Persebaya Surabaya akhirnya mendapat tiket untuk menyusul PSS Sleman melenggang ke babak 16 besar Liga 2. Kepastian ini didapatkan setelah kemenangan Persebaya atas PSIM Yogyakarta di Stadion Gelora Bung Tomo pada 16 Agustus lalu, disusul kekalahan Persatu Tuban atas Madiun Putra FC di Stadion Wilis, Sabtu (19/8) sore kemarin.
Persebaya maupun Persatu masih memiliki dua laga sisa, tetapi poin yang telah diraih Persebaya mustahil disalip Persatu. Pasalnya, poin maksimal yang masih mungkin didapatkan Persatu adalah 23. Sedangkan poin maksimal yang mungkin bisa didapatkan Irfan Jaya dan kawan-kawan adalah 31.
Maka, dua laga sisa Persebaya pun tidak lagi menentukan. Sebab, mau menang, seri, atau kalah, tiket babak 16 besar sudah ada dalam genggaman Bajul Ijo. Artinya, Persebaya tidak perlu terlalu ngotot bermain di dua laga sisa itu. Akan tetapi, Bajul Ijo harus tetap bermain wani agar mendapat poin penuh dan mampu membawa diri untuk menjadi juara klasemen Grup 5.
Sudah jelas, Persebaya harus mewaspadai pergerakan Martapura FC yang disinyalir dapat menggusur Persebaya dari puncak klasemen. Namun, di sisi lain Persebaya juga harus berani mencoba menurunkan pemain cadangan yang masih memiliki menit bermain sedikit. Bagaimanapun juga, semua pemain harus diberi kesempatan merumput agar turut merasakan atmosfer kompetisi Liga 2 dan mampu menumbuhkan kepercayaan diri.
Selain itu, dengan memberi kesempatan merumput bagi jajaran pemain cadangan juga diharapkan mampu menghindarkan pemain utama dari ancaman cedera.
Menyambut babak 16 besar, menyambut kebangkitan
Sejak ditukangi Angel Alfredo Vera, penampilan Persebaya memang terbilang moncer. Pelatih asal Argentina yang menjadi pengganti Iwan Setiawan ini, berhasil mengantar Persebaya menduduki puncak klasemen sementara Grup 5 Liga 2. Klub kebangaan warga Surabaya ini berhasil mengoleksi enam kemenangan dan dua hasil seri. Ya, sejak diasuh Angel Alfredo Vera, Bajul Ijo belum pernah mengalami kekalahan sekalipun. Kini ketika Persebaya dipastikan melaju ke babak 16 besar, harapan Bonek akan bangkitnya kejayaan Green Force pun semakin besar.
Tentu sudah menjadi rahasia publik jika Persebaya sempat menghilang dari dunia sepak bola Tanah Air. Bukan berarti lenyap, melainkan menghilang karena keberadaan Persebaya yang tidak diakui PSSI. Hal ini terjadi karena saat itu Persebaya memilih menyeberang ke Liga Primer Indonesia (LPI) sebagai wujud perlawanan terhadap kebebalan federasi.
Yang lucu, kendati tidak mau mengakui Persebaya, PSSI juga tidak mau kehilangan kesebelasan sarat sejarah ini. Buktinya, bukannya melenyapkan Persebaya, PSSI justru membentuk Persebaya tandingan yang skuatnya didatangkan dari Persikubar.
Situasi kelam pun dimulai. Dualisme Persebaya terjadi dan Persebaya yang asli tersingkirkan dari kompetisi resmi. Akan tetapi, Persebaya tetap menjadi kesebelasan yang selalu dicintai warga Surabaya. Meski saat itu Persebaya vakum, pendukung setia tim ini bukannya berkurang malah bertambah.
Akhirnya, berkat perjuangan yang wani khas arek-arek Suroboyo yang dilakukan jajaran ofisial Persebaya dan Bonek, Persebaya kembali diakui PSSI. Keputusan ini disampaikan langsung oleh Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi , pada Kongres PSSI di Hotel Aryaduta, Bandung pada 8 Januari 2017 silam. Hanya saja, Persebaya dimasukan pada Divisi Utama alias kasta kedua.
Dengan berkaca pada kisah tersebut, tentu saja lolosnya Persebaya ke babak 16 besar Liga 2 harus menjadi momentum kembalinya kejayaan Bajul Ijo. Kemenangan di setiap laga adalah harga mati! Sebab, Persebaya harus naik ke kasta tertinggi.
Alasan mengapa Persebaya pantas naik kasta
Memang, tidak seharusnya Persebaya Surabaya berkompetisi di kasta kedua. Kalau saja rezim PSSI kala itu berpikir jernih, pasti kisah menyakitkan ini tidak akan terjadi. Persebaya tidak akan tersingkirkan dan perjuangan-perjuangan yang melelahkan lagi menyakitkan tidak perlu dilakukan.
Pasalnya, jika dilihat dari sisi historis, Persebaya adalah kesebelasan yang besar. Persebaya sudah lebih dulu berdiri sebelum Soekarno dan Mohammad Hatta menandatangani teks Proklamasi. Persebaya juga yang turut mendirikan PSSI (saat itu bernama Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia) pada tahun 1930 .
Saat itu, Persebaya Surabaya yang masih bernama Soerabaja Indonesische Voetbal Bond (SIVB) mendirikan PSSI bersama Voetbalbond Indonesische Jacatra (sekarang Persija), Perserikatan Sepakraga Mataram (sekarang PSIM), Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (sekarangg Persib), Madionsche Voetbal Bond (PSM Madiun), Indonesische Voetbal Bond Magelang (sekarang PPSM Magelang), dan Vortenlandsche Voetbal Bond (sekarang Persis).
Kemudian, jika ditinjau dari segi pendukung, Persebaya memiliki Bonek yang terkenal fanatik dan merupakan salah satu basis suporter terbesar di Indonesia. Bahkan, Bonek digadang-gadang menjadi komunitas suporter pertama dan terbesar di Indonesia. Sebab, Bonek-lah yang mengawali tradisi away ke kandang lawan. Kala itu Bonek menamai istilah away dengan tret tet tet.
Dengan demikian, ketika membicarakan sejarah sepak bola nasional maka kita akan membicarakan Persebaya. Dan ketika membicarakan sejarah suporter sepak bola nasional, maka kita akan membicarakan Bonek. Tak heran, tanpa Persebaya dan Bonek, sepak bola Indonesia tidak akan lengkap rasanya.
Selain dua hal tersebut, Persebaya Surabaya juga memiliki manajemen yang sedang berjalan menuju taraf profesional. Secara finansial, klub asal Surabaya ini sangat memungkinkan berkompetisi di kasta tertinggi.
Jadi, teruslah berjuang, Bajul Ijo! Rebut kembali kejayaanmu!
Author: Riri Rahayuningsih (@ririrahayu_)
Mahasiswa komunikasi yang mencintai sepak bola dalam negeri