Eropa Jerman

Mengintip Bakat-Bakat Terbaik Timnas U-21 Jerman

Siapa, di antara Anda semua, yang menyangka kalau timnas Jerman yang berangkat ke Piala Eropa U-21 akan mengangkat trofi tahun ini?

Bilang saja saya sok tahu, tapi saya akan menebak kalau Anda yang bukan suporter Bundesliga, pasti akan mengangkat tangan. Bukannya saya mau meremehkan Anda, tapi kalau saya lihat dari klub asalnya, saya tak yakin ada suporter liga Top Five selain Bundesliga yang melirik pemain-pemain muda ini sebelum mereka ditunjuk menjadi penggawa der Panser.

Padahal, suporter Bundesliga sudah sering melihat performa mereka yang gemilang dan tentunya, prospek bagus untuk memperkuat timnas senior Jerman pada Piala Dunia 2018!

Contohnya Julian Pollersbeck yang hanya kebobolan sekali dari open play selama turnamen ini. Mungkin sekarang dunia tahu kalau kiper muda Jerman bukan hanya Kevin Trapp, Bernd Leno, dan Marc-Andre Ter Stegen, tapi sebelum Piala Eropa U-21 kemarin, mungkin saja beberapa penonton liga Jerman pun tak pernah mendengar namanya. Kenapa, ya?

Sebelum pindah ke Hamburg per musim depan, Pollersbeck membela kesebelasan 2.Bundesliga, 1. FC Kaiserslautern (FCK). Tapi jangan salah, walaupun FCK hanya bisa finis di peringkat ke-13, penjaga gawang setinggi 195 sentimeter ini adalah tembok yang tangguh. Dari 31 pertandingan yang dijalankannya, Pollersbeck berhasil clean sheets sebanyak 14 kali!

Hal ini adalah prestasi yang bukan main-main, mengingat lini pertahanan Lautern yang biasa-biasa saja, serta pergantian pelatih dari Tayfun Korkut (yang style-nya sangat defensif) ke Norbert Meier (yang semakin hari semakin cinta dengan formasi tiga bek) di tengah musim.

Contoh lainnya adalah Marvin Schwaebe. Kiper Dynamo Dresden ini dipercaya Uwe Neuhaus untuk bersiaga di antara tiang gawang selama 33 matchday musim lalu, dan sembilan di antaranya tidak kebobolan. Bersama timnya, Schwaebe ikut mengantar Dresden ke peringkat kelima 2. Bundesliga. Dresden, woy! Yang baru promosi dari divisi ketiga! Sayang, ia tidak mendapatkan waktu bermain sama sekali di Piala Eropa kemarin, tapi terpilih dalam skuat dan menang ‘saja’ sudah cukup membanggakan, bukan?

Selain mereka berdua, ada lagi beberapa pemain yang berasal dari klub antah berantah tapi sangat berhak menerima nominasi timnas, misalnya Maximilian Philipp, yang sebelum turnamen ini membela SC Freiburg (SCF). Selama musim 2016/17, pemain yang dapat dimainkan di posisi second striker dan sayap kanan ini menjadi top scorer nomor tiga di SCF dengan sembilan gol (dan tiga asis).

Tapi, bukan itu saja keahliannya! Penyerang yang berusia 23 tahun ini juga sering membantu Freiburg dalam menguasai bola. Kepiawaiannya dalam bermain tidak hanya membawa die Breisgau-Brasilianer ke peringkat ke-7, tetapi juga menarik perhatian klub poacher yang rutin berbelanja di kesebelasan ini, yakni Borussia Dortmund. (Jangan marah, pembaca Borusse tercinta, ngaku aja! Bukan cuma Bayern yang suka begini, ya, kan?) Pada turnamen kemarin, Philipp mencetak salah satu gol pada adu penalti melawan Inggris, yang akhirnya dimenangkan Jerman dengan skor 6:5.

Selain Philipp, Freiburg juga menyumbangkan Janik Haberer dan Marc-Oliver Kempf. Haberer ini sangat dipercaya oleh Christian Streich karena ahli dalam duel di attacking third lawan. Dan karena sudah diasah dengan sistem permainan Streich yang fleksibel di lini tengah, pemain setinggi 186 sentimeter ini bisa bermain di berbagai posisi.

Meskipun ia biasanya bermain sebagai gelandang serang atau right winger, Stefan Kuntz, pelatih timnas Jerman U-21, menempatkan Haberer sebagai holding midfielder. Hasilnya? Tentu baik!

Kalau Kempf? Dengan Freiburg, ia memenangkan 57 persen dari duel-duelnya di lapangan. Ia pun menjadi salah satu dari sebagian kecil timnas Jerman yang bermain selama 480 menit, alias bermain penuh dalam lima pertandingan tanpa disubstitusi!

Siapa lagi, ya? Oh, ya, Anda tentu ingat, dong, sama Mitchell Weiser! Itu, lho, yang mencetak gol kemenangan melawan Spanyol! Setelah dijadikan benchwarmer oleh Bayern, Weiser mengadu nasib ke Berlin, tepatnya ke Hertha BSC, pada musim 2015/2016. Ternyata ini keputusan yang tepat. Dengan jam terbang yang diberikan si Nyonya Tua dari Berlin, bukan Turin, dribbling skill dan key passes yang ia tunjukkan pada pertandingan-pertandingan terakhirnya membela die Roten makin apik. Pemain yang dijuluki the next Dani Alves ini juga menguasai paruh kanan lapangan, baik sebagai bek maupun winger dan ahli dalam mencetak gol-gol penting, tanya saja pada Kepa Arrizabalaga!

Siapa lagi? Ayo, dong, bantuin saya! Hmm, tunggu… Davie Selke! Pemain yang melesatkan RB Leipzig ke Bundesliga dua musim lalu ini sepertinya lelah disia-siakan oleh klub lamanya. Dan seperti mantan pada umumnya, Selke menyakiti Leipzig dengan tampil cemerlang di Piala Eropa U-21. Dengan torehan dua gol dan satu asis, ia menjadi top scorer Jerman dalam turnamen tersebut… Hertha pasti senang, deh, musim depan.

Selanjutnya, pemain yang sepertinya lama ditunggu-tunggu: Serge Gnabry! Sebelum diboyong FC Bayern, mantan pemain Arsenal ini menjadi pemain kunci di Werder Bremen. Gelandang versatile ini mencetak 11 gol dan 1 asis bersama Bremen musim lalu, membantu die Werderaner naik status dari ‘hampir degradasi’ menjadi ‘hampir Liga Europa’. Semoga saja Ancelotti tidak menyia-nyiakannya!

Bagaimana dengan pemain-pemain bagus dari klub besar? Apakah saya akan ngacangin mereka? Tentu tidak, dong. Walaupun saya cinta mati pada Freiburg, saya tidak lupa pada yang di atas. Gimana mau lupa? Wong mereka yang sering diomongin orang!

Saya nggak marah atau iri, kok. Why? Pemain-pemain di bawah ini juga patut diacungi jempol!

Pertama, Felix Platte. Pemain yang promosi dari Schalke U-19 ini pasti membuat lulusan-lulusan Knappenschmiede (akademi Schalke) seperti Mesut Özil akan bangga. Pasalnya, ialah yang memastikan partai melawan Inggris tak berakhir dengan kekalahan, alias harus adu penalti. Bergaya Jerman sekali Platte ini, ya.

Kedua, Max Meyer. Seperti Platte, Meyer juga dipromosikan dari youth team Schalke. Gelandang serang berusia 21 tahun ini membuka gol Jerman di Piala Eropa U-21 dengan gol semata wayangnya pada menit ke-44 pertandingan melawan Republik Ceska. Bukan itu aja, di shootout kontra Inggris pun dia mencetak gol.

Ketiga, Maximilian Arnold, kapten timnas U-21. Berjiwa pemimpin, berbakat, tetapi tetap rendah hati, pekerja keras asal Wolfsburg setinggi 184 sentimeter ini mengantarkan timnya ke podium para juara. (Iya, saya tahu the Wolves sedang terpuruk, tapi mereka terkenal, jadi, klub papan atas statusnya!)

Honorable mentions: Yannick Gerhardt (Wolfsburg), Nadiem Amiri dan Jeremy Toljan (Hoffenheim).

Nah, di antara pemain-pemain ini, siapa saja yang kira-kira bisa menembus timnas senior?

Menurut saya, sih, terlalu dini untuk mengatakan siapa saja yang akan dipilih Joachim Loew. Soalnya, semua pemain timnas U-21 punya potensi besar. Masalahnya ada di klub, karena dengan klub seperti Dortmund, Maximilian Philipp kemungkinan besar akan melejit, tetapi Serge Gnabry?

Memang benar adanya kalau Loew senang dengan pemain Bayern, tetapi kita semua tahu kalau klub Bavaria itu bukan ahli youth management. Belum lagi Loew juga lebih suka pemain dari klub besar, jadi menurut saya peluang Haberer dan Pollersbeck masuk timnas senior lebih kecil.

Tapi kalau Anda memaksa…saya akan memilih Maxi Arnold, Maxi Philipp, Serge Gnabry, Davie Selke, Mitchell Weiser, Max Meyer dan Felix Platte. Julian Pollersbeck juga kandidat kuat, tapi Hamburg bukanlah tempat yang baik untuk mengembangkan skill dan mencari pengalaman melawan tim-tim besar. Jujur, saya prihatin sama dia. Semoga saja dia nggak pusing dengan mental Hamburg yang maunya serba instan.

Tapi apa ini nggak kebanyakan? ‘Tim B’ yang bermain di Piala Konfederasi 2017, kan, juga bagus…

Well, syukurlah saya bukan Jogi Loew. Memilih di antara gebetan dan Kasperle saja saya nggak bisa!

Eh, maaf jadi curhat. Saya undur diri dulu, deh. Sampai jumpa!

Author: Alicia Altamira (@freibulous)
Pecinta SC Freiburg yang hobi mengantar pembaca ke neraka klub antah berantah dengan filosofi ‘Fußball meets fun’.