Pada tanggal 7 Januari 2017 lalu, saya kembali menginjakkan kaki di Barcelona. Kegiatan pertama yang terbersit di pikiran saya untuk dilakukan di kota ini bukan mengunjungi Sagrada Familia, katedral mahakarya arsitek terkenal, Antoni Gaudi.
Bukan juga menikmati indahnya alam Montserrat, pegunungan yang membentang di sepanjang alam Catalunya, atau berburu pakaian bermerek di pertokoan sepanjang Plaza Catalunya selama pekan diskon.
Yang pertama saya cari tahu adalah bagaimana bisa kembali berada di dalam stadion Camp Nou. Bukan, bukan sekadar ikut tur ‘The Camp Nou Experience’. Tur mengunjungi stadion markas FC Barcelona itu sebenarnya sangat menyenangkan. Namun, saya sudah mengalaminya pada kunjungan saya sebelumnya lima tahun lalu. Membayar 25 euro demi tiket ‘The Camp Nou Experience’ untuk kedua kalinya akan terasa seperti terjebak dalam sebuah tourist trap.
Ini karena yang saya cari bukan hanya sekadar melihat-lihat ke dalam ruang ganti Lionel Messi dan kawan-kawan, berfoto di pinggir hijaunya rumput lapangan atau bahkan duduk-duduk di tribun Camp Nou. Saya bukan ingin duduk di dalam stadion ketika sedang kosong dan tidak ada pertandingan.
Yang saya inginkan adalah bergabung dengan 90.000 ribu lebih penonton yang memadati Camp Nou. Stadion ini sendiri merupakan stadion dengan kapasitas terbanyak di Eropa, maka terlepas kita adalah penggila sepak bola atau bukan, menonton langsung di Camp Nou adalah pengalaman tak terlupakan. Pengalaman itu juga membuat kita konon ‘nagih’ untuk datang lagi.
Pengalaman satu-satunya saya menonton langsung di Camp Nou adalah ketika Barcelona menjamu Getafe di bulan April 2012 lalu. Masih menempel di ingatan saya, atmosfir luar biasa pertandingan yang ditonton hampir seratus ribu orang itu.
Saya mencoba mencari tiket untuk pertandingan Barcelona di La Liga, tapi kemudian menyadari saya terbentur di sebuah masalah sederhana. Kali ini saya datang di kota ini dengan status mahasiswa. Saya akan memulai kuliah seminggu setelahnya di kota Sevilla, maka saya harus bijaksana dalam mengatur pengeluaran.
Harga tiket termurah yang tertera di situsweb Barcelona adalah 35 euro untuk pertandingan Barcelona melawan Las Palmas. Harga itu cukup mengherankan dibanding laga kontra Sporting Gijon dan Leganes, misalnya. Pertemuan Barcelona melawan dua klub kecil tersebut di bulan Februari dan Maret malah dibanderol dengan minimal harga 59 euro.
Saya tentu saja harus berhitung matang-matang. Selain ingin membeli tiket untuk diri saya sendiri, kali ini saya ingin mengajak istri saya. Pengalaman menyenangkan akan lebih berkesan jika dilewatkan bersama orang yang kita sayangi, bukan? Namun, kembali lagi, pilihan saya adalah mengeluarkan uang sebanyak 70 euro (sekitar 1 juta rupiah) untuk 2 tiket laga melawan Las Palmas atau 118 euro (sekitar 1,2 juta rupiah) untuk melihat Barca melawan Sporting Gijon.
Untungnya, sebuah pilihan alternatif yang menyenangkan datang dari ajang Copa del Rey. Di turnamen dengan aturan knock-out (sistem gugur) ini, Barcelona sukses menembus babak 16 besar yang membuat mereka bertemu dengan lawan-lawan kompetitif.
Untuk babak 16 besar Copa del Rey tahun ini, Barcelona bertemu dengan Athletic bilbao. Di pertemuan pertama yang diadakan di kandang Aritz Aduriz dan kawan-kawan, El Barca menderita kekalahan 1-2.
Saya pun berpendapat bahwa pertemuan kedua di Camp Noun nanti akan berlangsung seru. Luis Enrique akan memasang skuat dengan kekuatan penuh demi mengejar ketertinggalan dari Bilbao. Maka, saya mendatangi langsung ticket box di stadion Camp Nou, dengan tujuan awal hanya untuk menanyakan berapa harga tiket termurah.
Penjaga ticket box mengatakan kepada saya bahwa masih tersedia tiket di zona Gol Nord (tribun utara di belakang gawang), dengan harga 17 euro. Saya langsung melonjak kegirangan, dan tanpa pikir panjang langsung membeli 3 tiket. Bayangkan, untuk 3 buah tiket melawan Athletic Bilbao, jumlah uang yang saya keluarkan hanya 51 euro! Jumlah itu masih lebih sedikit dari harga 2 tiket kontra Las Palmas dan Sporting Gijon yang dijelaskan sebelumnya.
Saya sengaja membeli tiket karena tiket satunya lagi saya tawarkan kepada teman saya asal Indonesia lain yang juga berminat untuk menonton pertandingan. Harga 17 euro tentu saja tidak membuat orang perlu pikir panjang, maka di hari pertandingan, saya pun datang ke stadion bersama istri saya dan satu teman lain.
Kami bertiga datang ke stadion dengan menumpang metro (semacam kereta bawah tanah di Spanyol). Setelah keluar dari stasiun metro Palau Reial, kerumunan calon penonton sudah menyemut. Kami bergabung dengan arus kerumunan yang mengarah ke tujuan yang sama, yaitu stadion Camp Nou. Saya mencoba mengamati, apakah ada perbedaan atmosfir pertandingan liga dan Copa del Rey. Kesimpulan saya adalah: tidak ada.
Meski pertandingan berlangsung pada hari kerja, yaitu hari Kamis, dan pukul 20:45 di malam hari, antusiasme penonton terlihat tidak surut. Penonton tua, muda, dan anak-anak kecil ditemani para orang tua memakai atribut klub Barcelona serta bernyanyi-nyanyi chant klub kesayangan mereka. Ruas-ruas jalan di sekitar stadion ditutup bagi kendaraan roda dua dan roda empat, kerumunan pejalan kaki kali ini menjadi penguasa jalanan.
Ketika akhirnya menemukan tempat duduk kami di dalam stadion, saya sedikit terkejut karena posisi tempat duduk kami bertiga jauh lebih bagus dari ekspektasi awal kami. Tribun sektor Gol Nord yang kami tempati berada di lantai paling bawah, sehingga hanya berjarak sekitar 10 meter dari gawang dan pinggir lapangan. Kami bisa melihat jelas ekspresi wajah Neymar, Lionel Messi, atau Iker Muniain jika mengambil tendangan sudut.
Bukan hanya itu, atmosfer yang kami rasakan luar biasa karena Gol Nord sebenarnya adalah tempat yang dihuni para anggota resmi klub suporter. Gol Nord mungkin merupakan sektor paling riuh di antara sekitar tujuh puluh ribu lebih penonton yang hadir di Camp Nou pada malam itu.
Yang paling berkesan tentu saja ritual yang dilaksanakan setiap menit ke-17 detik ke-14 pertandingan. Ketika jam digital di layar besar sudah menunjukkan waktu tersebut, seluruh stadion serempak meneriakkan ‘Independencia!’. Ini memang sengaja dilakukan oleh para penonton yang mayoritas warga Catalunya untuk menunjukkan dukungan mereka terhadap kemerdekaan Catalunya.
Pertandingannya terlihat seperti film action yang penuh adegan saling mengejar yang seru. Barcelona unggul lebih dulu melalui gol Luis Suarez di menit k-36. Keunggulan Barca bertambah setelah Neymar mengeksekusi penalti di menit ke-47. Namun, seluruh stadion kembali dilanda ketegangan ketika Bilbao mencuri gol lewat Enric Saborit di menit ke-51.
Untungnya, Lionel Messi mencetak gol ketiga Barca di menit ke-77. Gol itu bertahan hingga peluit tanda pertandingan berakhir dibunyikan. Para pendukung pun bersorak kegirangan karena tim kesayangan mereka menang.
Perjalanan pulang dari stadion terasa cukup menantang bagi kami, karena kami harus bersaing dengan ribuan penonton lain yang berdesakan masuk ke stasiun metro. Meski demikian, semuanya terasa menyenangkan karena orang-orang pulang dengan bahagia setelah menyaksikan hiburan bermutu.
Untuk harga 17 euro, laga perdelapan final Copa del Rey itu memang terasa seperti harga yang sangat murah, terutama setelah melihat kualitas yang berlaga di atas lapangan. Hanya Marc-Andre ter Stegen yang absen dari starting line-up Barcelona, dan dari pihak Bilbao sendiri, mereka menyimpan Aritz Aduriz untuk masuk ke lapangan sebagai pemain pengganti pada awal babak kedua. Ini jauh lebih menguntungkan dari menyaksikan pertandingan Liga Spanyol dengan harga nyaris tiga kali lipat.
Beberapa hari setelah pertandingan tersebut, saya pun berburu tiket perempatfinal antara Barcelona melawan Real Sociedad. Lagi-lagi, saya memperoleh harga murah untuk laga berkualitas tinggi, yaitu 19 euro saja!
Singkat kata, trik ini bisa jadi masukan untuk menonton Barcelona dengan skuat full team lewat harga murah. Atur perjalanan Anda ke kota ini pada bulan Januari, lalu berburulah tiket pertandingan Copa del Rey fase perdelapan dan perempat final. Semoga berhasil!
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pecinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.