Seolah tidak mau kembali kecolongan dengan kericuhan yang terjadi di pertandingan sebelumnya kontra Malaysia, panitia pertandingan nampak menurunkan jumlah pasukan pengamanan yang lebih banyak di pertandingan kedua. Dalam lanjutan kualifikasi Piala Dunia Qatar 2022 dan kualifikasi Piala Asia 2023 jumpa Thailand, pengamanan sekeliling stadion terlihat lebih ketat.
Seperti diketahui sebelumnya, di laga pertama terjadi kericuhan di dalam dan di luar stadion. Bahkan saat suporter tamu baru saja tiba di lokasi untuk mendukung tim nasionalnya, mereka sudah mendapat sambutan kurang menyenangkan. Teror verbal hingga lemparan telah dialami.
Di dalam stadion situasi tidak lebih baik. Bahkan pertandingan harus terhenti akibat ulah sebegian suporter yang membuat sedikit kerusuhan. Mereka menerobos pagar tribun dan menantang suporter Malaysia.
Meski pasukan yang diturunkan di pertandingan kedua jumlahnya jauh lebih besar, tidak ada suasana tegang seperti pertandingan sebelumnya. Mereka nampak hanya mengawasi dengan santai. Begitupun dengan suporter tamu yang kali ini jumlahnya sekitar 250 orang. Mereka dapat menikmati suasana sore sekitaran Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Sebelum masuk, suporter Negeri Gajah Putih diberi ruang di salah satu sudut stadion. Mereka dengan santainya berkumpul dan menyanyikan beberapa yel-yel dukungan. Di dalam stadion pun sama. Di tribun khusus mereka leluasa memberi semangat pada Chanathip Songkrasin dan kolega.
Sangat berbeda dengan suporter Malaysia yang mendapat pengawalan ketat, suporter Thailand tidak menerima perlakuan istimewa.
Tugas security officer
Penanganan pertandingan antara Indonesia vs Malaysia dengan Indonesia vs Thailand memang jelas berbeda. Indonesia dan Malaysia dengan segala bumbu bahkan telah panas sebelum waktu pertandingan tentu butuh mendapat penanganan, berbeda dibandingkan kala Indonesia menghadapi Thailand yang murni tentang sepak bola di atas lapangan.
Tapi bagaimanapun juga semua pertandigan harus berlangsung dengan aman. Menjadi tugas berat security officer untuk memastikan seluruh prosedur keselamatan dan keamanan berjalan baik di setiap pertandingan. Termasuk pertandingan dengan faktor risiko tinggi.
Beberapa waktu lalu di Jakarta, PSSI menggelar diskusi terbuka mengenai hal ini dengan mendatangkan Adi Nugroho, salah satu security officer dari PSSI dan satu pembicara undangan dari AFC, Sam Chmayse (Safety and Security AFC).
Menurut Sam Chmayse peran security officer sangatlah vital. Bahkan merupakan salah-satu persyaratan club licensing oleh AFC. Jadi setiap klub, terutama peserta club licensing AFC ini harus memiliki security officer.
“Mereka ini bertanggung jawab untuk bagaimana mengatur prosedur keselamatan dan keamanan penyelenggaraan pertandingan,” mengutip laman federasi.
Baca juga: Indonesia vs Malaysia, Hal yang Personal
Tugas security officer tidaklah sederhana. Banyak hal yang harus menjadi pertimbangan untuk mengambil tidakan di satu pertandingan. Latar belakang rivalitas, jumlah suporter yang hadir, bahkan situasi sosial politik harus menjadi perhatian. Untuk itu seorang security officer dipastikan tidak akan bisa bekerja seorang diri. Ia pasti berkaitan dengan banyak pihak.
“Kami di AFC menyadari bahwa risiko, dan situasi di setiap negara pasti berbeda-beda. Untuk itu seorang security officer itu tidak bisa bekerja sendiri. Dia harus bekerja sama dengan tim lain dalam sebuah kepanpelan lokal daerahnya. Misalnya korelasi di antara bagian dari security itu mulai dari tata parkir sampai pengamanan keadaan darurat, di dalam maupun di luar lapangan pertandingan.”
Menariknya, menurut Sam, mengedukasi suporter merupakan tugas lain seorang security officer. Merangkul, memberikan seminar-seminar, serta selalu melibatkan fans atau suporter dalam setiap acara sepak bola yang diselenggarakan oleh klub atau tim nasional adalah beberapa caranya.