Berbeda dengan kebanyakan orang Jerman yang lebih kaku, warga Bavaria dikenal terbuka, tegas, dan tidak terlalu senang dengan basa-basi. Terkadang sikap orang-orang Bavaria disalahartikan sebagai arogansi. Padahal, orang-orang Bavaria hanya ingin menyampaikan maksud mereka dan berharap konteks pembicaraan bisa diterima dengan baik.
Dalam beberapa kondisi lain, orang-orang yang berasal dari Bavaria juga terkenal karena sikap judgemental mereka. Sikap to the point atau blak-blakan ini juga kemudian diinterpretasikan dengan baik oleh klub sepak bola kebanggaan Bavaria, Bayern München.
Baru-baru ini, Anda tentu mendengar bahwa penyerang Robert Lewandowski dengan gamblang mengaku bahwa FC Bayern Munchen tidak memiliki pelapis yang sepadan, sehingga tenaganya terus dipakai dan menyebabkan kelelahan. Sebuah pendapat yang tidak biasa diungkapkan oleh seorang pemain di kesebelasan manapun di Eropa, bahkan dunia.
Baca juga: Deretan Pemain Incaran Bayern München sebagai Pelapis Robert Lewandowski
Ungkapan dari Lewandowski ini memang terkesan sangat jujur. Tetapi di belahan bumi bagian lain, apa yang diucapkan oleh Robert Lewandowski rasanya bukan sesuatu yang bisa keluar dari mulut begitu saja. Karena bisa jadi, apabila seorang penyerang mengeluarkan kata-kata seperti yang diucapkan oleh Lewandowski, ia akan dianggap tidak berkeinginan kuat dan tidak bersemangat bermain.
Tetapi penanganan atau reaksi yang ditunjukan oleh Bayern selanjutnya benar-benar bagus. Mereka menyadari bahwa penyerang tengah andalan mereka kelelahan dan membutuhkan pelapis. Daftar segera dibuat dan perburuan segera dilakukan.
Pada kesempatan lain, asisten pelatih di masa-masa akhir Carlo Ancelotti di Allianz Arena, Willy Sagnol, secara terbuka menyebut bahwa skuat asuhannya sudah bukan lagi tim terkuat di Jerman. Hal ini menyusul hasil buruk yang secara beruntun diterima oleh Jerome Boateng dan kawan-kawan. Ucapan Sagnol yang juga sempat berseragam tim berjuluk Die Roten tersebut terdengan sangat aneh. Karena biasanya, yang diucapkan para pelatih ketika timnya mengalami kondisi buruk adalah jawaban retoris seperti “kami sudah berusaha”.
Arjen Robben juga memberikan contoh lain. Robben sempat kedapatan memberikan kritikan langsung terhadap sesi latihan yang diberikan ketika Ancelotti masih menjabat. Dalam kesempatan lain, Robben pernah berujar bahwa kepindahan ke Cina hanya membuktikan bahwa kualitas seorang pemain benar-benar habis. Benar-benar blak-blakan.
Contoh-contoh di atas bahkan lebih banyak mencakup para pemain asing yang bukan memang asli Bavaria. Ini menandakan bahwa kultur terbuka Bavaria sudah hinggap dan berasimilasi kepada para pemain yang tinggal di sana. Apabila Anda membutuhkan bukti bagaimana terbukanya orang Bavaria, Anda bisa melihat cuitan dari Thomas Muller ini.
Oh no! I suffered a harmstring injury in the match against Hamburg and will miss the next matches. 😫 #esmuellert #fcbayern #injury #HSVFCB
— Thomas Müller (@esmuellert_) October 23, 2017
Dalam cuitan per tanggal 23 Oktober 2017 tersebut, wakil kapten Bayern München tersebut secara terbuka menyebutkan bahwa dirinya kecewa tidak bisa bermain. Suatu sikap yang jarang sekali muncul dari seorang pemain yang mengalami cedera, yang lagi-lagi lebih sering mengungkapkan kata-kata retoris seperti “Thanks for all your support, I will be back stronger”.
Di tengah era dunia modern yang penuh kepalsuan ini, sikap terbuka dan apa adanya yang ditunjukan oleh FC Bayern dan para pemainnya tentu merupakan sesuatu yang sangat bagus. Humanity restored!
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia