Keputusan PT. LIB (Liga Indonesia Baru) terkait penangguhan implementasi regulasi pemain U-23 pada gelaran Go-Jek Traveloka Liga 1 2017 yang tengah berjalan langsung menuai beragam reaksi keras, salah satunya Presiden Madura United, Achsanul Qosasi. Lewat akun Twitter miliknya, pria yang akrab disapa AQ ini mempertanyakan perubahan kontroversial ini.
Menurutnya, semua klub sudah mengontrak 27 pemain yang lima di antaranya adalah penggawa usia di bawah 23 tahun, sesuai regulasi yang diwajibkan PT. LIB sebelum liga bergulir. “Padahal kebijakan itu sudah berjalan baik. Mestinya klub diajak bicara,” lanjutnya, menjawab pertanyaan salah satu followers.
Achsanul memang berhak meradang mengingat Liga 1 2017 sudah berlangsung selama 11 pekan sebelum pengumuman tersebut diberikan. PT. LIB beralasan agar aspek fairness tetap terjaga mengingat persebaran tak merata pemain U-23 yang dipanggil ke skuat timnas Indonesia guna menghadapi SEA Games 2017. Meski bersifat sementara, perubahan regulasi ini akhirnya berimbas luas.
Baca juga: Penangguhan Implementasi Regulasi Pemain U-23 di Liga 1 adalah Lelucon
Pada cuitan yang hanya berselang 15 menit, Achsanul menyinggung sosok-sosok yang selama ini dianggap rangkap jabatan di klub dan federasi atau operator liga, dalam hal ini PSSI dan PT. LIB. “Pelajaran penting yang bisa diambil adalah: Kedepan, jangan ada pengurus klub yang duduk menjabat di operator (LIB) dan di regulator (PSSI). Cukup,” tulisnya pada akun @AchsanulQosasi.
Semua club sdh mengontrak 27 pemain, 5 pemain U23. Krn saat itu diwajibkan. Pdhal kebijakan itu sdh brjlan baik. Mestinya club diajak bicara https://t.co/1m5f1nyfcN
— Achsanul Qosasi (@AchsanulQosasi) June 29, 2017
Pelajaran penting yg bisa diambil adalah: "Kedepan, jgn ada pengurus club yg duduk menjabat di operator (LIB) dan di Regulator (PSSI)".cukup
— Achsanul Qosasi (@AchsanulQosasi) June 29, 2017
Menyasar dua nama
Meski tak menyebutkan siapa saja yang dimaksud dalam tweet-nya, AQ disinyalir menyindir dua nama, yakni Kepala Staf Ketua Umum PSSI, Iwan Budianto, dan Komisaris Utama PT. LIB, Glenn T. Sugita.
Baca juga: Kisah Budi: Sang Penguasa Absolut
Seperti diketahui, Iwan hingga saat ini belum memberikan pernyataan resmi terkait statusnya sebagai CEO Arema FC. Sempat ada kabar dirinya tak aktif lagi dalam struktur manajemen Singo Edan, tetapi tak lantas menghilangkan pengaruhnya dalam tim, lewat titel CEO. Sementara Glenn merupakan Direktur Utama PT. Persib Bandung Bermartabat, seperti dilansir situs resmi klub. Di sisi lain, posisinya sebagai Komisaris Utama PT. LIB bisa dilihat pada salah satu bagian Manual Liga 1 2017 yang ada di situs resmi liga.
Nama Iwan bahkan sempat mencuat beberapa waktu lalu lewat dugaan intervensi pada semifinal ajang Piala Presiden 2017. Dirinya dituduh mengintervensi laga dengan berdiri di dekat bangku wasit pinggir di antara bench pemain pada paruh kedua. Kala itu Arema menang dramatis dan lolos ke final setelah tertinggal tiga gol secara agregat.
Tak terima, pria yang disapa Bos IB oleh staf pelatih Arema ini memberikan pembelaan. Iwan menyatakan dirinya panitia pelaksana yang memiliki akses ke pinggir atau bahkan tengah lapangan jika diperlukan, seperti diberitakan Sindonews. Dia memberikan contoh hal itu sudah dilakukan sebelumnya, seperti pada laga Pusamania Borneo FC kontra Bali United.
Kembali ke penangguhan implementasi pemain U-23 di Liga 1 2017 untuk sementara waktu, baik Arema maupun Persib memang tengah menikmati kontribusi masing-masing dua penggawa belianya yang dipilih pelatih Luis Milla untuk ke SEA Games 2017. Di Singo Edan, Bagas Adi Nugroho dan Hanif Sjahbandi tampil lebih dari lima kali.
Sementara Febri Hariyadi dan Gian Zola di Maung Bandung lebih istimewa. Masing-masing sudah tampil sebanyak delapan kali dan sukses mencetak satu gol. Kendati demikian, sejatinya Arema dan Persib masih punya stok pemain senior dengan kualitas yang tak kalah hebatnya andai implementasi penggawa U-23 tetap dijalankan.
Jadi polemik di Inggris
Meski demikian, hal tersebut bukan berarti jadi faktor pendukung di balik kebijakan kontroversial ini. Terlepas dari apapun, polemik rangkap jabatan di klub dan federasi atau operator liga memang beberapa kali terjadi. Paling terkenal mungkin hadir dari negara yang mengklaim penemu olahraga sepak bola, Inggris. Jika Anda penikmat sepak bola negeri Ratu Elizabeth, nama David Gill mungkin langsung terngiang.
Gill yang sejak 2003 ditunjuk sebagai Chief Executive Manchester United, pada 2012 silam juga didapuk menjadi Vice-Chairman Football Association (FA, PSSI-nya Inggris). Tak pelak, penunjukkan pria asal Reading itu menimbulkan kontroversi. Bahkan jauh setelah dirinya masuk jajaran pengurus, menggantikan Vice-Chairman Arsenal kala itu di FA, David Dein, tahun 2006 lalu.
Sejalan dengan kariernya di FA, Gill yang masih berstatus Chief Executive United selalu menerima sorotan miring. Secara kebetulan atau bagaimana, Red Devils sukses kembali juara Liga Primer Inggris setelah empat musim absen, atau tepatnya 2006/2007. Sepanjang keberadaan Gill dengan status tersebut di Old Trafford hingga 2013 silam, United sukses merengkuh lima trofi liga.
Di antara periode tersebut, rangkap jabatan yang dilakukan Gill sempat diprotes keras oleh manajer Liverpool ketika itu, Rafael Benitez. “Apa ada konflik kepentingan dengan David Gill di FA? Itu fakta lain. Sekarang faktanya ada satu orang yang punya banyak kekuatan dan kontrol, yang jadi Komite FA. Bagi saya itu sangat aneh,” sindir Benitez medio 2009, seperti dilansir Manchester Evening News.
Sudah bisa ditebak, Gill membantah hal tersebut, didukung dengan pernyataan manajer United, Sir Alex Ferguson. Bukannya mundur, dia malah terus mengemban jabatan di FA hingga sejak 2012 berstatus Vice-Chairman. Karier Gill melesat jadi Komite Eksekutif UEFA per Mei 2013 sampai pada Wakil Presiden FIFA untuk Britania Raya, sejak Maret 2015.
Kala jadi Exco UEFA, nama Gill kembali jadi sorotan suporter rival United, kali ini Manchester City. Sebagai sosok yang mengelola lisensi klub dan regulasinya, dia sempat dianggap sebagai aktor di balik hukuman bagi The Citizens setelah melanggar aturan Financial Fair Play. Gill juga yang disebut-sebut sebagai salah satu perancang peringkat klub di Liga Champions, dengan berujung pada penurunan peringkat City dan kenaikan bagi United.
Bagaimanapun meski belum diatur oleh regulasi, polemik rangkap jabatan dapat dengan mudah diakhiri guna meredam isu konflik kepentingan. Bisa, sepak bola Indonesia?
Author: Perdana Nugroho
Penulis bisa ditemui di akun Twitter @harnugroho