Akhir pekan ini, penggemar Liga Italia Serie A bakal disuguhi satu laga grande partita yang terlalu menarik untuk dilewatkan begitu saja. Pertandingan itu bertajuk Derby Della Capitale yang mempertemukan dua klub terbesar dari ibu kota Negeri Spaghetti, AS Roma dan Lazio.
Selayaknya partai-partai lain yang dibalut tajuk derbi, perjumpaan I Lupi dan Gli Aquilotti pasti akan berlangsung seru dan panas. Terlebih, di sepanjang sejarah Derby Della Capitale, intensitas permusuhan yang diperlihatkan kedua belah pihak sudah begitu kental. Tak perlu heran jika di laga ini akan banyak terdengar nyanyian rasis, flare yang menyala-nyala atau sampai bunyi petasan.
Meski ada banyak kebencian yang terpancar dari masing-masing kubu, ada sebuah kondisi yang cukup unik terjadi dalam relasi penuh tensi antara Roma dan Lazio. Hal tersebut berkaitan dengan beberapa orang pemain yang pernah menggunakan jersey kuning-merah khas Roma dan juga biru langit kepunyaan Lazio dalam karier sepak bolanya.
Siapa sajakah mereka? Berikut Football Tribe Indonesia merangkumnya untuk Anda:
Attilio Ferraris
Gelandang bertahan yang satu ini memulai kariernya bersama klub Fortitudo Roma di tahun 1922. Namun lima tahun kemudian, dirinya hijrah ke AS Roma dan langsung menjabat sebagai kapten. Bersama I Lupi, kemampuan dari gelandang bertahan tangguh yang satu ini makin meroket. Dirinya pun menjadi simbol awal dari Campo Testaccio di tubuh Roma.
Namun sebuah hal mengejutkan terjdi di tahun 1934 usai memenangi Piala Dunia bersama tim nasional Italia. Konflik yang timbul di antara Ferraris dan presiden Roma saat itu, Renato Sacerdoti, membuat sang pemain pindah ke sisi biru langit di ibu kota. Ferraris membela panji Lazio selama dua musim (1934/1935-1935/1936) sebelum kemudian hijrah ke Bari dan kembali lagi ke Roma sampai akhirnya mengakhiri karier bareng Elettronica Roma pada tahun 1944.
Franco Cordova
Sosok kelahiran 21 Juni 1944 ini lahir di Forli serta memulai karier profesionalnya bersama Salernitana. Usai berpetualang di sana, Cordova melanjutkan kisahnya di dunia sepak bola dengan bermain untuk Catania, Internazionale Milano dan Brescia sebelum akhirnya nyaman jadi andalan AS Roma. Bersama I Lupi, Cordova sukses mencaplok titel Piala Italia musim 1968/1969 dan menjadi kapten tim per musim 1972/1973.
Namun keputusan presiden Roma, Gaetano Anzalone, jelang bergulirnya musim 1976/1977 untuk melego Cordova ke Hellas Verona mendapat resistensi dari sang pemain. Sebagai tindakan ‘balas dendam’, Cordova pun bergabung dengan Lazio. Di sana, Cordova bermain selama tiga musim tapi nirprestasi sebelum akhirnya hijrah ke Avellino. Karier sepak bola Cordova berakhir cepat lantaran terlibat kasus Totonero yang menyeruak di Liga Italia tahun 1980-an silam.
Angelo Peruzzi
Siapa yang tak kenal dengan figur penjaga gawang yang satu ini? Namanya meroket sebagai salah satu andalan Juventus di era 1990-an silam di bawah asuhan Marcello Lippi. Namun sebelum bergabung dengan I Bianconeri, Peruzzi adalah pemain milik AS Roma. Di sana, ia bermain selama lima musim 1986-1991 (dengan satu musimnya di antaranya dipinjamkan secara penuh ke Hellas Verona).
Selain Roma dan Juventus, Internazionale Milano juga pernah menjadi pelabuhan Peruzzi. Namun performa yang kurang apik bersama I Nerazzurri, membuat klub menjualnya ke Lazio di musim 2000/2001 dengan biaya transfer 40 juta lira (mata uang Italia sebelum euro). Kiper yang dianggap punya bangun tubuh mirip Mike Tyson ini lantas menghabiskan kariernya selama tujuh musim di Stadion Olimpico sampai akhirnya pensiun medio 2007 silam.
Roberto Muzzi
Pria asli Roma ini mengejar mimpinya sebagai pesepak bola bersama akademi AS Roma di pengujung tahun 1980-an. Kesempatannya mencicipi debut profesional akhirnya muncul di tahun 1990 bersama klub yang sama. Selama tiga musim bermain di Stadion Olimpico, penampilan Muzzi sejatinya cukup prima namun pihak klub lebih memilih untuk melepasnya di pertengahan 1990-an ke Cagliari.
Bareng klub asal Pulau Sardinia tersebut, aksi-aksi Muzzi memang semakin tokcer. Ada cukup banyak gol yang disumbangkannya sebelum kemudian hengkang ke Udinese pada musim 1999/2000. Empat musim bermain untuk I Friuliani, Muzzi kemudian balik ke kota Roma, tapi untuk memperkuat Lazio. Di sana, ia bertahan selama dua musim hingga akhirnya merapat ke Torino dan mengakhiri karier dengan Padova.
Sinisa Mihajlović
Lelaki asal Serbia ini memulai kariernya di Italia bersama AS Roma pada tahun 1992. Kala itu, manajemen I Lupi memboyongnya dari Red Star Belgrade dengan nominal 5 juta lira. Selama dua musim berseragam Roma, Mihajlović bermain sebanyak 54 kali dan menyumbangkan sebiji gol. Pada musim panas 1994, pemilik tendangan bebas kaki kiri nan maut ini bergabung dengan Sampdoria yang saat itu diasuh Sven-Goran Eriksson.
Bersama I Blucerchiati, performa Mihajlović sebagai pesepak bola justru semakin melambung. Selama empat musim bertempur di Stadion Luigi Ferraris, Mihajlović turun di lebih dari 100 pertandingan. Berkat Eriksson pula, Mihajlović memilih pindah Lazio di musim kompetisi 1998/1999 dan bertahan di sana sampai musim 2003/2004. Perjalanan karier Mihajlović lantas diakhirinya bareng Internazionale Milano (2004-2006).
Diego Fuser
Jebolan akademi Torino ini tercatat pernah membela sejumlah klub papan atas Italia dalam di sepanjang kariernya. Antara lain membela AC Milan, Fiorentina, Lazio dan juga AS Roma. Kesempatan bermain di ibu kota dilalui Fuser pertama kali bareng Lazio pada musim panas 1992. Momen membela Gli Aquilotti ini pula yang disebut-sebut banyak pihak sebagai periode terbaik Fuser sebagai pesepak bola meski prestasi yang diraih tak begitu mengilap.
Di bursa transfer musim 1998, Fuser minggat ke Parma dan membela I Gialloblu selama tiga musim dan meraup sejumlah gelar. Menariknya, di awal musim 2001/2002, Fuser kembali lagi ke ibukota namun untuk buat membela Roma. Sayang, karier Fuser bareng I Lupi berjalan buruk karena jarang diturunkan. Begitu kontraknya usai di musim 2002/2003, Fuser pulang ke Torino sampai akhirnya membela klub-klub di kasta bawah dan pensiun bareng tim amatir, Colline Alfieri Don Bosco.
Aleksandr Kolarov
Sosok yang tercatat sebagai penggawa tim nasional Serbia ini memulai petualangannya di luar negeri bareng Lazio pada musim panas 2007 silam. Bareng Gli Aquilotti, Kolarov menetap di Stadion Olimpico selama tiga musim dan bermain sebanyak 104 kali dan menceploskan 11 gol di seluruh kompetisi yang diikuti Lazio.
Pada musim panas 2010, klub kaya baru asal Inggris, Manchester City, menebus harga jualnya dari Gli Aquilotti. Sejumlah kesuksesan pun diukir Kolarov saat merumput di tanah Britania selama tujuh musim, antara lain mendapat masing-masing dua titel Liga Primer Inggris dan Piala Liga serta sebiji Piala FA dan Community Shield. Namun per musim panas 2017 ini, Kolarov mudik ke Italia dan membela AS Roma.
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional