Kolom Eropa

Veltins Arena: Rumah Baru Nabil Bentaleb

Leon Goretzka, gelandang serang Schalke bernomor punggung 8, melakukan kesalahan. Timnya memiliki kesempatan untuk melakukan serangan balik, tapi sodoran bolanya kepada Daniel Caligiuri terlalu lemah hingga dipotong bek Hertha Berlin.

Tidak sampai tiga detik, Berlin yang baru membangun serangan dapat dipupuskan oleh Schalke lewat Goretzka, yang seperti ingin menghapus kesalahan. Setelah berkerjasama dengan Benedikt Howedes, Goretzka memberi bola kepada Nabil Bentaleb.

Bentaleb, yang dipinjam Royal Blues dari Tottenham Hotspur melepas umpan lambung yang pelan namun menyusur dengan pasti ke kaki striker Austria, Guido Burgstaller. 1-0 untuk tim tuan rumah, lima menit menjelang babak pertama usai.

Penonton mungkin lebih mengapresiasi Goretzka, yang di pertandingan tersebut melepas tiga kali tendangan jarak jauh di babak pertama (satu di antara tiga membentur tiang kiri gawang Berlin dengan keras). Terlebih di babak kedua, pemain dengan rambut Clark Kent ini sanggup menggandakan kemenangan Schalke menjadi 2-0.

Jika diulang sedikit, sebelum gol pertama Schalke, Bentaleb adalah pemain yang berhasil memangkas umpan datar Salomon Kalou hingga akhirnya Goretzka mampu membangun serangan balik. Bentaleb juga, dengan cara yang sama seperti di gol Burgstaller, yang memberi assist untuk gol Goretzka.

Kalah bersaing

Bentaleb adalah pemain akademi Tottenham yang berada di waktu yang kurang tepat. Spurs sedang mengalami masa-masa menarik sejak dilatih Mauricio Pochettino. Pochettino, yang merupakan anak didik pelatih influensial, Marcelo Bielsa, diapresiasi banyak pihak karena telah berani mempromosikan pemain-pemain akademi Spurs, terutama Harry Kane.

Namun dibanding Kane, nama Bentaleb sejatinya lebih dulu muncul saat Spurs masih dilatih Andre Villas-Boas dan Tim Sherwood di musim perdananya mentas di Liga Inggris, 2013-14.

Di musim tersebut, Bentaleb dipercaya berlaga sebanyak 19 kali, 3 kali lebih banyak ketimbang Harry Kane. Perlu diingat, saat itu Spurs masih memiliki gelandang setipe seperti Sandro, Andros Townsend, dan Paulinho.

Di musim perdana Poch, panggilan Pochettino, ia masih dipercaya untuk bermain sebanyak 25 kali di kancah Liga Primer (1 kali sebagai pemain pengganti). Barulah di musim 2015-16, nama Bentaleb seperti tersisih dari susunan starting line-up klub London Utara tersebut.

Dalam skema 4-2-3-1 andalan Poch, dua posisi sebagai double pivot dipercayakan kepada Moussa Dembele dan Eric Dier. Postur tubuhnya yang jangkung, serta gayanya membawa bola yang cenderung lambat, sekilas membuat Bentaleb kurang mampu kompetitif di skuat Spurs.

Musim tersebut memang musim yang mencuatkan nama Dier. Ia dipercaya tampil di Liga Primer sebanyak 37 kali. Sebagai gelandang bertahan, ia sanggup mencatat 2,2 intersep/laga (terbaik ketiga di Tottenham) dan  2,1 tekel/laga.

Selain itu, Dier memuncaki daftar pemain yang paling banyak melakukan operan di Tottenham, dengan catatan 56,3 operan/laga. Torehan ini membuat namanya diangkut Roy Hodgson ke ajang Piala Eropa 2016 di Prancis.

Malang bagi Bentaleb, kiprah Dier tentu membuatnya tersisih sehingga hanya dipercaya Poch tampil sebanyak 2 kali (3 kali sebagai pemain pengganti). Sebelum musim 2016-17 bergulir, Poch seakan memberi sinyal kepada pemain Aljazair tersebut dengan menyuruhnya berlatih dengan tim U-21.

Sebuah sinyal buruk bagi pemain yang di awal karier memiliki prospek cerah. Seperti dikutip the Guardian (19/8/2016), terkait Bentaleb, Poch berkata:

“Peraturannya teramat jelas: jika Anda bukan bagian dari rencana saya, mengapa Anda berlatih bersama kami? Dia (Bentaleb) memahaminya dengan baik, sebagaimana pemain lain. Ini bukan perkara besar. Terkadang terlihat seperti perkara besar, tapi itu sesutu yang normal dalam sepak bola.”

Maka saat Schalke menjulurkan tawaran bergabung (peminjaman), Bentaleb segera tak ambil pusing lantas hijrah ke Bundesliga.

Pewaris Julian Draxler

Schalke merupakan salah satu tim Jerman yang terkenal sebagai produsen pemain-pemain muda berbakat. Akademi sepak bola rival abadi Borussia Dortmund ini dikenal melahirkan nama-nama seperti Mesut Ozil, Benedikt Howedes, Julian Draxler, Manuel Neuer, Joel Matip, serta terkini: Leroy Sane dan Max Meyer.

Nama-nama di atas adalah portofolio positif Schalke. Mayoritas di antara mereka bahkan mengisi timnas Jerman yang memenangi Piala Dunia terakhir. Namun, Schalke adalah tim besar yang minim prestasi, sehingga sebelum ‘bunga-bunga’ tersebut mekar dan harum di Veltins Arena, mereka memilih hijrah ke klub Bundesliga lain atau langsung minggat ke luar Jerman.

Ozil merapat ke Werder Bremen, menghadiahi mereka trofi DFB Pokal, sebelum akhirnya berlabuh ke Real Madrid usai Piala Dunia 2010. Rute serupa ditempuh Draxler. Hijrah ke VfL Wolfsburg musim lalu, lalu dipinang Paris Saint-Germain di bursa transfer Januari 2017.

Hal yang sama juga masih mengintai klub berjuluk Die Knappen ini setelah Leroy Sane dilepas ke Manchester City awal musim ini. Bakat muda terakhir mereka, Max Meyer, juga sering bermain mata dengan klub-klub yang berminat meminangnya.

Di tengah-tengah suasana inilah Bentaleb hadir. Bagi pemain-pemain di atas, Schalke adalah batu lompatan, a stepping stone. Tapi bagi Bentaleb, Schalke telah memberinya harapan baru. Nomor punggung 10 yang diberikan pelatih Markus Weinzierl dibayarnya dengan kontan.

Selain memuncaki tim sebagai pemberi assist terbanyak (bersama sayap kiri Sead Kolasinac), Bentaleb juga top skor tim dengan 4 golnya di Bundesliga. Hingga pekan ke-20, Bentaleb adalah pemberi through ball terbanyak di Bundesliga dengan catatan 0,4 through ball /laga, disusul oleh Naby Keita (RB Leipzig, 0,3/laga) dan Yuya Osako (Koln, 0,3/laga).

Bentaleb bermain layaknya pengintai. Ia membayang-bayangi lawan di lapis kedua, maksudnya, saat rekan-rekannya menempel pemain lawan, ia memantau mereka atau arah laju bola yang dilepas.

Sebagai gelandang bertahan, Bentaleb juga bermain cerdas dengan tidak terlalu sering menekel lawan sambil menjatuhkan badan. Gaya bermain seperti itu akan menyulitkannya mengimbangi ritme cepat Bundesliga.

Posisi Bentaleb sendiri sebenarnya agak meninggalkan kebiasaannya di Tottenham. Ia diperbolehkan Weinzierl untuk turut membantu serangan, sambil terkadang bergantian dengan Goretzka dalam merusak ritme bermain tim lawan. Bermain di formasi 3-1-4-2, ia menjadi bagian dari poros tiga gelandang dinamis berusia belia Schalke bersama Goretzka (22 tahun) dan Johannes Geis (23)

Simak bagaimana ketiga pemain ini saling melengkapi satu sama lain, berdasarkan perbandingan yang saya rangkai berkat layanan Squawka:

Tak pelak, penampilan aduhai Bentaleb ini membuatnya diapresiasi di Jerman. Pemain kelahiran Lille, Perancis ini terpilih menjadi rookie of the year pilihan penggemar Bundesliga dengan raihan suara sebanyak 37%. Ia menyisihkan Ousmane Dembele (Borussia Dortumund) dan Naby Keita (RB Leipzig).

Dua golnya ke gawang Mainz membuat namanya tercatat sebagai pemain Aljazair pertama yang mampu menceploskan dua gol di satu pertandingan Bundesliga. Namanya juga masuk nominasi tim Bundesliga hindrunde (paruh musim) 2016-17, meski akhirnya tidak terpilih.

Tugas menyelamatkan inkonsistensi Die Königsblauen

Schalke sedang mengalami masa-masa pelik. Klub dengan jumlah anggota terbesar kedua di Jerman ini berada di posisi 11 klasemen sementara Bundesliga.

Manajemen Schalke merekrut nama-nama baru di bursa transfer Januari dan nampaknya pemain-pemain ini langsung nyetel dengan permainan tim berkostum biru ini. Tiga pemain tersebut adalah Daniel Caligiuri (dari Wolfsburg), Guido Burgstaller (FC Nurnberg, tim 2. Bundesliga), dan bek berpengalaman Holger Badstuber (Bayern Munchen). Burgstaller langsung moncer dengan membukukan tiga gol dari lima laga yang ia ikuti.

Pasalnya, jika inkonsistensi terus berlanjut, Schalke terancam untuk tidak mengikuti kejuaran Eropa untuk pertama kalinya dalam lima tahun terakhir.

Sejak 2011/12 sampai musim lalu, Schalke menempati posisi 3, 4, 3, 6, dan 5. Tentu akan menjadi pukulan berat bagi penggemar fanatiknya bila musim depan tidak dapat berlaga di kompetisi Eropa, baik Liga Champions atau Liga Europa.

Namun pascajeda musim dingin, Schalke sedang mengalami tren positif. Di 6 laga terakhir (seluruh ajang yang mereka ikuti), Schalke hanya sekali kalah. Mereka mampu menahan Bayern Munchen di kandangnya, dan di leg pertama Liga Europa melawan PAOK Thessaloniki, mereka berhasil menang 3-0. Selain itu, sang penyerang gaek, Klaas-Jan Huntelaar telah kembali merumput setelah menepi tiga bulan akibat cedera.

Namanya pemain yang masih ‘hijau’, Bentaleb pun tidak luput dari kekurangan. Ia kerap teledor dalam melepas operan. Perihal disiplin, ia menjadi pemain yang palling banyak mendapat kartu kuning di Schalke. Dengan dikelilingi oleh pemain-pemain matang macam Howedes, Naldo, Badstuber dan Huntelaar, ia bisa menimba ilmu sembari terus mengasah kemampuannya.

Beberapa minggu selepas kepergiannya dari White Hart Lane, tepatnya Oktober 2016, Bentaleb langsung memberi pernyataan tegas:

“Walau pun mereka memuncaki liga, saya tidak akan menyesali kepindahan ini. Di Schalke, orang-orang memercayai saya. Saya telah membuat keputusan, dan sedikit kekalahan tidak akan mengubah apapun. Kami telah bekerja cukup keras, di setiap pertandingan, di setiap sesi latihan.”

Lanjutnya, “Tapi kami berjuang dan saya percaya bahwa itulah alasannya mengapa para suporter mendukung kami. Saya tidak mengenal hal seperti itu di Inggris. Jika kamu mengalami kekalahan di sana, tidak ada yang mendukungmu di stadion.”

Sebuah pernyataan tegas dari pemain yang baru berusia 22 tahun ini. Pernyataan tersebut berpotensi membuat pendukung Spurs meradang, juga menyiratkan surat talak untuk berpisah. Schalke telah mengaktifkan klausul pembelian Bentaleb yang menyatakan mereka bisa membelinya dengan syarat telah dimainkan di 20 pertandingan lebih.

Selamat datang di rumah baru, Nabil, karena sejatinya, level permainan di Bundesliga selalu selangkah di atas Liga Primer Inggris.

Author: Fajar Martha
Esais dan narablog Arsenal FC di indocannon.wordpress.com