Aduh, rasanya lelah, ya. Minggu ini, sepertinya kita benar-benar sibuk. Bukan dengan urusan pelajaran, bukan dengan masalah dosen dan fakultas, melainkan dengan sepak bola.
Hayo, siapa yang memakai sepak bola untuk menghindari efek kesepian karena tuna asmara atau jangan-jangan, memakai sepak bola untuk menghindari pacar yang semakin banyak maunya karena Valentine’s Day?
Tenang, saya tidak akan menghakimi Anda. Justru sebaliknya, saya akan memaparkan distraksi yang lebih indah daripada liga malam Selasa dan liga malam Kamis. Lebih indah daripada liga-liga top Eropa lainnya.
Tanpa panjang lebar lagi, inilah distraksi indah itu, ia bernama: Bundesliga!
Mungkin, Anda akan mengernyit mendengar nama itu, karena dominasi Bayern Munchen yang bikin mengantuk. Tenang, tenang, Anda mungkin kesal dengan kemenangan die Roten atas Arsenal di Liga Champions, tetapi sebagai hiburan, Anda bisa menikmati permainan Bayern yang jauh lebih buruk di liga ini.
Saya bukan ngatain, itu kenyataan.
Kegagalan Pep Guardiola memenangkan kompetisi nomor satu di Eropa menjadi salah satu alasan mengapa pendukung klub ini meminta lebih, dan bos-bos besar Bayern kemudian mendatangkan Carlo Ancelotti, legenda yang memenangkan Henkelpott dengan AC Milan dan Real Madrid.
Ya, Carletto, sapaan akrab Carlo Ancelotti, datang ke ibu kota Bavaria dengan janji-janji manis. Di pre-season, pelatih asal Italia ini membuat suporter Bayern takjub dengan hilangnya ‘tiki-taka’, itu lho, istilah taktik ala Pep yang disukai para awak media.
Ketika musim 2016/17 bergulir, Ancelotti mulai menggunakan formasi 4-3-3 yang tidak membuahkan hasil, dan Thomas Muller, pilar identitas Bayern yang bisa mencetak gol dari mana saja, berubah dari salah satu top scorer musim sebelumnya menjadi sitting duck karena dimainkan di sayap dan memulai puasa gol yang sangat lama untuk standar suporter Bayern (999 menit dan sekarang ia masih sulit mengonversi kesempatan yang ada) Tapi perlu diingat, konversi Bayern yang buruk bukan hanya salah Muller.
Musim ini, Anda bisa menonton performa tim yang ‘seharusnya’ bisa mencetak dua atau tiga gol, atau yang benar-benar membosankan seakan-akan Dewi Fortuna meletakkan telur mentah di gawang lawan, sampai menit ke-80, di mana mereka akan memberikan ‘take that!’ yang menyakitkan lawan yang sudah nyaman dengan kemungkinan seri.
Untuk pendukungnya, FC Hollywood memang membuat frustrasi, tapi mereka mempunyai semangat juang tinggi yang sebelumnya tidak ada pada era Guardiola. Itu bukan cuma Bayern-Dusel. Semangat juang yang, well, membuat mereka pantas untuk benar-benar menunjukkan bahwa mereka sebuah kesebelasan dari Jerman.
Untuk Anda yang senang melihat Bayern susah, sayang sekali karena sialnya, mereka kini masih di puncak Bundesliga. Tapi, kemenangan mereka tidak pernah datang dengan mulus. Tanya saja Freiburg (Matchday 17) dan Ingolstadt (Matchday 20).
Dan, itu alasan pertama kenapa Matchday 21 akan sangat seru. Bayern tentunya mau meneruskan tren positif mereka dalam pertandingan berikutnya melawan Hertha Berlin, apalagi di kandang sendiri. Tapi saya yakin, di bawah asuhan Pal Dardai, yang membawa klub ini dari pertarungan melawan degradasi ke kualifikasi UEL, tentunya klub ibu kota Jerman tersebut akan memberikan segalanya untuk menang.
Alasan kedua ini berlaku untuk setiap minggu pertandingan Bundesliga: liga ini menyediakan hujan gol bagi Anda yang haus akan penetrasi.
Apalagi pertandingan pembuka Spieltag 21, Augsburg (peringkat 13) melawan Leverkusen (peringkat 9), selalu menyenangkan untuk penonton netral (apalagi untuk suporter Bayer). Berikut buktinya:
- Leverkusen, yang mengalahkan Eintracht Frankfurt 3-0 minggu lalu, ingin kembali ke puncak performa musim lalu setelah start yang buruk musim ini.
- Kesempatan Leverkusen besar, karena:
- Augsburg tidak pernah memenangkan pertandingan pada hari Jumat. (3 seri, 8 kalah)
- Augsburg tidak pernah menang melawan Leverkusen, titik. (11 pertandingan, 7 kekalahan berturut-turut, 4 seri)
- Kedua kiper mereka juga bisa ikut beraksi
- Kiper Augsburg, Marvin Hitz, mencetak gol ke gawang Leverkusen dua tahun lalu.
- Bernd Leno mencetak satu-satunya gol bunuh diri dalam karirnya melawan klub pecinta boneka ini.
- Augsburg sangat ingin balas dendam. Selain karena alasan-alasan di atas, die Fuggerstaedter tidak hanya terdepak dari tempat ke-10 di klasemen setelah kalah dari Mainz 05, tetapi juga disakiti oleh Bayer pada satu-satunya pertandingan di mana mereka memimpin dengan tiga gol musim lalu (3-3).
- Gol ke-50.000 di Bundesliga! Ya, tentu semua pertandingan bisa berakhir dengan skor kacamata, tapi Augsburg-Leverkusen? Come on. Ada Javier Hernandez yang pekan lalu akhirnya kembali menorehkan gelontoran gold an hattrick!.
Selain itu, Dortmund kontra Wolfsburg juga akan menarik. Selain Marco Reus yang memang cinta berat dengan klub asuhan Valerian Ismael tersebut (ia mencetak 9 gol dalam 9 pertandingan), Thomas Tuchel memenangkan tiga dari tiga pertemuan kontra Wolfsburg dan dua diantaranya adalah kemenangan telak 5-1!
Gelora di puncak klasemen
Kembali ke persoalan title race di Liga Paling Membosankan di Eropa.
Pernah dengar RB Leipzig (RBL)? Suporter Bundesliga di seluruh dunia sudah banyak yang berisik soal mereka. Tentang kematian aturan ‘50 + 1’, tentang sepak bola modern dan bla..bla..bla.. But, who cares? We want competition!
Tentu kemenangan melawan Borussia Moenchengladbach takkan mudah diraih dengan form Gladbach yang bagus, ditambah lagi cedera yang diderita pemain-pemain kunci RBL (Yussuf Poulsen, Lukas Klostermann) dan Willi Orban yang tidak bisa ikut pertandingan karena akumulasi kartu.
Tapi, well, Anda masih bisa berharap. Jarak tujuh poin di antara FC Kratingdaeng dan Bayern tidaklah terlalu jauh untuk standar Bundesliga. Jadi, kalian tunggu apa lagi untuk meluangkan waktu menonton Bundesliga?
Author: Alicia Altamira (@freibulous72)
Pecinta SC Freiburg yang berfilosofi ‘Fußball meets fun’ dalam menulis. Kalau tidak sedang ‘menghasut’ pembaca agar melirik klub-klub antah berantah, ia pasti sedang sibuk dengan #Bundeslihaha.