Pertengahan 2013 lalu, Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) hadir sebagai stadion kebanggaan baru masyarakat Bandung. Berlokasi di Desa Rancanumpang, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung, Jawa Barat, stadion ini berdiri gagah di antara ruas Jalan Tol Purbalenyi dan Jalan Bypass Soekarno-Hatta, juga jalur kereta api serta Stasiun KA Cimekar tidak jauh darinya.
Dengan kapasitas 38.000 kursi, pembangunannya menghabiskan dana APBD Kota Bandung senilai Rp 545 miliar. Pada rencana awal di tahun 2008, disepakati proporsi anggaran 60 persen pemerintah provinsi dan 40 persen pemerintah Kota Bandung, tapi tanah serta gedung stadion akan jadi aset provinsi. Namun di tahun berikutnya kesepakatan tidak berlaku lagi dan pembangunan serta aset sepenuhnya menjadi milik pemerintah kota Bandung.
Sesuai rencana, Stadion Gelora Bandung Lautan Api akan digunakan sebagai kandang Maung Bandung menggantikan Stadion Siliwangi yang tidak lagi mampu menampung antusiasme suporter, sedangkan Stadion Si Jalak Harupat di Soreang, Kabupaten Bandung, dirasa terlalu jauh.
Baca juga: Aroma Nama Legenda Dunia di Diklat Persib
Setelah terus dipakai sejak tahun 2014, sayangnya tahun 2019 ini stadion tidak lagi dapat digunakan. Kondisi stadion dirasa tidak layak untuk menampung puluhan ribu orang yang datang. Amblasnya tanah menyebabkan keretakan di beberapa sisi stadion.
Permasalahan amblasnya tanah sebenarnya bukan kasus yang pertama kali muncul. Tahun 2016 lalu permasalahan serupa hadir dan membuat stadion harus ditutup sementara untuk menjalani renovasi.
Beberapa hari ke belakang tiba-tiba saja dunia maya diramaikan foto-foto yang memperlihatkan kondisi GBLA yang tidak lagi digunakan. Mulai dari lahan parkir yang terbengkalai, kursi-kursi stadion yang mengalami kerusakan, fasilitas pendukung yang mengenaskan, hingga retakan-retakan yang terdapat di banyak sisi.
Terlihat lahan parkir di sekitaran stadion kini ditumbuhi bahkan dipenuhi rumput liar. Fasilitas pendukung seperti toilet dan tempat ibadah nampak kotor bahkan mengalami kerusakan. Di dalam stadion beberapa kursi terlepas dari tempatnya, juga panel atap yang nampak berlubang. Untuk kebersihan, jelas sangat tidak terjaga.
Sangat disayangkan tentu saja, stadion yang semula menjadi kebanggaan masyarakat Bandung kini nampak memprihatinkan. Terlebih bila melihat ke belakang, stadion ini bisa dikatakan hadiah dari Dada Rosada, Ketua Umum Persib, yang juga pernah menjabat Walikota Bandung untuk Persib dan pendukungnya.
Seperti tercatat dalam buku Persib Juara halaman 172 karangan Endan Suhendra, di masa kampanye menuju kursi wali kota juga gubernur, Ketua Umum Persib periode 2003-2008 itu menjanjikan stadion bertaraf internasional kepada Viking dan Bobotoh Persib lainnya.
“Di masa kampanye Pilwalkot Bandung 2008 dan sosialisai Pilgub 2013, kepada Viking dan jutaan Bobotoh Persib lainnya, Ketua Umum Persib periode 2003-2008 ini menjanjikan pembangunan sebuah stadion bertaraf internasional yang akhirnya bisa direalisasikan di penghujung jabatannya pada tahun 2013.”
Janji tersebut dirasa menjadi faktor penting pendongkrak kemenangan mutlak Dada Rosada dengan raihan 60 persen suara yang mengantarnya menuju kekuasaan. Untuk itu janji segera dipenuhi, pembangunan stadion segera dikerjakan, hingga benar-benar menjadi nyata di pengujung masa jabatannya.
Sayangnya, beberapa saat setelahnya Dada Rosada ditetapkan sebagai tersangka terkait dugaan suap hakim Setyabudi Tedjocahyono. Komisi Pemberantasan Korupsi menyatakan Dada merupakan salah satu otak dari penyuapan terhadap hakim Setyabudi.
Baca juga: Transisi Buruk Persib, Virus yang Menular