Setelah berpamitan dengan manajemen dan suporter setia PSM Makassar beberapa waktu lalu, ada banyak rumor yang mengaitkan Hamka Hamzah dengan calon klub barunya di musim kompetisi 2018.
Pada awalnya, nama Madura United dan Pusamania Borneo FC disebut-sebut sebagai tim yang bakal diperkuat pemilik 32 caps bareng tim nasional Indonesia tersebut.
Namun kemarin (20/1), kepastian tentang klub baru Hamka akhirnya terjawab sudah. Pesepak bola berusia 33 tahun tersebut memilih tim asal Palembang, Sriwijaya FC, sebagai tempatnya beraksi di Piala Presiden maupun Liga 1 2018.
Sejatinya, relasi Hamka dan Sriwijaya FC terlihat sangat intens dalam kurun satu bulan terakhir. Akan tetapi, pengumuman bergabungnya Hamka secara resmi ke Sriwijaya FC ditunda karena sang pemain menghormati kontraknya dengan PSM yang baru akan berakhir 25 Januari 2018.
Menariknya, perekrutan Hamka sendiri disinyalir sebagai pergerakan terakhir Laskar Wong Kito jelang bergulirnya musim kompetisi baru. Pasalnya, beberapa waktu lalu Sriwijaya FC telah menggamit sejumlah penggawa anyar yang cukup kondang di telinga penikmat sepak bola Indonesia sebagai upaya memperkuat tim.
Usai terseok-seok di musim kompetisi kemarin, manajemen Sriwijaya FC memang sangat serius dalam membenahi timnya guna menyongsong musim baru.
Kursi pelatih menjadi titik awal perbaikan setelah Laskar Wong Kito merekrut pelatih yang dahulu pernah menangani mereka serta beroleh sejumlah prestasi, Rahmad Darmawan.
Setelah itu, giliran sektor pemain yang digarap habis-habisan. Nama Adam Alis, Esteban Vizcarra, Irsyad Maulana, Mahamadou Ndiaye, Makan Konate, Manuchekhr Dzhalilov, dan Yogi Rahadian resmi merapat ke Palembang.
Berbekal nama-nama di atas plus sejumlah penggawa lama semisal Teja Paku Alam dan Yu Kyun-hoo, ekspektasi terhadap Sriwijaya FC pun melonjak drastis. Mereka diharamkan untuk tertatih-tatih seperti musim kemarin dan wajib bersaing di jalur juara.
Tak heran bila label Los Galacticos versi Indonesia di musim 2018 sangat pantas untuk disematkan kepada Laskar Wong Kito. Dengan materi pemain yang sangat luar biasa, kerja Rahmad di bangku pelatih tentu bisa berjalan lebih mudah.
Akan tetapi, situasi macam itu juga bisa menjadi bumerang jika ia gagal memaksimalkan kemampuan serta memadukan ego para bintang tersebut dengan cara yang paripurna.
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional