Saga transfer musim panas kali ini bisa jadi bukan milik mahalnya banderol Kylian Mbappe atau ironisnya polemik kontrak Gianluigi Donnarumma belaka. Berita terpanas bisa datang dari Semenanjung Iberia, di kota Madrid, tentang salah satu pemain yang mengagungkan kesempurnaan, Cristiano Ronaldo.
Baca juga: Potensi Efek Berantai Transfer Gianluigi Donnarumma
Betul, setiap kisah Ronaldo, baik di dalam maupun luar lapangan selalu diwarnai nuansa kesempurnaan.
Mulai dari kerja keras mati-matian membentuk tubuh yang atletis, gestur kecewa yang tergambar begitu kentara kala pertandingan tak berjalan sesuai keinginannya, hingga kehidupan pribadinya yang sangat berwarna. Narasi kesempurnaan adalah mengeja nama Cristiano Ronaldo.
Setelah menonton film dokumenter Ronaldo arahan Anthony Wonke, kolumnis The Guardian, Daniel Taylor sempat berucap bahwa, “Sulit untuk tidak membayangkan bahwa Cristiano Ronaldo meneriakkan namanya sendiri saat bercinta.”
Sebuah penggambaran yang terdengar begitu sarkastik. Namun begitulah Ronaldo. Figur fisik dirinya adalah kesempurnaan di mata banyak wanita, bahkan pria. Tak hanya tubuhnya yang berotot, bahkan sampai senyum dan suara tawanya yang berderai bisa dibuatkan narasi tersendiri. Anda boleh menyebutnya sebagai ego. Ego yang terasa begitu besar.
Tak percaya? Mantan pemain Manchester United itu pernah mengomentari agennya sendiri sebagai berikut: “Dia adalah agen terbaik. Dia “Cristiano Ronaldo”-nya agen sepak bola.” Ia menggunakan dirinya sendiri untuk menetapkan batasan untuk menilai kecakapan seseorang. Bahkan di bidang pekerjaan yang berbeda.
Namun, di wangi kesempurnaan tersebut, tercium dua bau anyir yang mengganggu. Yang pertama adalah kasus pemerkosaan yang sempat hangat di media-media Eropa sebelum final Liga Champions 2017. Surat kabar Jerman, Der Spiegel, memuat investigasi kasus tuduhan pemerkosaan yang dilakukan Ronaldo pada tahun 2009.
Perwakilan Ronaldo langsung membantah perbuatan keji tersebut dan menyebutnya sebagai fiksi jurnalistik belaka. Seiring waktu, kasus dan berita tersebut semakin surut dan mungkin saat ini sudah dilupakan. Namun, bau anyir sebagai “pemerkosa”, sudah kadung tercium dari dirinya
Bau busuk yang kedua dan yang paling menyiksa, adalah tuduhan penggelapan pajak hingga 13 juta paun. Tuduhan tersebut berkaitan dengan penggunaan hak cipta nama Ronaldo. Pemain berusia 32 tahun tersebut menggunakan perusahaan di British Virgin Island untuk menghindari pajak di Spanyol.
Masalah bermula ketika pada tahun 2009, tahun ketika Ronaldo diboyong Real Madrid. Saat itu, terdapat aturan yang menyebutkan bahwa si pemain boleh hanya membayar pajak sesuai pemasukan yang ia dapatkan di Spanyol. Artinya, Ronaldo tak perlu membayar pajak terkait pemasukan yang ia dapatkan dari luar Spanyol.
Baca juga: Mengapa Penggelapan Pajak Marak di Liga Spanyol?
Aturan tersebut berubah pada tahun 2014. Ronaldo sendiri berusaha mengikuti aturan yang ada dengan membayar pajak senilai 5 juta paun. Niat tersebut dilandasi oleh banyaknya pemain yang diinvestigasi terkait masalah penggelapan pajak. Sayangnya, jaksa penuntut umum memandang nilai tersebut tidak cukup besar.
Maksudnya, jaksa penuntut berpandangan bahwa Ronaldo harus membayar pajak dari dua jenis penerimaan, yaitu yang berasal dari dalam negeri dan yang dari luar Spanyol. Semakin rumit ketika perwakilan Ronaldo menyebut perubahan aturan tersebut tidak disosialisasikan terlebih dahulu, dan langsung diterapkan untuk menindak.
Dari pihak pembela, pemasukan dari sponsor seperti Nike, Coca-Cola, Emirates, Castrol, Herbalife, dan Tag Heuer, seharusnya tak dikenakan pajak karena berasal dari luar Spanyol. Pihak pembela juga menegaskan bahwa sekitar 90 persen pemasukan Ronaldo berasal dari luar Spanyol dan tidak layak untuk dikenakan pajak. Apalagi, perubahan aturan pajak tak disosialisasikan oleh pemerintah Spanyol dengan jelas.
Namun hukum tetap berjalan dan petugas pajak Spanyol tak ingin tawar-menawar.
Tersedia dua pilihan bagi Ronaldo, yaitu melawan di pengadilan atau menerima tuduhan bahwa ia bersalah dan bersedia membayar denda. Skenario terburuk adalah Ronaldo “dipaksa” hadir di persidangan seperti Lionel Messi dan mendapat hukuman penjara selama 21 bulan. Tetapi, Ronaldo tidak akan masuk bui, lantaran ini pelanggarannya yang pertama.
Ya, inilah pelanggaran pertama Ronaldo terhadap hukum. Ia selalu berusaha menjaga citranya tetap bersih dan wangi. Oleh sebab itu, ia akan mengambil pilihannya sendiri, yaitu segera angkat kaki dari Spanyol!
A Bola mengklaim bahwa Ronaldo sudah mengutarakan niatnya kepada rekan-rekannya di timnas Portugal bahwa selepas Piala Konfederasi, ia tak akan kembali ke Spanyol. Sikap ini menjadi penggambaran yang tegas bahwa ia tak sudi kesempurnaannya digugat.
Maklum, selama membela Manchester United, Ronaldo tak pernah berurusan dengan hukum dengan tingkat tuduhan yang begitu memalukan seperti ini. Daripada tidak mendapat keadilan, lebih baik Ronaldo menuju ke tempat di mana ia dihargai dan dijaga.
Jika hengkang, secara realistis mungkin hanya ada dua klub yang bisa menyediakan gaji seperti yang ia dapatkan di Madrid. Kedua klub tersebut adalah United dan Paris Saint-Germain. Selain gaji, banderol Ronaldo sendiri bisa sedkit mengambat. Konon, Los Merengues mematok angka hingga 131 juta paun apabila ada klub yang berminat menggoda Ronaldo.
Hanya sedikit menghambat karena nilai tersebut masih dalam jangkauan United. Romansa masa lalu dan keterikatan dengan kota Manchester bisa memicu transfer terpanas 2017.
Di kota Manchester, kesempurnaan Ronaldo tak pernah cacat. Di kota Manchester, wangi namanya dijaga.
Author: Yamadipati Seno
Koki @arsenalskitchen