Undian terkait penyisihan grup Piala Dunia 2018 sudah diumumkan, pertanda bahwa turnamen olahraga terpopuler di planet bumi tersebut sudah tinggal menghitung hari. Meskipun demikian, tampaknya label pelatih paling eksentrik sudah pasti jatuh kepada pelatih timnas Senegal, Aliou Cisse.
Eksentrik di sini dalam konteks penampilan yang terlihat oleh mata, bukan soal kepribadian atau betapa ‘ajaib’-nya taktik yang dipakai oleh pelatih tersebut, karena apabila aspek tersebut yang diperhatikan, maka pelatih-pelatih yang memiliki kepribadian meledak-ledak seperti Juan Antonio Pizzi (Arab Saudi) atau Hector Cuper (Mesir) sudah pasti masuk hitungan. Tetapi Cisse, bahkan dari tampilan luar saja sudah tidak biasa.
Berbeda dengan pelatih kebanyakan yang memiliki kesan necis dan rapi, Aliou Cisse justru tampil dengan gaya rambut dreadlock. Ditambah dengan kacamata yang selalu ia kenakan, Cisse lebih mirip seorang musisi reggae ketimbang seorang pelatih sepak bola. Menjadi unik karena Cisse menjadi satu dari sedikit pelatih lokal yang menangani timnas negaranya sendiri. Karena sama seperti yang terjadi di Asia, kebanyakan negara Afrika lebih memercayai pelatih asing untuk menangani timnas negara mereka.
Ditunjuk sejak tahun 2015 lalu, Cisse yang merupakan kapten tim ketika Senegal tampil luar biasa di Piala Dunia 2002, dibebankan misi untuk meloloskan negara tersebut ke Piala Dunia 2018 setelah absen di tiga edisi sebelumnya. Setelah berhasil membawa Senegal ke perempat-final Piala Afrika 2017, Cisse juga sukses membawa tim berjuluk Singa dari Teranga ini lolos ke Piala Dunia setelah absen selama 12 tahun.
Dikenal bengal sejak masih bermain
Penampilan eksentrik Cisse saat ini sudah bisa terlihat bagaimana ketika ia masih aktif bermain. Bahkan bisa dilihat bagaimana dulu Cisse masuk dalam kategori pemain bengal. Kariernya di Liga Primer Inggris yang hanya bertahan selama empat tahun menjadi gambaran besar. Cisse sempat bermain di dua klub asal Inggris, Birmingham City dan Portsmouth.
Penampilan impresif di Piala Dunia 2002, serta andal bermain lebih dari satu posisi, kemudian membuat Birmingham City yang kala itu masih berlaga di Liga Primer Inggris, tertarik memboyong Cisse. Tetapi di sana, seorang Aliou Cisse lebih terkenal karena tindakan indisipliner serta friksi antara dirinya dengan manajer klub saat itu, Steve Bruce.
Cisse memulai debutnya di hari pertama Liga Primer Inggris musim 2002/2003 dalam partai melawan Arsenal. Dalam partai tersebut, Cisse langsung menerima kartu merah, meskipun akhirnya keputusan tersebut dibatalkan. Catatan disiplin Cisse tidak terlalu baik, sebab ia menerima lima kartu kuning dalam enam pertandingan. Dan ia mengoleksi banyak kartu kuning lain sebelum tahun berganti.
Meskipun demikian, Cisse selalu tampil maksimal. Hingga akhirnya, insiden keterlambatan dirinya ke latihan pra-musim setahun kemudian membuat hubungan antara Cisse dan Steve Bruce memburuk. Kemudian, ia dilego ke Portsmouth pada musim kompetisi selanjutnya.
Aliou Cisse bersama generasi Senegal yang berisikan Salif Diao, El-Hadji Diouf, dan Papa Bouba Diop, sukses menggemparkan dunia pada tahun 2002 lalu. Kini ia memimpin tim Senegal generasi baru yang diisi oleh Sadio Mane, Cheikh Kouyate, dan M’Baye Niang. Akankah Cisse mampu melakukan keajaiban yang serupa di Rusia seperti yang ia lakukan di Korea dan Jepang?
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia