Turun Minum Serba-Serbi

Nike Pro Hijab: Sebuah Langkah Positif dari Raksasa Apparel Olahraga

Nike, merek asal Amerika Serikat yang menjadi salah satu raksasa produsen perlengkapan olahraga mengeluarkan Pro Hijab: penutup kepala yang diciptakan khusus untuk atlet-atlet perempuan muslim.

Keputusan ini diambil Nike dan diumumkan ke publik lewat video berdurasi 1:10 menit yang berjdul, “What will they say about you”. Video tersebut mereka unggah ke kanal YouTube NikeWomen pada 6 Maret 2017. Ice-skater berkebangsaan Uni Emirat Arab, Zahra Lari, menjadi salah satu atlet yang dikontrak Nike untuk mempromosikan produk ini.

Walau telah menjadi olahraga populer dunia, baru pada 2014 lalu FIFA memperbolehkan penggunaan hijab di lapangan sepak bola. Dengan keputusan ini, otoritas tertinggi sepak bola tersebut telah menyelaraskan kampanya sepak bola inklusif mereka, sepak bola akar rumput atau ’grass root football’.

Pro Hijab sendiri baru akan dijual secara resmi mulai musim semi 2018. Rencananya, produk penutup aurat ini akan disajikan dalam tiga warna lembut berbahan polyester. Bahan berpori-pori ini dianggap akan sanggup mengatur sirkulasi udara dan keringat, disamping tetap mempertahankan kelonggaran agar tuntutan syariat tetap terpenuhi.

Langkah Nike ini dinilai cenderung berani di tengah kebangkitan sayap kanan anti-Muslim di Amerika Serikat dan Eropa. Apa lagi Nike berasal dari negara yang kini dipimpin oleh presiden yang terkenal pembenci Islam dan muslim, Donald Trump.

Meski mencengangkan, langkah Nike ini bukan yang pertama kali dilakukan produsen alat-alat olahraga. Seperti yang ditulis Shireen Ahmed di Guardian (8/3), tercatat ada beberapa merek yang telah mendahului Nike, yakni Oiselle, Hummel, Capsters, serta ReportsOn.

Hummel, produsen asal negara Nicklas Bendtner ini bahkan menciptakan seragam tim nasional Afganistan yang juga menyertakan hijab pada 2016 lalu. Penggemar juga dapat membeli seragam timnas Afganistan versi hijab.

Banyak yang kontra terhadap penggunaan hijab dalam olahraga. Salah satu alasan terbesar adalah bahwa dengan menggunakan hijab, perempuan kembali takluk dalam kuasa patriarki. Namun jika ditelaah dengan jernih, penggunaan hijab bagi perempuan muslim adalah bentuk pemaknaan mereka atas perintah Tuhan. Hal tersebut seharusnya tidak menghalau mereka untuk menjadi atlet sebagaimana yang lain.

Dengan adanya peraturan FIFA serta status Nike sebagai merek raksasa, publik akan sering melihat nama-nama lain yang berprestasi di dunia olahraga yang tetap menggunakan hijab. Mereka akan menjadi simbol serta representasi bagi jutaan perempuan lain yang juga menggunakan hijab. Dengan begitu, semangat olahraga sebagai wadah sportivitas dan profesionalitas akan tersampaikan kepada seluruh lapisan masyarakat, tak terkecuali bagi mereka yang menggunakan hijab.

Pro Hijab nantinya akan dibanderol di harga 35 dolar. Langkah Nike ini juga seharusnya menjadi tamparan bagi cabang olahraga yang belum memperbolehkan wanita untuk menggunakan hijab, salah satunya bola basket.

Author: Fajar Martha
Esais dan narablog Arsenal FC di indocannon.wordpress.com