di Torabika Soccer Championship 2016 lalu. Sebelumnya, ia berpindah-pindah beberapa klub di Indonesia dan Timor Leste.
Tibo muda menimba ilmu sepak bola di tim muda Persipura, tapi ia kemudian merantau ke Bontang FC pada usia 19 tahun. Namanya kemudian meroket setelah membela Persiram Raja Ampat di kasta kedua Liga Indonesia. Sukses membawa klub Papua Barat tersebut promosi ke kompetisi utama, Persipura menarik kembali pemain kelahiran 4 Maret 1989 ini pada tahun 2010.
Bersama Boaz Solossa, Ian Louis Kabes, Tibo sukses membawa Persipura juara Indonesia Super League 2011. Di tahun yang sama, Tibo tampil menawan di SEA Games 2011 sehingga pada tahun 2012 ia memperoleh tawaran menggiurkan untuk memperkuat klub Thailand, BEC Tero Sasana. Ini tentu saja merupakan suatu kehormatan sekaligus pengakuan atas kehebatannya, mengingat tak banyak pemain Indonesia yang bermain di Liga Thailand.
Sayangnya, transfer ke BEC Tero akhirnya batal karena suatu masalah yang kurang jelas penyebabnya. Tibo dianggap gagal tiba tepat waktu di Thailand ketika tenggat akhir bursa transfer ditutup. Setelah digantung BEC Tero dan tak lagi masuk rencana Persipura, Tibo akhirnya bergabung dengan Semen Padang di Liga Primer Indonesia (LPI).
Semen Padang pada saat itu berlaga di Piala AFC musim 2012/2013, dan Tibo menjadi pemain andalan di lini depan Kabau Sirah yang sukses menembus perempatfinal Piala AFC. Kegemilangan itu kembali menarik perhatian Persipura, tapi akhirnya Tibo gagal mengulangi performa bagusnya. Setelah itu, Tibo kembali bertualang ke Sumatera untuk memperkuat Sriwijaya FC.
Pada tahun 2016, tawaran untuk berkiprah di luar negeri kembali menghampiri Tibo. Kali ini, klub-klub Timor Leste memanfaatkan momen vakumnya kompetisi Indonesia untuk memboyong pemain-pemain Indonesia. Tibo, Patrich Wanggai, Immanuel Wanggai dan Boaz Solossa meramaikan liga bekas wilayah Indonesia tersebut. Tibo dan Patrich menjadi andalan klub ibu kota, Karketu Dili FC.
Namun, lagi-lagi karier Tibo di negara lain tak berjalan mulus. Tanpa alasan yang jelas, Karketu memutus kontrak pemain ini pada pertengahan 2016. Nasib Tibo sempat terkatung-katung sebelum akhirnya tawaran dari PSM datang. Setelah itu, Tibo pun menemukan kembali ketajamannya. Selama hampir setahun terakhir di PSM, Tibo selalu bermain penuh semangat dan senyuman di wajahnya.
Pada tahun 2017 ini, usia Tibo sudah menginjak 28 tahun. Usia tersebut merupakan usia keemasan untuk seorang pesepak bola, terutama yang berposisi sebagai pemain menyerang. Semoga kita masih akan melihat kehebatan dan keceriaan Tibo selama beberapa tahun ke depan.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.