Adalah sebuah fakta yang menyakitkan, bahwa kompetisi sepak bola di Malaysia tentu lebih baik ketimbang di Indonesia. Di negara tetangga kita, liga sepak bola yang ada bisa dikatakan lebih terstruktur dan rapi. Namun, ada daya tarik lain bagi pesepak bola yang mampu ditawarkan oleh kompetisi sepak bola Malaysia, yaitu gaji tinggi yang ditawarkan oleh klub-klubnya.
Dari Football Tribe Malaysia, kami berhasil mendapatkan informasi mengenai gaji pemain dari salah satu klub besar Malaysia, Kedah FA. Ternyata, gaji pemain Kedah dapat dikatakan jauh lebih besar dari yang diberikan oleh klub-klub besar di Indonesia.
Pemain Kedah yang menerima gaji paling tinggi adalah dua pemain asing mereka, Liridon Krasniqi, gelandang serang asal Albania, serta Sandro da Silva Mendonca, gelandang serang lainnya asal Brasil. Kedua pemain asing ini menerima gaji sebesar 128.670 ringgit, atau sekitar 450 juta rupiah per bulan! Hal ini menunjukkan bagaimana Kedah, yang tidak begitu tersohor seperti Johor Darul Ta’zim, mampu membayar pemainnya dengan begitu tinggi.
Untuk pemain lokal, siapa lagi kalau bukan sang legenda, Baddrol Bakhtiar, yang menerima gaji paling tinggi. Gelandang berusia 30 tahun tersebut menerima gaji sebesar 77.109 ringgit per bulan, atau 266 juta rupiah!
Meskipun begitu, hal ini sebenarnya tidak begitu mengejutkan di Malaysia sana. Kedah, mesikipun terhitung sebagai klub yang cukup diperhitungkan, ternyata bukanlah klub yang paling boros pengeluarannya untuk gaji pemain. Masih banyak klub lainnya yang membayar pemainnya dengan jumlah yang lebih dari Kedah.
Sebagai contoh, di tahun 2015 lalu, Pahang FA membayar pemain asing mereka, Patito Rodriguez, dengan gaji bulanan mencapai 250 ribu ringgit, atau sekitar 865 juta rupiah!
Walaupun klub-klub Malaysia memiliki kapabilitas untuk menggaji pemainnya dengan masif, tentu kita tak boleh mengesampingkan fakta bahwa mereka juga memiliki kompetisi yang lebih terstruktur dan mereka mampu berbicara di level Asia.
Maka dari itu, menyebut pemain Indonesia yang bermain di klub Malaysia sebagai mata duitan justru adalah sesuatu yang salah. Alih-alih, kita sudah sepatutnya berbangga melihat mereka bermain di kompetisi yang lebih baik dan mampu mengantongi uang yang banyak.
Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket