Eropa Lainnya

Apoel Nicosia: Mengenalkan Siprus ke Dunia dengan Sepak Bola

Apa yang anda bayangkan jika mendengar nama Siprus? Mungkin anda akan kembali bertanya-tanya atau langsung memanfaatkan mesin pencari untuk mencari tahu apa arti nama tersebut. Sebagai negara kecil yang tidak terlalu mendapat perhatian dunia, wajar rasanya jika kita tidak mengetahui bahwa Siprus adalah sebuah negara.

Sebagai negara kepulauan, Siprus diapit oleh dua negara timur tengah, yaitu Turki di sebelah barat dan Suriah di selatan. Negara yang hanya memiliki luas wilayah 9.251 kilometer ini sebelumnya pernah diperebutkan oleh Turki dan Yunani pada tahun 1974 silam.

Cukup beralasan memang jika Yunani ingin Siprus masuk ke dalam wilayahnya, mengingat Britania Raya (yang menjajah Siprus) memang ingin memberikannya pada mereka, ditambah mayoritas penduduk Siprus memiliki nama yang sangat Yunani.

Meski bersebelahan dengan Turki dan Suriah, negara Siprus sepenuhnya masuk ke dalam teritori benua Eropa dan resmi menjadi anggota Uni Eropa sejak tahun 2004. Sementara dalam hal sepak bola, Siprus memang tidak bisa berbuat banyak, menyandang sebagai negara kecil di benua yang sangat besar, sudah barang tentu negara yang menggunakan bahasa Turki dan Yunani sebagai bahasa nasionalnya ini menjadi bulan-bulanan negara-negara Eropa lainnya.

Jika dibandingkan dengan Turki dan Yunani, sepak bola Siprus tentu masih kalah jauh, baik tim nasionalnya maupun di tingkat klubnya. Sementara di kompetisi domestik, Liga Siprus hanya diikuti oleh 14 klub yang tergabung dalam Divisi Satu Siprus sebagai liga tertinggi di negara tersebut.

Menyandang predikat sebagai negara kecil dan hanya diikuti 14 tim bukan berarti Liga Siprus baru dilangsungkan kemarin sore. Divisi Satu Siprus, atau sekarang lebih dikenal dengan nama Laiki Bank League, telah diselenggarakan sejak tahun 1934.

Salah satu klub yang menjadi langganan juara adalah Apoel Nicosia yang meraih 25 gelar juara. Berkat Apoel Nicosia pula nama Siprus semakin dikenal dunia, khususnya para pecinta sepak bola. Selain Apoel Nicosia, klub Siprus lainnya, Anarthosis Famagusta juga sempat melaju ke babak utama Liga Champions Eropa pada tahun 2009 lalu.

Tengah pekan kemarin, mereka kembali mencatatkan sejarah kala menjungkalkan tim asal Spanyol, Athletic Bilbao di babak perdelapanfinal Liga Europa dengan agregat 4-3. Kalah 3-2 di San Mames, skuat Thomas Christiansen membalikkan keadaan di Nicosia lewat kemenangan 2-0.

Apoel Nicosia kembali mengangkat nama Siprus di dunia si kulit bundar. Setelah sebelumnya mereka menjadi klub asal Siprus pertama yang berhasil menembus babak delapan besar Liga Champions Eropa pada musim 2011/2012.

Kini, walaupun berada di kompetisi yang berbeda dengan enam tahun lalu, Apoel kembali menunjukkan taringnya sebagai kuda hitam benua Eropa. Mengalahkan Athletic Club yang musim lalu merupakan semifinalis. Juga fakta bahwa klub asal Basque ini adalah tim yang rutin mentas di kompetisi Eropa.

Sebagai tim terbesar Siprus, tentu bukan perkara sulit bagi klub yang bermarkas di GSP Stadium ini untuk mendatangkan pemain dari banyak negara, seperti Argentina, Brazil, Portugal, Yunani dan Spanyol. Walau nama-nama yang didatangkan tidak begitu terkenal, tapi merekalah orang-orang dibalik keberhasilan Apoel sejauh ini.

Mungkin hanya nama David Barral, pemain asal Spanyol yang baru saja bergabung musim dingin ini yang sedikit familiar di telinga, mengingat dia lama bermain di La Liga bersama Sporting Gijon dan Granada.

Pada musim lalu, klub yang memiliki warna kebesaran kuning-biru ini juga kedatangan satu nama tenar lain asal Argentina, Fernando Cavenaghi, yang sempat bermain satu musim. Meski tak muda lagi, mantan pemain Bordeaux ini mampu mengemas 23 gol dari 26 pertandingan di semua kompetisi.

Memiliki pemain-pemain yang berasal dari banyak negara nyatanya berbanding lurus dengan dominasi Apoel di kancah domestik. Memuncaki klasemen dengan raihan 59 poin, unggul enam angka dari peringkat dua, Apol Limassol. Tangga menuju juara yang ke empat kali secara beruntun pun semakin di depan mata.

Kombinasi pemain tua dan muda membuat permainan Apoel lebih cair dan tahu kapan waktu menyerang dengan cepat atau bertahan sembari menunggu momen untuk menyerang balik lawan. Ini pula yang menjadi senjata andalan Giorgios Merkis dan kawan-kawan kala memulangkan Athletic Bilbao Jumat (24/2) lalu.

Tentu saja kita berharap bahwa Apoel Nicosia bisa melanjutkan tren positifnya di Eropa agar melaju lebih jauh. Di ajang Liga Europa musim ini sendiri, kemungkinan itu masih terbuka lebar, dewi fortuna tampaknya masih menaungi mereka karena di babak selanjutnya, klub ibu kota Siprus ini berhadapan dengan Anderlecht, klub asal Belgia yang memiliki catatan buruk di kancah Eropa.

Semua kemungkinan memang masih akan terjadi, dengan pengalaman para pemain yang masih minim jam terbang di Eropa bisa menjadi faktor non-teknis pada performa skuat ke depannya. Tapi kita, atau setidaknya saya, akan tetap mengharapkan Apoel bisa melaju ke babak final, mungkin juga juara bila perlu, supaya sepak bola modern tidak hanya identik dengan tim besar bergelimang uang yang akan terus juara.

Karena di atas itu semua masih ada kerja keras dan tekad yang kuat dari para pelakunya dari pada uang dan label bintang , untuk meraih gelar juara.

Author: Wanda Syafii (@wandasyafii)
Kopites yang masih percaya timnya akan juara liga walau entah kapan. Sering bikin gaduh di wandasyafii.com