Dunia Lainnya

7 Orang “Kiri” di Sepak Bola

Ahmed Ben Bella
Ahmed Ben Bella. Kredit: Al Arabiya
  • Ahmed Ben Bella (Aljazair)

Lahir pada 25 Desember 1916, Ben Bella adalah proklamator kemerdekaan Aljazair. Ia menjadi presiden pertama negara itu selama 1963-1965.

Sebagai seorang sosialis, Ben Bella akrab dengan penindasan. Ia sempat menjadi sukarelawan bagi militer Prancis dan ditempatkan di Marseille. Di kota itulah bakat sepak bolanya diendus klub Olympique de Marseille. Namun ia hanya bermain selama setahun untuk Les Olympiens meski pihak klub menawarkannya kontrak profesional.

Dalam sebuah wawancara di tahun 1981, ia berkata, “Saya diupah dengan jumlah yang lumayan. Percayalah, saya memiliki masa depan cerah. Saya bermain sebagai centre-half untuk Olympique de Marseille dan ditawari kontrak.”

Alasan Ben Bella membela militer Prancis adalah agar negaranya memperoleh kemerdekaan. Banyak pemuda Aljazair yang menjadi tentara Prancis di Perang Dunia II. Namun setelah Prancis dapat menumbangkan Nazi Jerman, kolonialisasi tetap terjadi di bumi Aljazair. Hal inilah yang memicunya untuk berkecimpung di Front de Liberation Nationale (FLN) dan kelak menjadi pemimpinnya.

Ben Bella paham bahwa sepak bola dapat berkonsolidasi dengan politik. Ia menyetujui saran Mohamed Boumezrag untuk mendirikan FLN XI, kesebelasan yang terdiri dari pemain-pemain Aljazair, yang memiliki misi untuk menggaungkan kemerdekaan Aljazair. Sebagaimana kesebelasan Rohingnya FC, FLN XI bertanding untuk menggalang dukungan internasional.

Selain untuk Marseille, Ben Bella juga pernah membela klub asal negaranya, IRB Maghnia.

Oleguer Presas
Oleguer Presas (kiri).
  • Oleguer Presas (Catalunya)

Hidup adalah pilihan dan jalan perjuangan, sering kali merupakan jalan yang sunyi. Hal demikian berlaku bagi Oleguer. Dengan kapasitasnya sebagai figur publik, Oleguer memanfaatkannya guna menyuarakan kemerdekaan Catalan. Klub yang ia bela, Barcelona, memang dikenal sebagai simbol resistensi terhadap monarki di Madrid.

Sikap blak-blakannya ini juga membuat dirinya kehilangan sponsor pribadi. Kelme memutus kontrak setelah Oleguer menerbitkan tulisan yang mengkritik pemerintah Spanyol. Selain itu tindakannya ini juga dikritik oleh Frank Rijkaard (pelatih Barcelona saat itu) dan presiden klub, Joan Laporta.

Pemain yang menyandang gelar sarjana ekonomi ini pun kemudian banyak dibenci penggemar sepak bola Spanyol. Ia bahkan memilih untuk membela timnas Catalunya, padahal ia bisa saja mengisi skuat timnas Spanyol. Ketika rekan-rekannya pulang-pergi ke tempat latihan menggunakan mobil-mobil mewah, Oleguer memilih untuk menaiki sepeda. Di kemudian hari ia mengganti sepeda dengan mobil van butut berwarna perak.