Pemain bernomor sebelas itu berlari sekuat tenaga. Jorge Resurreccion alias Koke mengirimkannya umpan terobosan yang lezat. Dua pemain belakang Italia mengejarnya, namun si nomor sebelas terlalu kencang bagi mereka. Si nomor sebelas sempat gentar ketika melihat penjaga gawang legendaris sudah berada di depannya, dan sudah hendak menghalau bola.
Tanpa diduga, Gianluigi Buffon, si penjaga gawang legendaris Italia itu salah memperhitungkan laju bola. Si kulit bundar tetap melaju ke arah gawang Italia. Vitolo, si pemain bernomor punggung sebelas Spanyol tidak menghentikan larinya dan mendorong bola ke gawang yang kosong.
Hampir seluruh media di dunia menyebut gol Spanyol ke gawang Italia pada pertandingan kualifikasi Piala Dunia pada 5 Oktober 2016 lalu sebagai kesalahan fatal Buffon. Jarang-jarang memang salah satu kiper terbaik dunia ini melakukan blunder fatal itu. Hanya sedikit yang melihat pemberitaan ini dari sudut pandang berbeda, yaitu semakin mencuatnya nama Vitolo di panggung sepak bola dunia.
Victor Machin Perez adalah nama asli Vitolo, pria yang lahir pada 2 November 1989 di Las Palmas. Seperti halnya Koke dan Coke yang berasal dari nama ‘Jorge’ atau ‘Paco’ untuk Francisco, nama Victor juga sering dibuatkan nickname menjadi ‘Vico’ atau ‘Vicho’. Nama Vitolo sendiri sudah melekat sejak ia memulai karir di tim junior Las Palmas.
Las Palmas sendiri merupakan sebuah kota di kepulauan Canaria. Selain menjadi tujuan para turis yang ingin berlibur jauh dari keramaian, daerah-daerah Canaria juga dikenal sebagai penghasil talenta lokal bagi tim nasional Spanyol. Dari Paco Jemez, Juan Valeron, Pedro Rodriguez, David Silva, hingga kini Jonathan Viera dan Vitolo.
Dua nama terakhir adalah hasil binaan asli Union Deportiva de Las Palmas. Sama-sama kelahiran 1989, Viera dan Vitolo kini menjadi buah bibir di sepak bola Spanyol meskipun nasib keduanya sedikit berbeda.
Viera sempat mengecap kegagalan di Valencia yang membuatnya dipinjamkan ke Rayo Vallecano dan terasing bersama Standard Liege di Liga Belgia, sebelum akhirnya pulang kampung dan kini menjadi jenderal lapangan tengah Las Palmas.
Vitolo sebaliknya. Ia menunggu sampai kemampuannya matang di klub kota kelahirannya tersebut, setelah itu barulah pinangan Sevilla diterimanya.
Musim pertamanya di ibu kota Andalusia berakhir manis dengan gelar juara Liga Europa 2014. Setahun kemudian, peranan Vitolo semakin krusial. Ia terpilih menjadi La Liga Player of the Month untuk bulan Maret 2015 dan memberi umpan matang yang diselesaikan Carlos Bacca menjadi gol penentu kemenangan Sevilla melawan Dnipro Dnipropetrovsk di final Liga Europa 2015.
Uniknya, di musim panas 2015 itu, Vitolo bukan hanya berpesta merayakan gelar juara Liga Europa kedua sepanjang karirnya. Hanya beberapa hari setelah pesta juara Sevilla, ia sengaja terbang ke Las Palmas untuk merayakan keberhasilan klub masa kecilnya promosi ke liga utama. Ia bahkan sampai bergabung di atas bus parade Las Palmas meskipun klub tersebut sudah dua tahun ditinggalkannya.
Penampilan apik pemain yang bisa permain sebagai sayap kiri maupun kanan ini pun memperoleh apresiasi dari pelatih tim nasional Spanyol, Vicente del Bosque. Debutnya untuk La Furia Roja akhirnya terjadi pada pertandingan persahabatan melawan Belanda pada 31 Maret 2015.
Setelah pertandingan yang berakhir 0-2 untuk kemenangan Belanda tersebut, Vitolo terlibat di beberapa pertandingan kualifikasi Piala Eropa. Namun, pada akhirnya dia tidak termasuk dalam skuat yang mengikuti Piala Eropa 2016 di Prancis.
“Saya selalu berterima kasih kepada Del Bosque karena telah memanggil saya ke tim nasional, tapi saya sebenarnya sangat ingin ikut ke Prancis,” tutur Vitolo kepada The Guardian. “Untung ketika Lopetegui mengambil alih kursi kepelatihan, saya akhirnya jadi pilihan reguler.”
Pelatih anyar Spanyol, Julen Lopetegui, memang selalu memanggilnya ke tim nasional. Kepercayaan ini dibayar Vitolo dengan gol ke gawang Italia yang sebelumnya diceritakan di bagian awal artikel. Seminggu setelah pertandingan tersebut, ia kembali mencetak gol ke gawang Makedonia di pertandingan yang berakhir 4-0 untuk Spanyol.
Klub-klub Liga Inggris pun mulai mengincarnya, tapi Vitolo sedang menikmati masa-masa menyenangkan di Spanyol. Kedatangan mantan pelatih tim nasional Cile, Jorge Sampaoli, membangkitkan kegairahan skuat Sevilla. Los Nervionenses sekarang bersaing di papan atas La Liga dan lolos ke babak 16 besar Liga Champions.
Pemain bernomor punggung 20 di Sevilla ini pun semakin memegang peranan penting di skema Sampaoli, seperti ketika mencetak gol penyama kedudukan di pertandingan melawan Deportivo La Coruna yang akhirnya dimenangkan Sevilla dengan skor 3-2. Website Whoscored juga memilihnya sebagai man of the match ketika Sevilla memberi Real Madrid kekalahan pertama di La Liga musim ini.
Di usia yang kian matang (27 tahun), patut dinantikan apakah Vitolo akan menggapai potensi tertingginya dan meraih apa yang pernah digenggam timnas Spanyol dalam rentang 2008-2012 lalu: sebuah supremasi sebagai juara Eropa dan dunia.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pecinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.