Suara Pembaca

Timnas Yamaha U-13, Pencetak Bibit Unggul Sepak Bola Indonesia

Kita tentu sudah tak asing lagi mendengar nama La Masia, Ajax Youth Academy, atau akademi penghasil bibit pesepak bola handal lainnya. Di Indonesia, tak banyak klub yang memiliki akademi sebaik yang dimiliki oleh tim-tim di Eropa. Uniknya, di Indonesia ada pabrikan motor yang rutin memproduksi bibit pesepak bola muda Indonesia.

Siapa yang menyangsikan kemampuan beberapa bintang baru seperti, Fulgensius Billy Paji Keraf dan Asnawi Mangkualam, di kancah sepak bola Indonesia?

Sebulan ini, kita memang dikejutkan oleh penampilan ciamik pemain muda Persib Bandung, Billy Keraf. Tak butuh waktu lama bagi Billy, di debutnya saat menghadapi PS. TNI, pemuda 20 tahun tersebut langsung memberi assist matang yang dikonversi menjadi gol oleh Atep. Bahkan, di pertandingan ketiganya bersama Maung Bandung, Billy sudah menjadi penentu kemenangan Persib di kandang Persegres.

Berbeda dengan Billy, apa yang dilakukan oleh Asnawi Mangkualam, jauh lebih gila lagi. Asnawi yang memulai karier profesionalnya di kancah tertinggi sepak bola Indonesia, berhasil membukukan gol saat memulai debut bersama Persiba Balikpapan. Pemain yang tahun ini memperkuat tim tanah kelahirannya, PSM Makassar, kian tampil lebih dewasa dan menjadi tulang punggung di lini tengah Juku Eja. Tak heran jika Luis Milla mengganjar performa apiknya dengan seragam Timnas U-22.

Baik Billy maupun Asnawi, ternyata pernah mengenyam pendidikan di tempat yang sama: Timnas Yamaha U-13. Tanpa disangka, festival sepak bola usia dini yang diprakarsai oleh pabrikan sepeda motor asal Negeri Sakura itu, melahirkan banyak benih-benih pesepak bola handal.

Ada yang unik dalam proses pembinaan yang dilakukan oleh Yamaha Indonesia. Sejak pertama kali dilaksanakan tahun 2008 hingga 2013, belum sekali pun mengganti pelatihnya, yakni Rohmat Namung.

Rohmat Namung mungkin kini bisa berbangga jika melihat geliat pemain muda indonesia saat ini. Betapa tidak, pria asli Betawi ini pernah menjadi tangan pertama yang memilih dan mendidik banyak pesepak bola muda, yang kini jadi andalan di tim masing-masing.

Nama-nama seperti, Angga Febriyanto (Persib Bandung), I Wayan Ekananda (PS. TNI), Muchlis Hadi (Bhayangkara FC), Awan Seto Raharjo (PSIS Semarang), Gavin Kwan Adsit (Barito), Billy Keraf (Persib Bandung), hingga Asnawi Mangkualam (PSM Makassar), pernah merasakan tangan dingin Rohmat Namung.

Timnas Yamaha U-13 tahun 2009. Muchlis Hadi (lingkaran kuning), Gavin Kwan Adsit (lingkaran hitam), Awan Seto Raharjo (lingkaran merah). Kredit: facebook.com/ratman.ismail.9

 

Billy Keraf saat membawa Timnas Yamaha U-13 juara pada ASEAN Cup U-13, di Jakarta. Kredit: facebook.com/fulgensius.pajikeraf

 

Timnas Yamaha U-13 tahun 2012. Asnawi Mangkualam (dilingkari). Kredit: facebook.com/rohmat.sparta

Beberapa nama pemain muda tersebut mengasah bakat-bakat muda mereka di sebuah turnamen bertajuk  Yamaha Football Asean Cup U-13. Turnamen ini adalah kompetisi sepak bola antara beberapa negara ASEAN. Pertandingan ini dihelat setiap tahun dan secara bergantian negara-negara  peserta, menjadi tuan rumahnya. Indonesia sendiri di tahun 2010, menjadi tuan rumah dan berhasil menjadi juara.

Rohmat Namung yang ditunjuk sebagai pelatih tim sepak bola Indonesia, bertugas untuk memilih pemain-pemain dari beberapa kota di Indonesia, untuk dibawa ke pentas ASEAN Cup U-13. Tak sampai di situ. Rohmat juga mendampingi dan mengasuh anak-anak yang dipilihnya, selama sebulan di Jakarta.

Coach Timnas Yamaha U-13, Rohmat Namung (baju putih). Kredit: facebook.com/rohmat.sparta

Hal yang menarik dari metode kepelatihan Rohmat adalah tidak mengutamakan kemampuan olah bola seorang pemain, melainkan attitude-nya. Pria yang juga melatih di SSB Sparta Depok ini, memang sangat menekankan pentingnya akhlak pada pemainnya. Misalnya, setiap waktu salat, diwajibkan untuk dilaksanakan berjamaah untuk seluruh pemain yang beragama Islam. Hal yang terus menjadi bekal pegangan oleh para lulusan Timnas Yamaha U-13.

Rohmat Namung dalam beberapa tahun ke depan, mungkin akan tersenyum melihat bocah-bocah usia 13 tahun yang dulu dididiknya, satu-persatu muncul ke pentas sepak bola nasional. Kegiatan yang awalnya hanya menjadi bagian dari pemasaran Yamaha untuk pasar Asia Tenggara, di luar dugaan justru banyak melahirkan pesepak bola berkualitas. Secara tak langsung, Yamaha yang biasanya memroduksi sepeda motor, juga berhasil memproduksi pesepak bola.

Author: Penulis berinisial A.I.