Sebagai persiapan jelang dihelatnya Piala Dunia 1990, pemerintah kota Turin membangun satu stadion megah berkapasitas 69.000 pasang mata di kotanya pada tahun 1988. Menghabiskan biaya sekitar 200 juta euro, stadion yang diberi nama Delle Alpi itu lantas menjadi salah satu venue untuk kejuaraan akbar tersebut dan menyelenggarakan lima partai.
Selepas digunakan di Piala Dunia 1990, stadion baru ini dijadikan rumah oleh dua kesebelasan ternama asal kota Turin, Juventus dan Torino. Mereka meninggalkan Stadion Comunale (kini dikenal sebagai Stadion Olimpico Grande Torino) yang sudah terlalu kuno dan reyot.
Sayangnya, keberadaan lintasan atletik dan konstruksi tribun bagian bawah yang kurang tinggi membuat level pandangan ke arah lapangan begitu jauh dan rendah. Hal ini pula yang membuat tifosi Juventus dan Torino sering menggemakan ketidaksukaan mereka terhadap Stadion Delle Alpi.
Alhasil, rasio tifosi yang hadir di stadion saat kedua kubu menjamu lawannya masing-masing terbilang sangat minim. Dari kapasitas total stadion, paling hanya terisi sepertiganya saja. Wajar bila Stadion Delle Alpi kerap diejek sebagai stadion tanpa jiwa di masanya.
Maka saat pemerintah kota Turin membenahi Stadion Olimpico Grande Torino untuk dipergunakan pada Olimpiade Musim Dingin tahun 2006, kedua tim pun sepakat untuk hijrah dari Stadion Delle Alpi.
Namun perlu diketahui jika empat tahun sebelumnya, pihak Juventus secara resmi telah membeli kepemilikan Stadion Delle Alpi dari pemerintah kota Turin. Mengingat industri sepak bola makin menggeliat ketika itu, manajemen I Bianconeri melihat sebuah peluang bahwa memiliki stadion sendiri akan membuat kondisi finansial klub akan jauh lebih sehat.
Setelah melakukan sejumlah kajian mendalam, manajemen Juventus akhirnya memutuskan untuk membangun stadion gres di bekas Stadion Delle Alpi yang akan diratakan dengan tanah. Stadion baru itu pun nantinya takkan memiliki lintasa atletik di dalamnya dan letak tribun penonton akan dibuat sedekat mungkin dengan lapangan. Mengetahui rencana tersebut, Juventini, tifosi setia Juventus pun merasa gembira.
Dana yang mesti digelontorkan Juventus demi membangun kandang barunya itu kabarnya menembus angka 100 juta euro. Kapasitas stadion pun lebih kecil ketimbang Stadion Delle Alpi yakni hanya 41.000 penonton. Namun, tujuan manajemen Juventus agar klub memiliki markas sendiri sehingga bisa menghasilkan keuntungan finansial sekaligus menghadirkan atmosfer yang jauh lebih meriah pun tercapai.
Serie A musim 2011/2012 menjadi periode perdana stadion yang lantas diberi nama Juventus Stadium atau J-Stadium tersebut dipergunakan. Antusiasme Juventini untuk hadir secara langsung di stadion yang lebih nyaman pun meningkat tajam.
Tak seperti Stadion Delle Alpi, rataan okupansi penonton di markas baru ini pun selalu menembus angka 95%. Hal ini yang kemudian membuat manajemen Juventus merasa sangat puas. Apalagi keuntungan ekonomi dari kepemilikan stadion sendiri seperti yang manajemen I Bianconeri impikan pun terpenuhi.
Sebuah visi yang sepatutnya ditiru pemilik-pemilik klub Serie A lain meski sering terbentur urusan birokrasi di Italia yang luar biasa rumitnya. Karena hanya dengan memiliki stadion sendiri, klub-klub di Negeri Pizza akan jauh lebih stabil dan kuat dari sisi finansial.
Lebih lanjut, penampilan Juventus setelah mendiami rumah baru mereka pun benar-benar hebat. Berlaga di J-Stadium membuat energi mereka begitu luar biasa. Sementara lawan yang datang bertamu, seolah jeri dengan atmosfer yang bisa diciptakan Juventini.
Sepanjang musim 2011/2012 hingga 2015/2016 kemarin, Gianlugi Buffon telah memainkan 95 laga kandang di pentas Serie A. Hebatnya, dari jumlah tersebut mereka sukses meraup 78 kemenangan, 14 hasil imbang dan cuma 3 kali keok.
NO |
MUSIM | LAGA KANDANG | MENANG | SERI |
KALAH |
1 | 2011/2012 | 19 pertandingan | 13 kali | 6 kali | – |
2 | 2012/2013 | 19 pertandingan | 14 kali | 3 kali | 2 kali |
3 | 2013/2014 | 19 pertandingan | 19 kali | – | – |
4 | 2014/2015 | 19 pertandingan | 16 kali | 3 kali | – |
5 | 2015/2016 | 19 pertandingan | 16 kali | 2 kali | 1 kali |
Rekor menang-seri-kalah Juventus di partai kandang musim 2011/2012-2015/2016
Catatan impresif tersebut menjadikan Juventus punya rataan angka yang bagus, sebesar 50,8 poin, dari seluruh partai kandang yang mereka jalani di setiap musimnya. Bila mengaitkan jumlah tersebut pada perolehan poin Juventus di lima musim itu, maka akan terlihat jika I Bianconeri sanggup mengamankan separuh angka dari total poin mereka di periode tersebut. Sungguh fantastis, bukan?
Alhasil, angkernya J-Stadium bagi para pesaing tentu mempermudah Juventus untuk mengumpulkan angka di laga-laga kandang. Terlebih, skuat Juventus selama setengah dekade terakhir memang punya level kompetitif yang jauh lebih tinggi dibanding klub-klub Serie A yang lain sehingga mempermalukan sanga lawan di depan suporter setianya jadi perkara sepele.
Kegemilangan Juventus dalam memanfaatkan setiap laga kandangnya ini pula yang turut andil atas lima titel Scudetto beruntun yang didapatkan. Terlepas dari segala kontroversi yang muncul, kita memang harus angkat topi perihal ini. Karena realitanya, para rival I Bianconeri justru sering tersandung saat berlaga di kandang sendiri. Ironisnya, saat berjumpa tim-tim yang di atas kertas bisa ditaklukkan sekalipun.
Tangguh saat berlaga di partai kandang merupakan salah satu syarat agar suatu klub bisa merengkuh kesuksesan di suatu kompetisi. Tak percaya? Silakan tengok statistik kandang Atletico Madrid ketika menjuarai La Liga Spanyol musim 2012/2013 maupun Chelsea saat mereka keluar sebagai kampiun Liga Primer Inggris musim 2014/2015.
Jika ingin perbandingan yang lain, pembaca juga bisa menilik rekor Bayern Munchen selama memainkan laga kandangnya dalam empat musim musim ke belakang ketika dominasi mereka sulit diruntuhkan para rival. Karena dari situ, pembaca akan bisa lebih memahami betapa krusialnya laga kandang bagi sebuah tim untuk mengoleksi poin dalam jumlah maksimal sehingga bisa keluar sebagai yang terbaik.
Dan musim ini, Juventus untuk kali kesekian membuktikan jika laga-laga kandang mereka adalah sebuah ladang guna meraih banyak poin. Hingga pekan ke-31, anak asuh Massimiliano ‘Max’ Allegri telah memainkan 16 pertandingan kandang.
Fantastisnya, tak sekalipun mereka kehilangan poin dari partai-partai itu. Korban terakhir yang menjadi keganasan Juventus adalah Chievo Verona yang dibekuk dengan skor 2-0 pada Minggu (9/4) dini hari kemarin.
Torehan ini memperpanjang unbeaten streak Juventus di J-Stadium menjadi 32 pertandingan.
Still going. 🏠 pic.twitter.com/FDJz3C3OmX
— B/R Football (@brfootball) April 8, 2017
Pada tiga laga home tersisa di musim ini, Juventus tinggal menjamu Genoa, Torino dan Crotone. Secara kualitas, trio ini bisa dikatakan bakal menjadi santapan enak buat I Bianconeri supaya rekor kandang mereka tetap terjaga hingga musim ini selesai. Namun bukan berarti ketiganya tak bisa mengejutkan Buffon dan kawan-kawan, lho.
Jadi, seperti apa prediksimu?
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional