Eropa Jerman

Beban Berat untuk Mario Gómez

Posturnya tinggi besar. Kakinya tidak terlalu lincah namun kokoh menjejak tanah dan tidak mudah dijatuhkan. Kemampuan olah bolanya bisa dibilang biasa-biasa saja, namun ketika ia melihat bola yang menuju dirinya melayang di udara, tanpa pikir panjang ia akan menanduknya, mencoba menebar ancaman ke penjaga gawang lawan. Beberapa kali sundulannya hanya berbuah shots on target di statistik pertandingan, namun tak jarang upayanya berbuah gol.

Dia adalah Mario Gómez García, atau yang lebih dikenal dengan Mario Gómez. Sosok target man murni di lini depan, predator kotak penalti, yang kini membela panji VfL Wolfsburg di Bundesliga.

Sempat menjadi penyerang utama di timnas Jerman pada tahun 2008 hingga 2012, karier Gómez pernah tenggelam karena berbagai cedera yang menimpanya kala membela Fiorentina selama dua musim sejak 2013/2014. Gómez kemudian “hidup” lagi ketika ia dipinjamkan ke Beşiktaş pada musim 2015/2016. Selama masa peminjamannya di Liga Turki, pemain yang kini berusia 31 tahun tersebut berhasil mencetak 28 gol di semua ajang, hanya dari 35 pertandingan. Gómez bahkan delapan kali terpilih sebagai man of the match di Liga Turki saat itu.

Meskipun menunjukkan performa yang apik, Fiorentina tidak tertarik untuk kembali mengontraknya dan memilih untuk melego Gómez ke Wolfsburg dengan harga yang sangat murah, 1,05 juta euro. Padahal ketika Fiorentina merekrut Gómez dari Bayern München, harganya mencapai 15,5 juta euro.

Mario Gómez adalah penyerang yang jarang dimiliki oleh timnas Jerman akhir-akhir ini. Semenjak kembali populernya peran false nine di sepak bola, akademi sepak bola di Jerman lebih sering mencetak pemain-pemain seperti Thomas Müller di lini depan.

Padahal, tipe pemain seperti Gómez dapat diandalkan jika sebuah tim mengalami kebuntuan untuk membongkar pertahanan lawan melalui permainan kaki ke kaki. Kemampuan duel udara Gómez dapat dimanfaatkan untuk mencuri gol melalui umpan crossing ataupun skema set-piece. Itulah sebabnya, meskipun di usia yang sudah tidak lagi muda, Gómez masih mendapat kesempatan untuk tampil membela Der Panzer, julukan timnas Jerman.

Musim ini bersama VfL Wolfsburg, Gómez telah mencetak delapan gol dari 23 kali penampilannya di Bundesliga. Tergolong sedikit, namun ada satu fakta unik yang dimiliki Gómez musim ini. Rata-rata duel udara yang dimenangkan Gómez musim ini adalah empat duel per pertandingan. Jika dirinci, Gómez telah memenangkan 93 duel udara dari 176 duel yang telah ia lakoni. Artinya, 52,8% duel udara berhasil ia menangkan sejauh ini.

Statistik tersebut menunjukkan bahwa Gómez adalah raja bola udara, khususnya di Bundesliga. Meskipun baru mencetak tiga gol sundulan sejauh ini, namun Gómez adalah elemen penting dalam skema permainan Wolfsburg. Ketangguhan Gómez di udara sangat membantu Wolfsburg yang mengandalkan set-piece untuk mencetak gol. Hingga pekan ke-24 Bundesliga, tim asuhan Andries Jonker berhasil mencetak sembilan gol melalui set-piece, tiga gol di antaranya tercatat atas nama Mario Gómez.

Dalam sembilan pertandingan terakhir di Bundesliga, Gómez berhasil mencetak lima gol. Terbaru, gol tunggalnya ke gawang RB Leipzig berbuah kemenangan bagi Wolfsburg dan semakin menjauhkan selisih poin Leipzig dengan pimpinan klasemen sementara, Bayern München.

Dengan torehan delapan golnya sejauh ini, Gómez telah berkontribusi dalam 38% gol Wolfsburg. Hanya Pierre-Emerick Aubameyang (Borussia Dortmund) dan Anthony Modeste (FC Cologne) yang memiliki persentase kontribusi gol lebih besar, yakni 42% dan 58%.

Beban berat ditanggung pada pundak Mario Gómez untuk menjauhkan Wolfsburg dari zona degradasi. Mengingat eks klub Julian Draxler, Kevin de Bruyne, dan Nicklas Bendtner ini sempat hancur lebur kala ditangani Valérien Ismaël hingga terjerembab mendekati posisi tiga terbawah.

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.