“Saya hanya orang Finlandia yang berusaha menahan panasnya matahari.” Begitu bunyi caption unggahan terbaru Eero Markkanen di akun Instagram pribadinya.
Foto itu menunjukkan ia sedang berlatih di lapangan Stadion Andi Mattalatta Mattoanging, Makassar. Tulisan ‘Bosowa Semen’ terpampang jelas di seragam latihan PSM Makassar yang dikenakannya. Tribun usang dan berlumut Stadion Mattoanging jelas terlihat di belakang.
Sudah kurang-lebih dua pekan sejak PSM mengumumkan kedatangan eks penyerang Real Madrid Castilla ini sebagai amunisi baru mereka. Dalam dua pekan tersebut, teriknya sinar matahari di langit Sulawesi Selatan telah berubah jadi hujan badai yang berefek banjir dan air bah di minggu ketika Januari.
Di beberapa media olahraga Eropa, banjir komentar pun melanda, berlomba-lomba mengkritik dan bahkan mencaci keputusan Markkanen berlabuh di Indonesia. Padahal, pemain berusia 27 tahun ini baru saja membuka tahun 2019 dengan momen penting dalam kariernya. Ia menjadi penentu kemenangan tim nasional Finlandia atas Swedia dalam laga uji coba pada awal Januari lalu.
Gol yang dicetaknya di Doha itu menjadi torehan pertamanya selama kurang lebih lima tahun berseragam tim nasional Finlandia. Penantian yang cukup lama sekaligus melukiskan naik-turunnya karier Markkanen selama ini. Dari wonderkid yang memikat hati Zinedine Zidane di tim muda Real Madrid, banyak kalangan heran mengapa ia kini terdampar di negara dunia ketiga seperti Indonesia.
Baca juga: Gracias, Zidane!
Setelah sempat bersinar sebentar di klub raksasa Swedia, AIK Stockholm, Markkanen memang menghiasi pemberitaan di Eropa pada pertengahan 2014 dengan transfer senilai 3 juta euro ke Santiago Bernabeu. Namanya bahkan sudah sempat disertakan ke skuat yang berlaga di Liga Champions 2014/2015.
Namun alih-alih menjadi pilihan alternatif Karim Benzema di lini depan Real Madrid, pemain kelahiran 3 Juli 1991 ini terpaksa meninggalkan Spanyol hanya dalam waktu setahun. Alasan indisipliner menjadi penyebab utamanya, meskipun Real Madrid tak pernah mengungkapkan alasan sebenarnya pemain jangkung ini dicoret.
Pasca-kepindahan bergengsi itu, karier Markkanen perlahan-lahan memudar. Sang kakak kandung pebasket NBA, Lauri Markkanen, ini tak pernah bertahan lebih dari semusim memperkuat klub-klub di kasta bawah Jerman, Swedia, dan Finlandia.
Media-media di negaranya tak pernah putus harapan untuk melihat pemain berpostur 197 sentimeter ini berlaga di liga bergengsi Eropa. Namun, harapan itu sepertinya pupus setelah menyebarnya berita sang striker melanjutkan karier di Indonesia.
Markkanen memang Finnish (orang Finlandia), tapi dia belum merasa finish (selesai). Melalui pernyataan resmi agennya, Jonne Lindblom, Markkanen merasa tawaran dari Indonesia justru menjadi awal baru yang segar.
“Sekitar 5000 penggila sepak bola memadati latihan pertama Eero di stadion. Saya hanya tertawa karena media tak bisa melihat peluang besar ini,” kata Lindblow seperti dilansir dari situsweb Finlandia YLE.
“Kami sudah mempelajari baik-baik ketika tawaran ini datang. Eero memiliki modal yang kuat untuk unggul di Indonesia dengan postur tubuh dan kekuatannya. Indonesia adalah negara terpadat keempat di dunia. Setelah ini baru kita akan lihat apakah Eero akan kembali ke Eropa atau tinggal di Asia. Mari berharap Eero mencetak banyak gol,” pungkas Lindblom.
Optimisme Lindblom tergambar jelas ketika Markkanen tampil gemilang di laga uji coba melawan PSAD pada 22 Januari 2019 lalu. Pemain yang dipercaya mengenakan nomor punggung 9 ini menciptakan satu gol dan asis untuk gol Zulham Zamrun. Setelah melihat proses terciptanya gol pemain kelahiran Jyväskylä ini, wajar jika para penggemar PSM mengamini optimisme sang agen.
Markkanen melakukan solo run yang cukup spektakuler dari luar kotak penalti sebelum menceploskan bola ke gawang lawan. Aksi menakjubkan ini sempat diulanginya di laga 32 besar Piala Indonesia pada 26 Januari 2019 lalu. Sayang, kali ini ia belum beruntung. Finishing-nya masih membentur tiang gawang tuan rumah Kalteng Putra.
Yang perlu dicermati adalah betapa kokohnya fisik pemain jangkung ini yang membuatnya tak terjatuh meskipun diganggu oleh bek-bek lawan. Kecepatan larinya pun cukup mengagumkan, meskipun tubuhnya terbilang besar. Terakhir, ia pun sangat tenang jika mengeksekusi situasi satu lawan satu dengan penjaga gawang lawan. Kelebihan- kelebihan ini tak dimiliki para striker yang pernah membela PSM dalam dua tahun terakhir, yaitu Reinaldo Elias da Costa, Pavel Purishkin, Bruce Djite, dan Sandro Ferreira.
PSM sendiri sangat yakin bisa mengandalkan Markkanen sebagai juru gedor mereka di ajang antarklub Asia, Piala AFC. Jika sang striker bisa meledak musim ini, Asia memang tempat yang pas baginya untuk membuka lembaran baru.