Untuk kedua kalinya dalam satu musim terakhir, Granada melakukan penggantian pelatih. Melihat posisi Los Nazaries yang terjebak di posisi kedua dari bawah hingga awal April 2017, tak mengejutkan melihat pelatih Lucas Alcaraz dicopot dari jabatannya. Kejutan justru datang dari nama penggantinya, yaitu Tony Adams.
Penggemar setia Arsenal pasti tak asing dengan nama ini. Adams adalah kapten The Gunners di dekade 1990-an, mengantar klub London utara tersebut meraih empat juara Liga Primer Inggris dan tiga Piala FA. Ia juga mengoleksi 66 penampilan dalam seragam tim nasional Inggris.
Prestasi-prestasi hebat itu membuat Arsenal mengabadikan pria kelahiran 10 Oktober 1966 ini menjadi sebuah patung di depan Stadion Emirates, markas mereka. Adams juga merupakan satu dari sedikit one-man club di dunia ini. Ia membuka dan menutup karier sebagai pemain di Arsenal. Kesetiaan pemain yang semasa aktif bermain sebagai bek tengah ini membuat namanya abadi di hati para Gunners.
Namun, prestasinya sebagai peatih ternyata masih terbilang medioker. Tercatat ia hanya pernah mengenyam pengalaman melatih di klub-klub divisi bawah, yaitu Wycombe Wanderers dan Porstmouth di dekade 2000-an. Pada tahun 2010, perjalanan karir Adams terbilang cukup aneh karena ia terdampar di Azerbaijan untuk menangani Qabala FC. Itu pun hanya bertahan satu tahun hingga November 2011.
Setelah enam tahun tak menjabat sebagai pelatih kepala di klub mana pun, akhirnya Adams menerima tawaran sebagai pelatih utama Granada. Penunjukan pria kelahiran Romford ini mengundang keheranan banyak kalangan. Pertama, karena penunjukan Adams dilakukan di bulan April 2017, di saat Liga Spanyol tinggal menyisakan tujuh pertandingan lagi. Kedua, mengapa harus Tony Adams?
Granada yang hanya mengumpulkan 20 poin dari 31 pertandingan butuh pelatih berpengalaman di Liga Spanyol, maka penunjukan Adams yang minim pengalaman dan baru pertama kali memegang klub di tanah Iberia tentu saja aneh. Penunjukan pelatih asal Inggris minim pengalaman juga mengingatkan kita pada Gary Neville yang hanya tiga bulan menangani Valencia musim lalu.
Gagal totalnya pelatih-pelatih Britania Raya di dekade 2010-an, antara lain Neville dan David Moyes ketika menangani Real Sociedad, semakin menambah keyakinan bahwa Adams di Granada hanya akan menumpang lewat. Untuk mengeluarkan Granada dari zona degradasi, Adams harus memimpin mereka memenangi lima dari tujuh pertandingan. Mission impossible!
Bukan hanya itu, Granada-nya Adams juga menghadapi bahaya laten klub-klub papan bawah La Liga yang sebagian besar skuatnya merupakan pemain pinjaman. 16 dari 25 pemain di skuat Granada musim ini hanya berstatus pinjaman dari klub lain, termasuk para pemain kunci seperti Andreas Pereira dan Guillermo Ochoa.
Pemain-pemain ini hanya dikontrak satu musim oleh Granada, sehingga ada kecenderungan mereka tidak tampil maksimal karena kelak di akhir musim mereka akan kembali ke klub masing-masing dan tidak begitu terkena imbas masif andai musim berikutnya Granada degradasi.
Adams berusaha mengatasi gejala ini dengan mengundang dua pemain Inggris yang berstatus tanpa klub untuk bergabung bersama skuat Granada. Dua nama yang dimaksud adalah Kieran Richardson (eks Manchester United dan Cardiff City) dan Nigel Reo-Coker (eks West Ham dan Aston Villa).
Namun, para pengamat masih ragu akan kapasitas kedua pemain yang tak lagi berada di usia produktif. Selain itu, keraguan utama tetap dialamatkan terhadap kemampuan Adams sendiri.
Setelah ditelusuri, media-media Inggris akhirnya membuka rahasia ditunjuknya sang mantan kapten Arsenal sebagai nakhoda Granada. Ternyata, beberapa tahun terakhir Adams menjabat sebagai wakil presiden di perusahaan manajemen DDMC Football Club Management Company. DDMC sendiri merupakan perusahaan dari China yang dimiliki oleh Jiang Lizhang, yaitu presiden klub Granada saat ini!
Jadi, kebingungan berbagai kalangan atas alasan ditunjuknya Tony Adams terjawab sudah. Yang bersangkutan sudah menjadi pengawai kepercayaan presiden Lizhang selama beberapa tahun terakhir. Musim lalu, Adams malah dipercaya menjadi direktur teknik Chongqing Lifan, klub peserta Liga Super China yang berada di bawah manajemen DDMC.
Jadi, tak heran memang jika banyak kalangan pesimis akan kans Granada lolos dari degradasi di akhir musim ini. Adams butuh usaha ekstra yang lebih dari sekadar modal koneksi untuk berbicara di Liga Spanyol.
Author: Mahir Pradana
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.