Pada tanggal 9 Agustus 2016, Manchester United secara resmi mengumumkan kembalinya Paul Pogba ke Old Trafford. Hestek #Pogback bertebaran di seluruh jagat dunia maya. Pro-kontra bermunculan. Sebagian merayakannya dengan suka cita, sebagian lagi mencibirnya. Mahar sekitar £100 juta menjadi sumber kontroversi dan memunculkan tanya, pantaskah seorang Pogba dihargai semahal itu?
Mahal? Ada kata mahal di sana. Saat menyebut kata mahal, perlu diingat bahwa segala sesuatu dinilai mahal bergantung kepada tolok ukur yang diambil. Bergantung bagaimana Anda melihatnya. Contoh, perusahaan A membelanjakan uang sejumlah 1,2 juta per tahun untuk biaya pemasaran dan mendapatkan omset 120 juta per tahun. Sementara perusahaan B mengeluarkan biaya 15 juta per tahun juga untuk biaya pemasaran dan mampu meraup omset sebanyak 2,5 miliar tiap tahunnya. Pertanyaannya, manakah biaya pemasaran dari kedua perusahaan tersebut yang lebih mahal?
Pemain dengan nilai transfer fantastis, selain terkait sektor komersil, oleh penonton akan selalu dikaitkan dengan taktik. Dikaitkan dengan bagaimana si pemain terlibat dalam strategi dan taktik pelatih. Seberapa besar ia akan berpengaruh positif ke dalam permainan tim. Lebih spesifik lagi, terkait Pogba, apa yang bisa sang gelandang berikan kepada Manchester United?
Pogba merupakan pemain no. 8. Kita mengenal no. 8 sebagai gelandang tengah (central midfielder). Luka Modric, Sami Khedira, Ander Herrera, dan Paul Scholes merupakan contoh no. 8 yang ada dan pernah ada. Serta, mereka semua memiliki kelebihan masing-masing. Begitu pula dengan Paul Pogba.
Di antara beberapa kelebihan yang ada, Pogba memiliki dua kekuatan yang sangat bisa berguna bagi tim. Pertama, Pogba merupakan pemain dengan pressure-resistance tinggi. Kalau Anda pernah mendengar istilah water-resistant yang berarti tahan air, maka pressure-resistant bisa dimaknai sebagai seorang pemain yang mampu menahan pressure (tekanan) dari lawan, baik pressure individual maupun kolektif.
Pemain dengan pressure-resistance bagus memiliki ketenangan yang sangat tinggi, sehingga ia mampu menjaga kontrol bola di tengah tekanan lawan dalam ruang yang sesak sekalipun. Sergio Busquets, Henrik Mkhitaryan, atau Lionel Messi merupakan sedikit contoh pemain lain yang juga pressure-resistant. Namun, berbeda dengan Busquets, misalnya, yang memiliki pemahaman posisional mumpuni, nilai tambah Pogba adalah kekuatan tubuh yang sangat mendukungnya dalam menjaga keseimbangan ketika harus kontak fisik.
Kekuatan fisik serta ketenangannya bermain dalam ruang sesak juga ditunjang oleh kemampuan dribbling cepat, taktis, dan berteknik dilengkapi dengan langkah kaki panjang, Yang bahkan sering dipraktekan olehnya di tengah-tengah ruang gerak sempit. Di dalam edukasi sepak bola Jerman, pemain dengan kemampuan semacam ini dikenal sebagai nadelspieler atau needle-player, dalam bahasa Inggris. Pemain jarum.
Kemampuan dribbling Pogba jelas akan sangat membantu ketika tim asuhan Jose Mourinho ini harus melakukan progres sesegera mungkin dalam bertransisi menyerang. Kebetulan, transisi serang cepat dengan cara berprogres segera merupakan salah satu ciri Liga Primer Inggris. Artinya, Pogba memiliki pra-syarat untuk sukses di Inggris.
Musim 2015-2016, di Juventus, Massimiliano Allegri dengan cermat memanfaatkan kemampuan Pogba. Dalam fase serang pertama, yaitu fase ketika Juventus menguasai bola dan melakukan build-up dari lini pertama (belakang), Pogba sering kali ikut turun dan masuk ke ruang antar lini, di antara gelandang dan bek, untuk menjemput bola dan mendistribusikannya.
Cara ini cukup efektif, karena dengan kombinasi dua kelebihan yang disebutkan di atas, Pogba sering kali mampu mengecoh pressing lawan. Dengan kepercayaan dirinya, Pogba memilih cara frontal menghadapi pressure kolektif lawan dan melewatinya. Sebuah hiburan tersendiri bagi penonton.
Berikut aksi Pogba yang memperlihatkan betapa ia merupakan pemain yang pressure-resistant dengan kemampuan olah bola ciamik.
Lepas dari nilai transfernya yang kontroversial, Manchester United beruntung mendapatkan Paul Pogba. Karena selain hebat secara individu, ia memiliki kekuatan fisik. Pogba juga mampu bermain cepat – cocok dengan Liga Inggris – selain memiliki kemampuan umpan jarak jauh yang baik.
Hanya soal waktu sampai Jose Mourinho menemukan formula paling pas dalam memaksimalkan seluruh potensi Paul Pogba.