Kolom Eropa

Analisis Pertandingan Juventus vs. Napoli

Juventus dan Napoli memainkan dua pola dasar yang berbeda, tetapi memetik keuntungan taktikal alami yang serupa. Tuan rumah yang memainkan 3-5-2/4-4-2 dan Napoli yang memainkan 4-3-3/4-5-1 sama-sama memanfaatkan koneksi horisontal yang didapatkan dari lini yang terdiri dari tiga pemain tengah.

Pressing Napoli

Bila di Juventus koneksi tersebut didapatkan dari lini tengah dan lini belakang, di kubu Napoli koneksi serupa berada di lini tengah dan lini depan. Dengan kehadiran tiga pemain tengah dalam lini-lini yang dimaksud, terutama ketika berada dalam fase bertahan, kedua tim mampu memainkan pressing dengan pergeseran horisontal blok tanpa meninggalkan celah horisontal yang berpotensi besar dieksploitasi oleh lawan.

Compactness diperoleh dari kehadiran 3 pemain lini depan dan tengah yang mendukung kekuatan lini pressing pertama (lini depan) dan lini kedua (lini tengah) Napoli. Lorenzo Insigne yang berada di sisi kiri berorientasi kepada dua pemain Juventus di dekatnya. Dalam fase ini, orientasi pressing pemain Napoli yang berada di area terjauh dari bola lebih kepada pemain lawan terdekat.

Orientasi yang diambil oleh Insigne ditujukan untuk menghindari Juventus melakukan perpindahan bola dari area di mana Napoli melakukan overload (kotak biru) ke area yang lebih lemah di half-space dan sayap di sisi yang berseberangan.

Pressing blok tinggi Napoli membuat mereka sering kali menghambat progresi tuan rumah melalui koridor-koridor terdekat di sisi bola berada. Merespon strategi tim tamu, setidaknya ada tiga alternatif serangan yang dipraktikan oleh anak asuh Massimiliano Allegri, pelatih Juventus.

Alternatif pertama adalah seperti yang biasa mereka peragakan, memanfaatkan pergerakan salah satu penyerangnya untuk turun ke bawah demi menciptakan akses vertikal.

Peran ini sering kali diemban oleh Paulo Dybala, tetapi karena Dybala tidak dimainkan, Gonzalo Higuain menggantikan posisinya. Walaupun sering kali terlihat berhasil menyediakan akses progresi, kemampuan Higuain memainkan peran ini masih di bawah Dybala.

Apalagi menghadapi Napoli yang berhasil memainkan skema pressing intens dan familiar dengan karakter Higuain. Kemampuan penyerang Argentina tersebut memainkan peran ini menjadi terlihat semakin kurang maksimal.

Alternatif kedua adalah memainkan bola-bola panjang melambung langsung kepada Mario Mandzukic. Efisiensi taktik ini bahkan lebih rendah ketimbang ketimbang alternatif pertama. Ini disebabkan karena seringnya Mandzukic kalah duel udara atau gagal memaksimalkan bola yang berhasil diterimanya.

Secara teori dan bukti statistik objektif, taktik bola panjang melambung dari lini pertama langsung ke lini terdepan memang memiliki efisiensi rendah. Tetapi, paling tidak, bila dibandingkan dengan taktik serupa yang diperagakan Louis van Gaal kepada Marouane Fellaini, Brendan Rodgers kepada Christian Benteke, atau Ralph Hassenhuttl kepada Yussuf Poulsen, kualitas yang diperoleh Juventus dari Mandzukic termasuk yang paling buruk.

Alternatif ketiga adalah memanfaatkan rotasi antara Miralem Pjanic dan Sami Khedira. Keduanya bertukar posisi di pos 8 dan 10. Rotasi ini sering memancing Diawara, #6 Napoli, untuk keluar dari area di depan bek tengah Napoli, yang pada gilirannya menggoyahkan kestabilan blok pertahanan Napoli. Ini menyebabkan Juventus memperoleh ruang gerak untuk berprogresi, baik melalui akses vertikal yang disediakan oleh penyerang-penyerang mereka maupun progresi yang didapatkan dari umpan dari lini tengah kepada bek sayap yang bergerak vertikal dari lini belakang.

Dalam fase pertama serangan Juventus, Sami Khedira terlihat lebih sering turun ke area 6 untuk membantu Hernanes menjemput bola dan berprogresi. Tampaknya, Allegri menginginkan Miralem Pjanic untuk lebih berfokus pada celah antarlini belakang dan tengah Napoli baik dalam fase awal serangan maupun dalam taktik penetrasi ke kotak 16.

Hal ini logis, mengingat Khedira memiliki daya jelajah yang tinggi selain ia juga memiliki kemampuan untuk muncul dari lini tengah ketika Juventus berada dalam fase eksekusi. Peluang Khedira di menit ke-18 menjadi contoh. Ia bergerak turun ke bawah saat build-up dan maju ke depan saat penciptaan peluang serta menjadi sasaran umpan dalam eksekusi.

Kerapatan vertikal dalam blok struktural Napoli membuat mereka mampu menghentikan pemain-pemain Juventus yang mencoba berprogresi dari celah antarlini belakang dan gelandang. Napoli memainkan backward-pressing (pressing dengan arah gerak lari menuju ke area pertahanan sendiri) dan onward-pressing (kebalikan backward-press) dengan intensitas yang pas, yang membantu mereka menciptakan superioritas jumlah atas pemain Juventus yang menguasai bola di celah vertikal Napoli.

Pjanic atau Higuain beberapa kali mendapatkan ruang di celah antarlini Napoli. Tetapi, ketika mereka menerima umpan, sesegera mungkin pemain-pemain Napoli dari lini gelandang dan belakang segera melakukan pressing dari dua arah berbeda yang segera mampu menghentikan pergerakan Pjanic dan Higuain.

Pressing Juventus

Sama seperti Napoli yang memaksimalkan keuntungan alami dari koneksi horisontal dalam bentuk 3 pemain tengah, Juventus pun mendapatkan keuntungan serupa. Kekuatan pressing Juventus juga diperoleh dari pergeseran berdasarkan letak bola dan penjagaan yang beorientasi kepada pemain lawan terdekat.

Blokade di sekitar half-space dan tengah membuat progresi Napoli dari melalui koridor tengah sulit diwujudkan. Sekali waktu Napoli mampu melepaskan diri dari pressing Juventus melalui kombinasi umpan ke tepi lapangan dengan pergerakan tanpa bola dari pemain-pemain yang berada di lini ketiga dan keempat dalam bentuk build-up mereka.

Taktik build-up Napoli dibangun berdasarkan pola 4-1-2-3. Di lini pertama, empat pemain belakang berdiri relatif sejajar. Diawara berdiri di area tengah tepat di depan lini pertama. Bila bola dialirkan kepada bek sayap kiri, Napoli memanfaatkan pergerakan Marek Hamsik dan Insigne untuk menciptakan ruang penetrasi ke area pertahanan Juventus. Keduanya berganti posisi dan bergerak di tiga koridor terdekat di sisi bola.

Selain itu, kehadiran Pepe Reina sang penjaga gawang terbukti berperan dalam membantu Napoli melakukan progresi. Reina bukan hanya ikut mendistribusikan bola, tetapi ia sering terlihat menginstruksikan/memperbaiki posisi rekan-rekannya saat Napoli membangun serangan dari sepertiga awal mereka.

Napoli juga mencoba memanfaatkan overload dalam sirkulasi bola mereka dengan tujuan untuk menciptakan superioritas kualitatif (situasi 1v1) di sisi terjauh dari bola. Sasaran utama yang mereka tuju adalah penyerang-penyerang sayap yang berada di kedua sisi lapangan. Tetapi, hal ini pun terlihat kurang efektif akibat Juventus yang mampu mengantisipasinya.

Lagi-lagi, koneksi tiga pemain di area tengah memegang peranan penting. Dengan bentuk tiga bek tengah ditambah bek sayap yang berada di sisi jauh dari bola, Juventus mampu melakukan pergeseran dengan intensitas yang pas, sehingga ketika Napoli melakukan perpindahan dari sisi kiri ke kanan Juventus, contohnya, Stephane Leictsteiner atau Andrea Barzagli, yang berada di sisi kanan blok Juventus mampu menghentikannya dengan segera.

Pola tiga pemain tengah di lini gelandang (dan lini belakang) juga menguntungkan Juventus dalam usaha mereka menciptakan compactness di sekitar half-space dan koridor tengah. Contoh sederhana, saat Barzagli dan Lichtsteiner bergerak keluar (melebar) dari lini masing-masing untuk melakukan pressure kepada pemain-pemain sayap (gelandang dan bek sayap) Napoli, kehadiran tiga gelandang tengah dan tiga bek tengah Juve selain memadati area tengah dan half-space, juga membantu Juventus menutup terciptanya celah horisontal, yang disebabkan oleh sikap pressing Barzagli dan Lichtsteiner tadi.

Pemain terdekat dari Lichsteiner dan Barzagli bisa dengan tenang memberikan perlindungan ke sisi kanan karena support (jumlah pemain di sekitar half-space dan area tengah) yang memadai dari pemain-pemain lain di lini gelandang dan lini belakang.

Isu yang sama di kedua tim

Spacing (okupansi ruang strategis demi kestabilan sirkulasi dan progresi) merupakan salah satu isu dalam fase menyerang. Kedua tim tidak terlalu konsisten menampilkan spacing yang ideal. Isu ini bukan hanya ditemukan dalam fase transisi serang, tetapi bahkan terlihat dalam fase build-up yang lebih terstruktur.

Isu dari kubu Juventus sering ditemukan di celah antara lini tengah dan depan. Penempatan posisi Higuain dan Mandzukic berada terlalu ke depan sehingga menghilangkan koneksi serang keduanya dengan lini tengah. Situasi ini membantu Napoli mengisolasi kedua penyerang Juve tersebut dan memotong umpan vertikal yang ditujukan ke lini depan.

Dari kubu Napoli, beberapa kali terlihat isu serupa yang bahkan bisa ditemui dalam transisi fase serang pertama ke fase kedua. Overload yang dilakukan Napoli ke satu sisi tidak dibarengi/didukung oleh pemain-pemain dari sisi jauh yang seharusnya mengokupansi area yang lebih tengah atau pemain-pemain lini depan yang seharusnya mengisi area yang lebih dalam.

Sama seperti yang dialami Juventus, ini menyebabkan Napoli kehilangan koneksi yang kuat dalam progresi mereka. Hilangnya koneksi dalam serangan tim tamu, membantu pemain-pemain tuan rumah untuk melakukan interception.

Kesimpulan 

Kedua tim menampilkan strategi dan taktik bertahan yang terhitung baik. Pressing keduanya, walaupun dengan beberapa isu minor, mampu menampilkan sebuah struktur dengan compactness yang terjaga di sekitar area tengah dan half-space.

Dalam fase menyerang dan penetrasi ke kotak 16, baik Juventus maupun Napoli tidak bisa dikatakan istimewa. Untuk menghadapi Liga Champions yang lebih berat, tentu kedua tim harus lebih variatif dalam pola penetrasi ke sepertiga pertahanan lawan.

Juventus menang dengan skor 2-1. Walaupun bukan sebuah pertandingan spektakuler, namun laga ini tetap menarik terutama dari sisi taktik.