Arsenal versus Tottenham Hotspur. Arsenal dengan skema menyerang ala Wenger yang “chaos” dan sangat berbahaya dalam fase transisi menghadapi Mauricio Pochettino yang mengandalkan pressing dan skema serang yang lebih terstruktur. Hasil akhir 1-1 bagi kedua tim.
4-2-3-1 vs 3-5-2
Pochettino memilih memainkan skema tiga bek tengah. Eric Dier dan Jan Vertonghen di masing-masing half-back (bek tengah samping) dan Kevin Wimmer sebagai center-half (bek tengah). Dalam fase menyerang dan membangun serangan dari belakang, area no. 6 yang terletak di depan ketiga bek, lebih sering diisi oleh Victor Wanyama. Bila diperlukan, Mousa Dembele ikut turun untuk membantu progresi serangan.
Dengan pola dasar tiga bek, build-up Tottenham terhitung stabil. Mengapa bisa stabil, hal ini dikarenakan beberapa hal. Yang pertama, disebabkan oleh bentuk tiga bek tengah dan pemain no. 6 yang secara alami membentuk formasi berlian yang juga meng-overload lini pertama build-up Tottenham. Koneksi yang diciptakan keempat pemain di area tengah sering membantu progresi dari lini belakang Tottenham. Paling terutama, adalah ketika Mousa Dembele yang turun ke pos 6. Pressure-resistance yang dimilikinya sangat membantu melewati pressure lini depan Arsenal dalam duel 1v1.
Kedua, saat sirkulasi bola bergeser ke koridor sayap, bentuk berlian masih tetap mampu dipertahankan oleh tim tamu. Contoh, saat bola bergulir ke sayap kiri, formasi berlian dibangun oleh half-back kiri, bek sayap kiri, no. 6 terdekat, dan salah satu dari Son Heung-min atau Christian Eriksen. Pola tiga bek tengah mengijinkan bek tengah sisi bola Tottenham untuk bergerak ke sisi sayap maupun ke area lebih tinggi dengan intensitas yang mencukupi.
Lebih spesifik dalam kaitannya dengan progresi, Jan Vertonghen merupakan pemain dari lini pertama Tottenham yang sering melepaskan bola vertikal atau diagonal dalam progresi serangan tim tamu. Umpan-umpan Vertinghen sering kali berupa umpan diagonal menyisir tanah yang langsung diarahkan ke lini terdepan.
Kebanyakan umpan Vertonghen diarahkan ke area no. 6 Arsenal yang diisi oleh salah satu dari Eriksen, Son, atau Kane.
Selain bergerak turun secara vertikal ke area #10, pergerakan kedua penyerang Tottenham yang ball-oriented juga sangat membantu Tottenham meng-overload sisi bola. Ball-oriented, sesuai namanya, membuat pemain bergerak dan menempatkan diri menurut posisi bola berada. Si pemain akan bergeser sesuai letak bola berada serta sedekat mungkin mengisi area-area dekat dengan bola.
Kane dan Son sering ditemukan bergerak ke half-space dan koridor sayap sisi bola berada demi menciptakan jalur progresi bagi Tottenham. Dengan pergerakan ball-oriented yang kuat, sering kali, ketika pemain-pemain dari area bawah mampu mengakses satu dari keduanya, duo Tottenham ini telah berada dalam jarak yang cukup dekat untuk melakukan kombinasi cepat dan penetrasi ke dalam pertahanan Arsenal.
Bagaimana dengan serangan Arsenal sendiri? Dalam pola progresinya, Arsenal juga mengandalkan keterlibatan pemain-pemain depan dalam melakukan progresi serangan. Salah satu skema yang umum dilakukan adalah melakukan overload di sepertiga tengah menggunakan bek sayap, bek tengah, gelandang tengah, dan gelandang sayap yang turun jauh ke bawah.
Dari sini, Arsenal mendorong bek sayapnya untuk bergerak jauh ke depan menyusuri tepi lapangan, baik sebagai akses vertikal langsung maupun untuk sekadar merenggangkan compactness horisontal lawan demi “memberikan” ruang lebih besar di area tengah kepada para pemain tengah.
Arsenal mengandalkan overload di sekitar koridor sayap dan half-space untuk menciptakan ruang penetrasi di sisi bola berada. Dalam bentuk overload Arsenal, minimal akan ada dua pemain dari lini terakhir yang masuk ke lini belakang Tottenham dan mengisi celah horisontal di antara dua bek. Dari posisi-posisi ini, dua pemain Arsenal tadi berharap mendapatkan pasokan umpan terobosan mendatar dari sayap atau pemain yang berada di area yang lebih rendah.
Perhatikan zona 14 yang ditandai dengan bentuk persegi panjang bergaris dash. Area tersebut menunjukan bahwa dalam overload yang mereka lakukan di sayap dan half-space sisi bola, The Gunners tetap memegang kontrol terhadap area tengah. Dalam hal ini, spacing Arsenal terhitung baik karena selain mengokupansi ruang-ruang strategis, struktur posisional pemain-pemain Arsenal menjamin sirkulasi horisontal yang stabil bila diperlukan.
Fase tanpa bola (fase bertahan)
Walaupun tampak kesulitan dalam menghentikan gelombang awal build-up Tottenham, pemain-pemain Arsenal mampu menciptakan compactness yang lumayan bagus dalam blok rendah, ketika Tottenham mulai mendekati sepertiga akhir. Arsenal mampu membelokan orientasi serangan tim tamu dari tengah ke sayap dikarenakan jarak yang terjaga di antara duo poros halang dengan Mesut Ozil, Iwobi, dan Theo Walcott menciptakan compactness spasial yang memadai di area tengah tim tuan rumah.
Dengan pola tiga gelandang tengah dan dua bek sayap, Spurs mampu melakukan peralihan lateral dengan ritme yang terjaga. Tetapi, saat mencoba masuk melalui sisi tengah secara vertikal, Arsenal mampu menutup opsi-opsi yang mungkin ada. Pergeseran horisontal blok struktural Arsenal menjadi penyebab utama keberhasilan Arsenal memblokir area tengah. Dalam pergeseran bloknya, Arsenal melindungi tiga koridor terdekat selain tetap mempertahankan akses terhadap area sisi jauh dari bola.
Yang menjadi masalah adalah, sekali lagi, pressing Arsenal di sepertiga tengah atas dan sepertiga akhir. Dalam pressing di area-area tersebut, selain struktur Tottenham yang memang mampu mempersulit pressing tuan rumah, ada kalanya pemain-pemain dari area no. 6 Arsenal sendiri melakukan pressing (terlalu cepat) jauh ke depan yang malah meninggalkan celah vertikal di depan lini belakang.
Bagusnya bagi Arsenal, antisipasi pemain-pemain Tottenham yang tidak konsisten menyebabkan Tottenham tidak mampu memaksimalkan celah vertikal ini dikarenakan struktur posisional belum terbentuk dengan sempurna untuk mendukung progresi yang dimulai dari celah vertikal yang dimaksud.
Saat Tottenham berhasil mengakses celah vertikal, spacing di sekitar bola terhitung lemah untuk mendapatkan koneksi vertikal yang memadai. Hasilnya, serangan tim tamu berlanjut dengan umpan lateral atau umpan ke belakang.
Pressing Coquelin inilah yang membuka celah vertikal di belakang lini gelandang Arsenal. Saat Son menerima bola, tidak ada struktur pendukung yang kuat di sekitarnya yang bisa dimanfaatkan untuk Tottenham segera berprogresi. Kondisi-kondisi seperti ini menyebabkan serangan tim tamu berlanjut dengan umpan lateral atau umpan balik ke belakang.
Dari Tottenham Hotspur, pola tiga bek tengah dan tiga gelandang tengah membuat perlindungan yang diberikan terhadap half-space menjadi lebih maksimal ketimbang bila mereka memainkan pola dua bek tengah dengan bentuk dasar 4-2-3-1.
Kemungkinan, Pochettino ingin menghindarkan diri dari eksploitasi empat pemain depan Arsenal yang memiliki pergerakan penetratif berbahaya, terutama bila mendapatkan ruang yang besar di sekitar half-space dan tengah. Dengan memainkan tiga bek tengah, Tottenham berusaha “menutup” half-space. Dengan strategi ini, paling tidak, Tottenham telah sedikit mereduksi potensi bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh Arsenal.
Dengan memainkan blok tinggi, Pochettino ingin menekan Arsenal sedalam mungkin. Tetapi, dari blok tinggi ini pula Arsenal mendapatkan ruang serang dengan memainkan bola-bola vertikal langsung ke lini depan dengan tujuan mengeksploitasi langsung ruang di antara lini bek dan penjaga gawang Tottenham.
Pelanggaran Hotspur yang menyebabkan Arsenal mendapatkan tendangan bebas berujung gol di menit ke-48 menjadi contoh akhirnya permainan vertikal Arsenal membuahkan hasil positif.
Babak kedua
Awal babak kedua tidak terlihat adanya perubahan besar dari kedua tim. Tottenham tetap dengan build-up 3+1 dan Arsenal tetap memainkan pola serang yang serupa.
Gol penyama kedudukan Tottenham berasal dari tendangan penalti. Berawal dari dribbling yang dilakukan oleh Dembele, gelandang Belgia ini masuk ke dalam kotak 16 dan dilanggar oleh Laurent Koscielny.
Seperti yang dijelaskan di awal tulisan, salah satu penampil terbaik dalam pertandingan ini adalah Dembele yang memiliki pressure-resistance sangat bagus. Tingkat pressure-resistance Dembele yang sangat bagus membantunya melakukan pergerakan penetratif dengan bola. Ini dilakukannya berulang-kali, bahkan dalam sirkulasi di sepertiga awal Tottenham. Sebelum dilanggar Koscielny, Dembele menguasai bola di sepertiga tengah. Ia memutuskan menggiring bola yang akhirnya berbuah pelanggaran di dalam kotak 16.
Pemain lain yang juga tampil bagus adalah Kyle Walker. Walaupun penempatan posisinya di area jauh dari bola tidak selalu sempurna, tetapi kemampuan menguasai bolanya sangat merepotkan pertahanan Arsenal. Dalam fase bertahan pun, Walker selalu mampu mengakses lini tengah dan belakang dengan timing yang pas. Aksi bertahannya ini menjamin kestabilan pertahanan timnya di koridor sayap.
Bagaimana dengan Arsenal? Satu nama: Mesut Ozil. Sentuhan kecil dan penempatan posisinya dalam memindahkan sirkulasi bola sering kali mampu mempertahankan “hidupnya” serangan Arsenal dalam situasi yang nampaknya bola akan direbut oleh pemain Tottenham. Penampilannya tidak luar biasa, tetapi cukup baik karena perannya dalam strategi dan taktik Arsenal.