Dulu daerah Gresik sempat menjadi salah satu kekuatan besar sepak bola Indonesia. Melalui tim Petrokimia Putra, Gresik melengkapi superioritas Jawa Timur sebagai poros dari sepak bola tanah air. Sejak era Galatama berlanjut ke masa-masa awal Liga Indonesia, Petrokimia membawa nama Gresik harum ke seluruh pelosok negeri. Mereka sempat menjadi juara nasional pada tahun 2002.
Namun segalanya semakin sulit sejak pertengahan tahun 2000-an. Keuangan perusahaan pupuk Petrokimia yang menaungi tim tidak sebaik dulu. Mereka cukup kesulitan untuk bersaing dengan produk serupa terutama yang berasal dari mancanegara. Kesulitan ini kemudian berimbas kepada ‘dibubarkan’nya tim sepak bola Petrokimia Putra yang legendaris itu.
Setelah melalui proses panjang termasuk unifikasi antara dua tim, Persegres Gresik dan Gresik United, akhirnya pada tahun 2013, Gresik kembali menghiasi level tertinggi sepak bola Indonesia. Namun sejak kembali hingga saat ini, ada satu citra yang melekat. Persegres bukan Petrokimia, mereka kini lebih banyak berkutat di papan bawah.
Yang terbaru, di kompetisi pengganti sementara liga resmi, Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 lalu, Persegres berada di peringkat ke-17 dari 18 peserta. Menatap Go-Jek Traveloka Liga 1 nanti, Gresik setidaknya ingin menghapus citra buruk mereka dan naik ke tingkat yang lebih baik.
Prestasi terbaik mereka sejauh ini adalah meraih medali perak pada Piala Gubernur Jawa Timur tahun 2014. Serta sempat memimpin di QNB League sampai kemudian sanksi dari FIFA datang dan kompetisi kemudian terhenti. Bisa dibilang secara de facto merupakan juara terakhir liga kompetitif di Indonesia. Selamat ya, Gresik.