Eropa Italia

Pendekatan Sederhana Gennaro Gattuso untuk AC Milan

Penunjukkan Gennaro Gattuso membawa gairah baru. Selepas masa-masa yang lesu bersama Vincenzo Montella, Gattuso diharapkan mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Melawan Benevento, perubahan ditunjukkan mantan gelandang bertahan penuh dedikasi tersebut. Sederhana saja, namun ide yang dibawa begitu jelas.

Ketika berbicara dengan para jurnalis untuk kali pertama setelah ditunjuk sebagai pelatih Milan, Gattuso mengungkapkan beberapa idenya. Salah satu yang ia tegaskan adalah memperbaiki mental pemain yang “loyo” ketika ditangangi Montella. Maklum, semasa masih aktif bermain, Gattuso dikenal sebagai salah satu pemain dengan dedikasi dan corak kerja keras di lapangan.

Bagaimana dengan cara bermain? Gattuso mengungkapkan bahwa ia tidak akan banyak mengubah cara bermain Milan. Setan Merah dari Italia ini masih akan bermain menggunakan skema tiga bek. Alasannya, para pemain sudah terbiasa dengan cara bermain tersebut dan waktu persiapan sebelum laga yang terbilang pendek. Oleh sebab itu, tak banyak perubahan yang bisa Gattuso kerjakan saat ini.

Namun, Gattuso tetap menegaskan bahwa ia akan menerapakan idenya sendiri ke dalam tim Milan. Gattuso mengungkapkan bahwa Montella lebih suka apabila Milan selama mungkin menguasai bola. Kebiasaan ini akan sedikit diubah, disesuaikan oleh ide Gattuso sendiri. Melawan Benevento, meski masih samar, perubahan tersebut sudah terlihat.

Gattuso, selain itu mengungkapkan bahwa dirinya ingin melihat Suso menawarkan kontribusi lebih banyak. Selama ini, Suso adalah salah satu pemain andalan Montella. Ia bermain sebagai inverted winger (sayap dengan kaki dominan kiri, bermain di sisi berlawanan) sisi kanan. Gattuso ingin Suso terlibat lebih aktif ke dalam “permainan”. Mungkin, yang dimaksud Gattuso adalah Suso terlibat lebih aktif dalam proses membangun serangan?

Lantas, seperti apa wujud ide-ide sederhana di atas?

Soal mental yang lebih baik memang sangat sulit untuk diukur. Kita hanya bisa melihatnya lewat pandangan mata secara langsung, bukan lewat cuplikan pertandingan. Namun paling tidak, selama babak pertama di kandang Benevento, lini pertama dan kedua Milan sangat rajin untuk menekan pemain lawan yang menguasai bola. Pressing intensitas menengah terlihat dengan baik, dengan lini depan Milan cukup waspada dengan cara Benevento memanfaatkan ruang ketika membangun serangan.

Pressing awal Milan, setidaknya menunjukkan dua bentuk. Pertama, ketika penjaga gawang Benevento menguasai bola, Nikola Kalinic tidak akan langsung menekan, sementara Jack Bonaventura di kiri dan Suso di kanan akan berdiri di antara bek tengah dan bek sayap lawan.

Di tengah, baik Riccardo Montolivo dan Frank Kessie berdiri di ruang yang ideal untuk mencegah penjaga gawang Benevento melepas umpan vertikal. Kalinic yang menjaga jarak membuat penjaga gawang mau tak mau harus melepas bola jauh ke sisi lapangan (ke sayap atau gelandang yang melebar). Bola jauh akan mudah diantisipasi baik Ricardo Rodriguez di kiri atau Fabio Borini di kanan.

Bentuk kedua pressing Milan adalah ketika salah satu bek tengah Benevento menguasai bola. Ketika terjadi situasi ini, salah satu pemain terdekat Milan dengan bek yang menguasai bola, akan langsung menekan. Beberapa kali, Kalinic yang melakukan pressing awal ini.

Ketika Kalinic menekan bek tengah lawan yang menguasai bola, Rodriguez dan Borini akan naik sedikit lebih tinggi, berdekatan dengan bek sayap Benevento. Tujuan pressing ini adalah memaksa bek tengah Benevento untuk berprogres dari tengah, di mana sudah dipadati pemain Milan. Lini tengah di sekitar lingkaran tengah akan diisi Bonaventura dan Suso yang bermain merapat dan Montolivo dan Kessie yang berdiri di belakang keduanya.

Dua bentuk pressing ini tentunya belum cukup efektif, meski di atas kertas cocok untuk meredam cara progresi lawan. Salah satu syarat melakukan pressing adalah memastikan ketersediaan cover shadow di belakang pemain yang menekan, sehingga bola yang lewat bisa diantisipasi oleh garis pertahanan kedua. Milan masih belum jeli ketika menyiapkan cover, sehingga Benevento bisa lepas dari pressing di lapangan tengah dan mengakses kedua sayap.

Menjadi bahaya ketika salah satu dari Montolivo dan Kessie berhasil dilewati menggunakan giringan bola. Lawan akan mendapatkan ruang yang terbuka setelah melewati dua gelandang tengah tersebut. Artinya, jarak antar-lini masih belum terjaga secara ideal.

 

Gattuso bukanlah pangeran penyelamat

Bagaimana dengan cara menyerang?

Ide Gattuso ketika menyerang lebih sederhana ketimbang ketika bertahan. Ketika berhasil mencapai depan kotak penalti, yang dilakukan adalah menggunakan Kalinic sebagai tembok untuk masuk ke kotak penalti. Atau, Kalinic sendiri menggunakan pemain di belakangnya untuk melakukan umpan satu-dua sederhana.

Cara kedua adalah dengan memanfaatkan pemosisian diri Bonaventura di halfspace kiri dan Suso di halfspace kanan sebagai jalan masuk. Kita ambil contoh progresi lewat sisi kanan, di mana diisi Kessie, Suso, Borini (yang digantikan Ignazio Abate), dan Kalinic.

Ketika Kessie menguasai bola, Suso akan bergerak dari sisi luar ke sisi dalam menempati halfspace kanan. Pergerakan ke dalam dari Suso akan diikuti naiknya Borini setinggi mungkin. Ketika mendapatkan ruang, Suso bisa memilih, antara memberikan bola kepada Borini di sisi luar atau kepada Kalinic yang berlari masuk kotak penalti.

Ketika bisa melepaskan umpan silang, bola diarahkan ke tiang jauh, di mana Bonaventura akan masuk dari lini kedua sementara Montolivo mengawasi ruang di depan kotak penalti. Situasi yang sama berlaku untuk sisi sebaliknya. Penempatan posisi pemain di tiang jauh selalu diincar ketika mendapatkan kesempatan untuk umpan silang.

Pendekatan Milan sedikit berubah ketika Alessio Romagnoli mendapatkan kartu merah. Milan menunjukkan skema 4-4-1 dengan Suso dan Bonaventura lebih banyak menempati sisi sayap dan turun lebih ke bawah.

Baik ketika masih bermain dengan 11 pemain maupun ketika sudah menjadi 10 pemain, masalah Milan tetap sama, yaitu masalah kerapatan antar-pemain yang masih belum ideal. Setidaknya, karena melawan Benevento, terutama di babak pertama, ide Gattuso sudah terlihat dan berjalan dengan cukup baik.

Idenya sangat sederhana dan bisa diterapkan oleh pemain dengan seketika. Tempo yang terjaga bahkan ketika bermain dengan 10 pemain perlu mendapatkan apresiasi, di mana ketika masih dilatih Montella, Milan cukup sering melepaskan tempo demi menguasai bola sebanyak mungkin.

Masih banyak catatan, tentu saja. Dan sayang sekali Gattuso belum bisa membungkus kemenangan setelah secara ajaib, kiper Benevento, Alberto Brignoli mencetak gol indah di menit 95! Perbaikan akan berjalan berat dan panjang.

Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen