Kolom Eropa

Jalan Nasib Inzaghi Bersaudara

Perihal pesepak bola bersaudara yang kerap berlawanan di lapangan merupakan hal yang biasa terjadi. Yang terbaru tentu pertemuan Pogba bersaudara di ajang Liga Europa antara Manchester United melawan Saint Etienne. Partai yang mempertemukan Paul Pogba (Manchester United) dan Florentin Pogba (Saint Ettiene). Satu hal yang pasti, pertemuan saudara kandung seperti ini sudah sangat lama terjadi di dunia sepak bola.

Di Italia, kita tentu tahu bagaimana sengitnya pertarungan Derby Della Madonnina yang membelah keluarga Baresi yang saling berseberangan antara Gueseppe Baresi di Internazionale dan Franco Baresi di AC Milan.

Uniknya, mereka pernah menjabat kapten bersama saat kedua tim bertemu. Jauh setelah derbi “keluarga” tersebut, Serie A Italia kembali menghadirkan perang saudara di lapangan hijau. Memiliki kualitas yang tak jauh berbeda, Filippo dan Simone Inzaghi dipisahkan dua kota yang berjarak 350 mil jauhnya, Milano dan Roma.

Keduanya memulai karir di klub yang sama, Piacenza, dalam rentan waktu yang berbeda. Kepergian sang kakak, Filippo pada 1994 membuka jalan Simone untuk bergabung dengan klub bagian utara Italia tersebut hingga tahun 1999. Meski tumbuh di lingkungan yang sama dan mengawali karir profesional di klub yang sama pula, Filippo dan Simone tak pernah bermain satu tim.

Seperti yang kita ketahui, selama menjadi pemain profesional, Filippo Inzaghi memiliki nasib yang lebih baik dari sang adik. Sempat dipinjamkan ke Verona dan klub kecil lainnya, Pippo (sapaan akrab Inzaghi) akhirnya hengkang permanen ke klub besar Serie A ketika itu, AC Parma selama semusim.

Titik balik karir pencetak 70 gol di Liga Champions ini terjadi ketika ia membela Atalanta dengan langsung menggelontorkan 24 gol di musim perdana. Pencapaian ini semakin meroketkan namanya di jajaran attacante ternama Italia bersama Christian Vieri, Del Piero, dan tentu saja penyerang yang tengah naik daun ketika itu, Roberto Baggio.

Dengan kualitas permainan yang semakin meningkat, ia butuh tempat yang lebih besar dari Atalanta hingga akhirnya ia menjatuhkan pilihan di Juventus.  Pengabdian empat tahun Pippo di Turin dirasa sudah cukup buat dia untuk mencari petualangan baru. Pada 2001, ia pun memilih AC Milan sebagai pelabuhan terakhirnya. Di San Siro pula, puncak karir Pippo Inzaghi terjadi. Gelimangan piala berhasil ia raih bersama Rosonerri, baik domestik maupun internasional. Kebanggaannya sebagai pesepak bola makin lengkap saat ia sukses mengantar Italia ke puncak dunia di Jerman, pada 2006 silam.

Usia yang terus bertambah dan munculnya bibit baru di tubuh Milan membuat Inzaghi memutuskan pensiun pada 2012 lalu. Dua gelar Scudetto,  satu gelar Coppa Italia, dua gelar Super Coppa Italia, dua gelar Liga Champions, dan satu gelar Piala Dunia Antar Klub menjadi catatan indahnya selama membela Il Diavolo Rosso, AC Milan.

Ketika Filippo Inzaghi malang melintang di beberapa klub besar Italia, karier Simone Inzaghi tidak begitu mulus karena ia lebih banyak dipinjamkan Piacenza ke klub Serie B dan Serie C selama beberapa tahun. Hingga pada akhirnya Lazio datang menawarkan kebanggaan yang tak bisa ia tolak. Meski sempat dua kali dipinjamkan ke Sampdoria dan Atalanta, ia tetap menjadi bagian penting tim Elang Biru ibu kota selama satu dasawarsa.

Naluri golnya yang tak kalah tinggi dengan sang kakak telah menempatkannya dalam deretan legenda Lazio. Kecintaan Laziale padanya berhasil ia balas dengan empat  gelar major yang ia persembahkan bagi Biancoceleste.

Gelar Piala Super Eropa, satu Scudetto Serie A,  tiga Copa Italia, dan dua Piala Super Italia menjadi persembahan indah darinya untuk Lazio. Dan hingga sekarang, belum ada lagi gelar yang mengisi lemari Lazio sepeninggal Simone Inzaghi.

Walaupun mereka tak pernah bermain di klub yang sama, Simone dan Filippo pernah sama-sama dipanggil tim nasional Italia. Kehadiran keduanya bukan hanya menambah persaingan lini depan, tapi di sisi lain menimbulkan hangatnya persaudaraan di skuat Gli Azzurri dan memberi warna tersendiri  di setiap suasana latihan tim nasional.

Era perlawanan keduanya di dalam lapangan pun sudah bergeser ke pinggir lapangan. Setelah gantung sepatu, mereka berkarier sebagai pelatih di masing-masing akademi klub yang membesarkan nama mereka. Dari tim akademi, keduanya beranjak melatih tim Primavera, dalam waktu singkat mereka lewati dalam waktu yang bisa dibilang singkat hingga kakak beradik ini menjadi pelatih di tim utama.

Jika karir Ronald Koeman dan Frank De Boer lebih baik dari adik-adik mereka (Erwin Koeman dan Ronald De Boer) baik ketika masih aktif bermain hingga merintis karir menjadi pelatih, hal ini tidak berlaku pada Inzaghi bersaudara yang seolah bertukar tempat kala keduanya menjajaki dunia kepelatihan.

Sekali lagi, perbedaan nasib keduanya kembali tampak mencolok. Filippo yang ketika masih aktif bermain memiliki karier yang jauh lebih bagus dengan banyak gelar yang diraih, baik individu maupun tim, harus menerima kenyataan pahit saat merambah dunia kepelatihan kala karier Simone Inzaghi sebagai pelatih tampak lebih menjanjikan (untuk saat ini).

Pippo yang memikul beban teramat berat sebagai pengganti Clarence Seedorf sebagai pelatih AC Milan jelas tak bisa berbuat banyak ketika tim yang ia pimpin tidak menjadi lebih baik. Sementara Simone, yang baru dipromosikan menjadi pelatih utama Lazio perlahan tapi pasti mengangkat performa rival AS Roma ini dan mampu membuat Lazio bertengger di peringkat lima sementara ini.

Dengan mempercayakan para pemain muda bertalenta seperti Keita Balde, Felipe Anderson, Sergej Milinkovic-Savic, dan beberapa nama lainnya yang terus bersinar dan menjadi barometer cerahnya masa depan Lazio, Simone mengecap karier kepelatihan yang sedikit lebih manis dari sang kakak.

Sementara Filippo, ia menghilang bagai ditelan bumi setelah melepas jabatannya di AC Milan. Tak lama, namanya kembali mencuat, tapi bukan penunjukannya sebagai pelatih salah satu club Serie A, melainkan menjadi allenatore klub semenjana bernama Venezia, klub kecil asal kota Venezia yang cantik, yang terjerembab di Lega Pro Prima Divisione. Dalam hierarki sepak bola Italia, kompetisi yang sebelumnya bernama Serie C ini berada tiga tingkat di bawah Serie A.

Semoga, akan bermunculan Filippo dan Simone Inzaghi lainnya di kemudian hari yang akan meramaikan kembali Serie A Italia dengan semua cerita indah dibalik setiap laganya.

Author: Wanda Syafii (@wandasyafii)
Kopites yang masih percaya timnya akan juara liga walau entah kapan. Sering bikin gaduh di wandasyafii.com