Jelang Copa America tahun 2016 lalu, Brasil begitu kesulitan untuk mencari pendamping di lini depan bagi sang megabintang, Neymar. Apalagi, edisi tersebut menjadi spesial karena merupakan peringatan 100 tahun kompetisi antarnegara di benua Amerika itu. Brasil tentu berambisi untuk menambah koleksi delapan gelar juara yang sebelumnya sudah mereka miliki.
Ada dua kandidat kala itu yang dimasukan oleh pelatih Dunga ke dalam daftar skuat sementara Brasil sebelum berangkat ke Amerika Serikat, tempat penyelenggaraan turnamen kali ini.
Yang pertama adalah Gabriel Jesus dari Palmeiras. Pemain berusia 19 tahun ini merupakan bintang di kompetisi domestik. Tapi ia selalu kesulitan apabila dimainkan sebagai penyerang tengah. Ia akan sangat bagus ketika bermain lebih melebar.
Sementara kandidat satunya lagi adalah Gabriel Barbosa dari Santos. Ia sudah sangat terkenal sebagai pencetak gol handal sejak usia muda. Karena itulah ia mendapatkan julukan “Gabigol”. Di usia yang bahkan belum genap 20 tahun, Gabigol sudah mempersembahkan dua gelar Liga Brasil untuk timnya, Santos. Banyak pihak beranggapan bahwa ia adalah pewaris sah wonderboy Brasil, Neymar.
Hingga detik terakhir pendaftaran pemain yang akan berlaga di turnamen, Dunga begitu kebingungan. Sampai akhirnya, terjadilah sebuah kejadian tidak terduga. Visa untuk Gabriel dari Palmeiras ditolak oleh pemerintah Amerika Serikat karena suatu alasan. Karena kejadian tersebutlah pilihan kemudian jatuh kepada Gabriel dari Santos.
Namun selama di Amerika Serikat, Gabriel tampil kurang baik. Meskipun secara keseluruhan, tim Brasil yang bertanding di Copa America Centenario memang tampil mengecewakan. Kendati sempat menang besar 7-1 atas Haiti, di mana Gabriel dari Santos berhasil menyarangkan satu gol, Brasil kemudian mesti pulang lebih awal karena tidak dapat melaju dari fase grup.
Hasil mengecewakan di Copa America tentu menjadi beban tersendiri bagi Rogerio Micale, pelatih timnas Brasil untuk ajang Olimpiade. Apalagi kejuaraan olahraga tersebut diselenggarakan di tanah sendiri yang membuat medali emas adalah hasil yang wajib diraih.
Sadar membutuhkan banyak tenaga dari bakat-bakat muda Brasil, Micale kemudian memutuskan untuk memanggil kedua Gabriel sekaligus untuk mendampingi Neymar. Hasilnya ternyata luar biasa. Kedua Gabriel saling melengkapi permainan untuk menopang Neymar dan membawa Brasil meraih medali emas di rumah sendiri.
Setelah dua kejuaraan antarnegara, dua Gabriel ini pun kemudian memulai petualangan mereka di level sepak bola yang lebih tinggi. Baik Gabriel dari Palmeiras ataupun Gabriel dari Santos keduanya kemudian hijrah ke kesebelasan besar di Eropa.
Gabriel dari Santos terlebih dahulu memulai petualangannya dengan mendarat di Internazionale Milan. Mahar transfer seharga 29,5 juta euro dibayarkan oleh klub asal Italia tersebut kepada Santos untuk mengamankan jasa Gabriel yang juga diburu oleh kesebelasan-kesebelasan lain di Eropa.
Namun, Gabriel yang didaratkan Internazionale karena sudah mulai gerah dengan perilaku bintang sekaligus kapten mereka, Mauro Icardi, nyatanya juga cukup kesulitan untuk beradaptasi dengan sepak bola Italia.
Sudah didaratkan sejak Agustus tahun 2016 lalu, Gabigol baru mencetak gol perdananya untuk Inter pada bulan Februari tahun 2017 ini. Semua beranggapan bahwa ia akan menjadi pembelian gagal tim asal Italia.
Sementara untuk Gabriel dari Palmeiras, meskipun sudah dikontrak oleh tim kaya asal Inggris, Manchester City sejak bulan Agustus 2016, perjanjian antara keduanya membuat Gabriel dari Palmeiras baru bisa merumput di Inggris per Januari 2017. Ia didaratkan dengan harga sebesar 33 juta euro.
Dan nasib Gabriel Jesus ketika memulai kariernya di Eropa jauh lebih baik ketimbang Gabriel Barbosa. Di debut perdananya di tim utama City, ia berhasil memberikan asis untuk gol Raheem Sterling dalam kemenangan 3-0 atas Crystal Palace di Piala FA. Seminggu kemudian ia mencetak gol perdananya di Liga Primer Inggris. Semua terasa indah sampai akhirnya ia menderita cedera metatarsal yang membuatnya kemungkinan besar tidak bisa berlaga lagi sampai musim kompetisi kali ini selesai.
Nasib kedua Gabriel ini berbeda. Berdasarkan fenomena sebelumnya, ketika satu Gabriel mengalami kesuksesan, Gabriel yang lain justru sedang dirundung kemalangan. Apakah ini berarti Gabriel dari Santos akan membuat ledakan hebat di sisa musim kompetisi, sementara Gabriel dari Palmeiras mesti menepi lama karena cedera parah?
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia