Ketika Liga Primer Inggris memulai era barunya (masuk era Premier League) di musim 1992/1993, Leeds United dan Sheffield Wednesday adalah dua tim yang ikut berpartisipasi sebagai kontestan di kompetisi tersebut. Selama satu dekade lebih, mereka mengarungi ketatnya kompetisi kasta teratas di sepak bola Inggris tersebut, hingga akhirnya mereka harus menghilang dari permukaan. Sheffield Wednesday terdegradasi pada tahun 2000, dan Leeds United menyusul pada tahun 2004.
Sampai saat ini, tak ada satupun di antara mereka yang sanggup kembali ke Liga Primer. Namun, jika melihat klasemen Divisi Championship saat ini, ada potensi keduanya atau salah satu akan kembali bersaing di liga yang telah mereka tinggal selama satu dekade lebih.
Semalam (25/2), kedua klub tersebut beradu. Pertandingan yang dihelat di kandang Leeds United berhasil dimenangkan tuan rumah dengan skor 1-0. Hingga pekan ke-34 Leeds berada di peringkat keempat, sedangkan Wednesday berada dua strip di bawahnya, dengan selisih hanya tiga poin.
Untuk dapat promosi ke Liga Primer Inggris, dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama adalah promosi otomatis dengan menempati peringkat pertama dan kedua di klasemen akhir. Kedua adalah melalui babak play-off antara klub peringkat tiga sampai enam.
Leeds dan Wednesday sampai saat ini statusnya masih terbilang aman di zona play-off. Selanjutnya, mari kita lihat seberapa besar potensi keduanya untuk kembali ke Liga Primer Inggris
Leeds United
Leeds United seperti yang kita tahu adalah klub yang banyak mengorbitkan bintang top di Liga Inggris. Dimulai dari almarhum Gary Speed, Eric Cantona, Harry Kewell, Jimmy Floyd Hasselbaink, Mark Viduka, Rio Ferdinand, hingga James Milner pernah merasakan atmosfer Elland Road dalam karier mereka.
Terbaru, mereka mengorbitkan Chris Wood sebagai bintang baru di Elland Road, markas Leeds. Meskipun bukan produk asli akademi Leeds, namun pria kelahiran tahun 1991 tersebut sedang menjalani periode terbaiknya di Leeds. Saat ini ia telah mencetak 19 gol di Divisi Championship. Menurut data yang terkumpul dari Squawka, Woods menorehkan 34 shots-on-target dari 61 kali percobaannya musim ini. Statistik yang menjadikan Woods sebagai penyerang yang sangat diwaspadai di Divisi Championship.
Di lini belakang, Leeds memiliki palang pintu yang tangguh dalam diri Pontus Jansson. Pemain pinjaman dari Torino tersebut sejauh ini telah memenangkan 67% duel udara, 214 clearances, dan memiliki persentase operan sukses tertinggi di skuatnya, yakni 85%.
Dengan postur setinggi 196 sentimeter dan badan yang tegap, Jansson memang cocok bermain di Liga Inggris yang terkenal sering menyajikan kontak fisik.
Selain itu, membaiknya performa salah satu klub legendaris Inggris juga ditunjang faktor pelatih yang mumpuni. Keputusan Leeds United menunjuk Garry Monk sebagai pelatih untuk menggantikan Steve Evans terbukti tepat. Eks pelatih Swansea tersebut telah menjadi figur populer di kalangan suporter Swansea. Gaya bermain timnya yang terbuka mendapat apresisasi tinggi dari para pendukung The Whites United, julukan Leeds. Mereka pun yakin bahwa musim depan Monk akan kembali ke Liga Primer, bersama Leeds United yang diasuhnya.
Sheffield Wednesday
Klub yang pernah dibela Paolo Di Canio selama dua tahun ini memiliki senjata tajam mematikan di lini depan. Nama Fernando Forestieri mungkin masih asing di telinga kita. Namun Forestieri bukanlah pemain sembarangan. Mereka yang menghadapi Wednsesday musti ekstra hati-hati untuk mengawal pemain yang dapat berposisi sebagai gelandang serang, gelandang sayap, atau penyerang ini.
Jika di Leeds United, Garry Monk berjaya dengan gaya menyerangnya, pelatih Sheffield Wednesday justru sebaliknya. Carlos Carvalhal membawa Sheffield Wednesday ke papan atas Divisi Championship dengan gaya bermain bertahannya.
Pelatih yang pernah menyingkirkan Arsenal dari babak keempat Piala Liga ini membangun fondasi pertahanan yang kuat. Duet Tom Lees dan Sam Hutchinson di lini belakang menjadikan Wednesday tim keempat yang paling sedikit kebobolan musim ini di Divisi Championship. Satu-satunya kelemahan Wednesday musim ini adalah jarangnya mereka memenangkan pertandingan dengan selisih gol yang besar. Carvalhal dan anak asuhnya lebih sering memenangkan pertandingan melalui gol tunggal.
***
Gaya bermain kedua tim sangat bertolak belakang namun sama-sama memiliki materi pemain yang mumpuni untuk “lulus” dari Divisi Championship. Leeds United lebih cenderung bermain terbuka, sedangkan Sheffield Wednesday lebih fokus ke pertahanan mereka.
Jika dilihat dari klasemen sementara, sulit rasanya mengejar peringkat satu atau dua agar mendapatkan tiket promosi otomatis. Perbedaan poin keduanya dengan Newcastle United dan Brighton & Hove Albion terlalu jauh. Meskipun dalam sepak bola apapun bisa terjadi, namun sepertinya hanya satu di antara Leeds United ataupun Sheffield Wednesday yang akan kembali ke Liga Primer Inggris mulai musim depan melalui jalur play-off.
Jadi, apakah dua tim klasik ini akan kembali ke Liga Primer musim depan?
Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.