Beberapa hari yang lalu, Neymar tertangkap kamera tengah bersitegang dengan Nelson Semedo, rekrutan baru Barcelona. Sontak, kabar tersebut semakin mengerucutkan spekulasi tentang Neymar yang akan segera bergabung dengan Paris Saint-Germain (PSG). Bagaimana seharusnya Barcelona menyikapi situasi tersebut?
Kehilangan Neymar tentu perkara yang pelik. Saat ini, boleh dibilang, ada tiga pemain yang dianggap masuk dalam level terbaik di dunia. Mereka adalah Cristiano Ronaldo, Lionel Messi dan Neymar sendiri. Luis Suarez, rekan satu tim Neymar di Barcelona tidak berada jauh dari level ketiganya.
Oleh sebab itu, melepas Neymar artinya El Barca kehilangan salah satu pemain yang bisa menjadi pembeda. Tentu Cules masih ingat dengan mengilapnya penampilan Neymar ketika Barcelona melakukan remontada atas PSG di Liga Champions. Tepatnya pada laga kedua di kandang sendiri, Neymar menjadi sumur kreativitas. Ia bahkan menenggelamkan nama Messi di pertandingan tersebut.
Neymar sendiri menjadi salah satu alasan mengapa lini depan Barcelona menjadi salah satu yang paling berbahaya di dunia. Bersama Messi dan Suarez, praktis, Barcelona hanya perlu mengirim bola ke depan. Trio MSN bisa memanfaatkan segala macam situasi di lini depan untuk mengkreasikan peluang.
Melihat pentingnya keberadaan Neymar, maka tak mengherankan apabila Gerrad Pique, Andres Iniesta, hingga Suarez sendiri berharap rekannya itu akan bertahan. Bahkan, Messi dan Suarez sudah mengajak Neymar berdiskusi secara khsusus, untuk membicarakan kemungkinan bertahan. Sampai sejauh ini, usaha tersebut belum menunjukkan hasil.
Memindai semua situasi, Barcelona hampir tak punya kuasa apabila PSG bersedia membayar release clause Neymar. Konon, patokan 222 juta euro menjadi pintu bagi PSG untuk memboyong Neymar ke Prancis. Dan, yang paling penting, PSG tak keberatan dengan nilai tersebut. Sebuah niat, yang menggambarkan kekuatan finansial.
Ikhlaskan saja
Menahan pemain yang ingin hengkang bukan langkah yang bijak. Selain membuat suasana ruang ganti menjadi tak nyaman, klub yang menahan pemain seperti ini dianggap juga menahan perkembangan karier si pemain. Supaya tak mendapat cap seperti itu, salah satu sikap yang bisa diambil Blaugrana adalah mengikhlaskan Neymar hengkang.
Jika melakukannya, Barcelona bisa membantu para penikmat sepak bola melihat calon pemain terbaik dunia berkembang sepenuhnya. Banyak yang berpendapat bahwa jika Neymar ingin memenangi Ballon d’Or, ia harus angkat kaki dari Camp Nou, mencari panggung megahnya sendiri. Mengapa?
Karena di Barcelona, ia akan selamanya berada di balik bayang-bayang Messi. Meski tak bermain bagus pun, keberadaan Messi bisa memengaruhi jalannya sebuah pertandingan. Gambaran seperti itulah yang membuat nama Neymar tak bisa menyeruak meski ia sudah tampil gemilang. Pengakuan itu tidak akan pernah datang.
Bergabung bersama PSG memang situasi yang juga tak mudah untuk soal ini. Bermain di Prancis, artinya bermain di kompetisi dengan tingkat kompetitif masih di bawah Liga Spanyol, Liga Jerman dan Liga Primer Inggris. Bukan bermaksud meremehkan Ligue 1 Prancis, namun selama ini, pemenang Ballon d’Or berasal dari Liga Primer Inggris, Serie A dan Liga Spanyol.
Situasi mungkin akan sedikit berubah apabila Neymar bisa membawa PSG memenangi Liga Champions. Namun, capaian tinggi tersebut pun bukan urusan yang gampang. Untuk memenangi Liga Champions, sebuah tim tak mungkin bergantung kepada satu pemain. Hal itu nampak dalam rekam jejak Real Madrid musim lalu.
Meski Ronaldo tampil menggila di paruh akhir Liga Champions, Madrid dibangun dengan dasar lini tengah yang solid. Kekuatan itu membuat Madrid bisa membantu Ronaldo mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Dan kesitimewaan itu, tidak bisa dicapai hanya dengan menghamburkan banyak uang untuk mendapatkan sederet bintang.
Madrid dibangun dengan dasar yang jelas dan proses yang tidak singkat. Sesuatu yang sampai saat ini gagal dibangun PSG. Bergantung kepada mendatangkan pemain mahal dalam waktu singkat hanya mengulangi kesalahan yang pernah dilakukan Real Madrid dengan program percuma bernama Galacticos.