Dalam kurun satu dasawarsa terakhir, nama kesebelasan yang terletak di ujung timur Indonesia, Persipura Jayapura, begitu harum di kancah persepak bolaan nasional. Penyebabnya tentu saja keberhasilan mereka menjadi yang terbaik sebanyak tiga kali (2009, 2011 dan 2013) di kompetisi Indonesia Super League (ISL) atau yang kini kita kenal dengan nama Go-Jek Traveloka Liga 1.
Para pesaing utama sekelas Arema FC, Persib Bandung dan Sriwijaya FC saja baru sanggup merebut gelar itu masing-masing sekali. Suka tidak suka, para rival mesti mengakui jika tim Mutiara Hitam masih sangat digdaya.
Meski mengalami “penurunan” prestasi dalam serentetan turnamen pengisi waktu luang (Piala Presiden 2015, Piala Jenderal Sudirman 2015 dan Piala Bhayangkara 2016) yang diselenggarakan di tanah air akibat sanksi FIFA lalu, tim yang pernah menembus babak semifinal Piala AFC pada 2014 silam ini tetap tak bisa dipandang sebelah mata.
Bukti sahih jika mereka masih perkasa tergambar jelas di ajang Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 kemarin. Walau sempat terseok-seok dan harus melakukan pergantian pelatih di tengah kejuaraan tersebut, Boaz Solossa dan kawan-kawan berhasil menahbiskan diri sebagai kampiun.
Sayangnya, menyongsong bergulirnya Go-Jek Traveloka Liga 1 musim ini, Persipura dirundung sejumlah masalah. Cabutnya PT. Freeport Indonesia (akibat terkendala kontrak karya dengan pihak pemerintah Indonesia) sebagai sponsor utama anak asuh Angel Alfredo Vera bisa saja memengaruhi situasi kondusif di dalam tim. Hal itu juga yang disebut-sebut membuat Persipura tak berani mencomot marquee player.
Meski begitu, saya pun yakin jika klub dengan kostum utama berwarna merah-hitam tersebut tidak memerlukan penggawa dengan kriteria semacam itu. Apalagi pihak manajemen juga yakin bila musim ini Persipura bakal semakin menegaskan dominasinya di tanah air.