Bursa transfer musim panas baru saja berakhir minggu lalu. Kompetisi Serie A Italia turut meramaikan dengan pergerakan klub-klub besar mereka, terutama Milan yang menghabiskan dana nyaris 200 juta euro untuk mendatangkan 11 pemain.
Namun, tidak banyak yang menyoroti kiprah Torino yang sebetulnya cukup impresif di bawah komando direktur olahraga mereka, Gianluca Petrachi. Pada hari terakhir bursa transfer, Torino resmi mendatangkan M’Baye Niang dari Milan dengan skema pinjaman plus obligasi pembelian.
Baca juga: Reuni M’Baye Niang dan Sinisa Mihajlovic di Torino
Torino merupakan satu di antara kesebelasan sukses di Italia dengan koleksi tujuh gelar juara liga dan lima Coppa Italia. Mereka juga pernah memiliki salah satu generasi tim terbaik di Italia sepanjang masa yang terkenal dengan nama Il Grande Torino pada tahun 1940-an.
Kehebatan mereka pun berakhir oleh tragedi yang dikenal dengan Tragedi Superga pada tanggal 4 Mei 1949, yakni sebuah kecelakaan pesawat yang menewaskan sebagian besar penggawa skuat, termasuk sang bintang utama, Valentino Mazzola. Sedihnya, kehebatan Il Toro belum lagi kembali pada level tersebut sejak tragedi itu. Mereka menjadi klub semenjana yang wara-wiri dari Serie A ke Serie B, hingga tahun 2012 lalu berhasil promosi ke Serie A dan kini mulai menunjukkan diri sebagai klub mapan.
Oleh presiden Urbano Cairo, Petrachi ditunjuk sebagai direktur olahraga saat klub ini bermain di Serie B pada tahun 2010. Sebagai orang yang bertanggung jawab mengurusi persoalan teknis klub, salah satu tugasnya adalah mencarikan pemain-pemain yang cocok dengan karakter dan anggaran terbatas Torino.
Namun, ia mampu mencarikan pemain-pemain yang cocok hingga kemudian berhasil promosi ke Serie A dua musim kemudian. Kamil Glik salah satunya. Bek berkebangsaan Polandia ini didatangkan dari Palermo pada tahun 2011, dan ia berperan besar dalam perjalanan Torino meraih tiket promosi sebagai tim dengan pertahanan terkuat. Glik dan kolega hanya kebobolan 28 kali dari 42 pertandingan.
Namun, Petrachi juga mendapati persoalan yang kurang lebih sama setiap musimnya, yaitu hengkangnya pemain-pemain kunci karena pinangan klub-klub besar. Musim ini, Torino ditinggal sosok gelandang tengah Marco Benassi yang dibeli Fiorentina sebesar 12 juta euro dan bek kanan agresif Davide Zappacosta yang dibeli Chelsea dengan harga 25 juta paun atau setara 28-30 juta euro, sebuah rekor tertinggi penjualan pemain bagi Torino.
Cerita ini seperti sudah biasa saja bagi Torino dan Petrachi. Angelo Ogbonna dan Danilo D’Ambrosio hijrah ke Juventus dan Internazionale Milano pada musim 2013/2014, lalu berlanjut dengan hengkangnya duet penyerang subur Alessio Cerci-Ciro Immobile ke Atletico Madrid dan Borussia Dortmund semusim setelahnya.
Musim 2015/2016 ditandai penjualan Matteo Darmian ke Manchester United dengan harga 19 juta euro, lalu kemudian musim 2016/2017, lini belakang Torino kehilangan duet bek tengah Glik-Nikola Maksimovic yang masing-masing pindah ke AS Monaco dan Napoli, plus bek sayap kanan Bruno Peres yang diangkut AS Roma.
Namun hebatnya bagi Torino, penjualan para penggawa tim itu tidaklah berdampak buruk pada prestasi tim. Il Granata tetap stabil di papan tengah Seri A. Petrachi pun terus memperlihatkan kehebatannya dalam menggantikan para pemain yang pergi tersebut dengan nama-nama baru yang tidak kalah hebat kualitasnya.
Pemain-pemain yang datang melalui persetujuan Petrachi terbukti terus mempertahankan level permainan Torino. Baik Cerci-Immobile, Darmian hingga Glik-Maksimovic-Peres semula bukanlah nama-nama terkenal ketika pertama kali datang ke Torino, namun mereka menjadi pemain yang berbeda setelah matang di klub ini.
Imbas secara finansial pun amat terasa karena harga mereka naik berkali-kali lipat ketika dijual. Menilai dari stabilnya prestasi klub dan peningkatan performa finansial klub, Petrachi jelas sosok yang amat kompeten dalam pekerjaannya.
Musim lalu memang tahun yang cukup berat bagi kesebelasan yang pernah diperkuat Gianluigi Lentini ini. Selain kehilangan trio Glik-Maksimovic-Peres yang menjadi kunci lini pertahanan, Torino juga ditinggalkan sosok pelatih Gian Piero Ventura yang sebelumnya cukup stabil membawa mereka bersaing di papan tengah. Namun kini situasi mulai perlahan dibenahi Petrachi bersama pelatih Sinisa Mihajlovic yang menggantikan Ventura mulai musim 2016/2017.
Ketika banyak pihak lebih menyoroti kegiatan transfer Milan, Inter atau Juventus, kiprah Torino pun luput dari perhatian. Padahal, mereka berhasil mendatangkan pemain-pemain berkualitas seperti Niang, Salvatore Sirigu, Cristian Ansaldi, Nicolas N’Koulou, Nicolas Burdisso, Tomas Rincon, dan Umar Sadiq. Bagi yang mengikuti kompetisi Serie A, nama-nama ini tidaklah asing.
Petrachi pun tidak berhenti mendatangkan pemain-pemain potensial ke tubuh skuat Merah Marun. Musim ini, hasil pengamatan Petrachi berbentuk Lyanco Vojnovic (20 tahun dari Sao Paulo) dan Alex Berenguer (22 tahun dari Osasuna). Keduanya didatangkan dengan biaya tidak lebih dari 11 juta euro saja.
Jika Mihajlovic berhasil mengorbitkan mereka bersama para pemain muda lain semisal Antonio Barreca atau Lucas Boye, Il Toro bukan hanya memiliki skuat menjanjikan, tetapi juga memiliki potensi laba finansial yang amat menggiurkan.
Jangan lupakan pula bahwa Torino berhasil mempertahankan bintang utama mereka, Andrea Belotti. Bertahannya penyerang berjuluk Il Gallo ini tidak lepas dari kerasnya pendirian mereka pada banderol 150 juta euro yang mereka sematkan pada pemain yang musim lalu mencetak 26 gol di kompetisi Serie A Italia ini.
Sebuah banderol yang fantastis mengingat dua musim lalu, Torino hanya mengeluarkan dana 7,5 juta euro untuk memboyong Belotti dari Palermo, lagi-lagi hasil kejelian Petrachi. Rasanya, tinggal raihan trofi saja yang akan menyempurnakan kariernya sebagai direktur olahraga papan atas Italia.
Author: Aditya Nugroho (@aditchenko)