Tekel ceroboh David Luiz terhadap Sead Kolasinac kala Chelsea menghadapi Arsenal di Stamford Bridge hari Minggu lalu berhadiah kartu merah bagi bek asal Brasil tersebut. Akibatnya, Luiz terpaksa absen selama tiga laga Liga Primer Inggris, karena ia mendapatkan kartu merah langsung dari Michael Oliver, wasit yang menjabat di pertandingan tersebut.
Meskipun tidak terkena kartu merah sekalipun, bek berambut keriting ini juga dikabarkan tengah menderita cedera pada pergelangan tangannya, sehingga terancam absen kala Chelsea berhadapan dengan Atletico Madrid di Liga Champions minggu depan. Walaupun begitu, Antonio Conte tak perlu khawatir meskipun ia kehilangan Luiz untuk beberapa laga krusial, karena ia memiliki seorang pemain muda yang bernama Andreas Christensen.
Christensen adalah bek muda milik Chelsea yang baru saja kembali dari masa peminjaman bersama Borussia Mönchengladbach. Kala mengenakan seragam Gladbach musim lalu, Christensen mampu tampil dengan apik, sehingga Conte memutuskan bahwa ia layak untuk berada di tim utama Chelsea. Keputusan Conte untuk mempertahankan Christensen alih-alih Kurt Zouma, yang dipinjamkan ke Stoke City, menjadi bukti bahwa pemain asal Denmark ini bukan sekadar pemain biasa.
Bek berusia 21 tahun ini memiliki profil yang cukup mirip dengan Luiz. Ia adalah bek yang mahir mengendalikan dan mengoper bola, atau istilah lebih populernya adalah ball-playing defender. Christensen digadang-gadang sebagai salah satu ball-playing defender muda terbaik di dunia. Bersama Gladbach musim lalu, catatan operannya sangat luar biasa.
Melakoni 31 pertandingan di Bundesliga, Christensen berhasil mencatatkan persentase operan sukses sebesar 91,5 persen dengan rerata operan per laga sebanyak 62,8 operan! Sebuah angka yang sangat luar biasa bagi seorang pemain bertahan.
Bukan berarti operan yang dilakukan Christensen hanya operan-operan pendek sederhana belaka. Ia juga memiliki visi yang cukup baik bagi ukuran pemain bertahan. Operannya mampu membelah jantung pertahanan lawan dengan presisi yang baik. Yang membuatnya tambah mirip dengan seniornya yang terkena suspensi itu, ia juga mahir melakukan dribel-dribel dari lini belakang ke lini tengah untuk memulai serangan.
Luiz terkenal sebagai pemain bertahan yang suka mengambil risiko dengan melakukan tusukan ke lini tengah, lalu melakukan umpan terobosan langsung ke penyerang atau menyisir ke sayap. Christensen juga mahir melakukan hal seperti itu, dan oleh karena itu, Conte tak perlu pusing atas absennya Luiz.
Walaupun begitu, tentu kita tidak dapat melupakan bahwa tugas utama seorang bek adalah bertahan, mempertahankan gawangnya agar tetap steril dari gol. Jika kontribusi ofensif Christensen sudah begitu bagus, apakah ia juga mampu melakukan tugas bertahannya dengan sama bagusnya? Jawabannya adalah ya.
Christensen adalah tipikal pemain bertahan yang lebih mengandalkan inteligensia ketimbang kemampuan fisik, walaupun kemampuan fisiknya juga tidak buruk-buruk amat. Christensen hebat dalam mengukur kecepatan dan operan lawannya, sehingga jumlah intersepnya cukup besar. Musim lalu, Christensen mencatat rerata intersep sebanyak 2,3 per laga di Bundesliga, lebih banyak ketimbang jumlah tekelnya yang sebanyak 1,5 tekel per laga.
Satu yang menarik adalah, total intersep yang Christensen lakukan bagi Gladbach musim lalu lebih banyak daripada yang Luiz lakukan musim lalu bersama Chelsea, walaupun Luiz bermain lebih banyak ketimbang Christensen. Christensen juga diberkahi dengan tinggi badan yang menjulang, mencapai 188 sentimeter.
Oleh karena itu, ia juga mumpuni dalam melakukan duel-duel udara, walaupun Chelsea memiliki jagoan duel udara dalam diri Gary Cahill. Singkatnya, kemampuan bertahan Christensen juga tidak kalah dengan kontribusi penyerangannya.
Momentum absennya Luiz harus Christensen manfaatkan dengan baik. Memang, usianya masih sangat muda, namun bukan berarti ia tidak mampu bersaing dengan senior-seniornya yang lain. Bagi Conte, yang sempat menginginkan salah satu ball-playing defender terbaik dunia, Leonardo Bonucci, kehadiran Christensen adalah sebuah berkah tersendiri, karena ia sudah mendapatkan bakat muda yang berpotensi untuk menjadi lebih baik daripada kapten baru AC Milan tersebut.
Memanfaatkan dan memercayai Christensen untuk menjadi starting di laga-laga yang akan Chelsea jalani tanpa kehadiran Luiz adalah sebuah keharusan. Tidak mudah memang, karena Chelsea akan menghadapi kandidat juara, Manchester City, di minggu depannya.
Namun, di situlah kesempatan Christensen untuk membuktikan kemampuannya, dengan menghadapi penyerang sekelas Sergio Aguero dan Gabriel Jesus. Apabila Christensen mampu tampil gemilang kala Luiz absen, bukan tidak mungkin ia akan menjadi penghuni utama starting XI Chelsea.
Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket