Suara Pembaca

James Rodriguez, Memori 2014 yang (Hampir) Tak Berbekas

Piala Dunia 2014 di Brasil menyajikan banyak kenangan bagi penggemar sepak bola di seluruh dunia. Mulai dari insiden “gigitan” Luis Suarez ke pundak Giorgio Chiellini, hingga kekalahan memalukan tuan rumah Brasil yang harus menerima pil pahit saat dibantai oleh Jerman dengan skor 7-1 di depan rakyat mereka sendiri.

Namun, Piala Dunia 2014 rasanya tidak akan pernah dilupakan dan akan mendapat tempat khusus di hati pemuda asal Kolombia bernama James Rodriguez.

James David Rodriguez Rubio, pemain kelahiran Cucuta, 12 Juli 1991, ini mengawali karier di klub Kolombia, Envigado FC pada tahun 2006 saat usianya baru 14 tahun. Envigado FC bukanlah sebuah tim biasa saja, klub itu dibiayai kolektif oleh kartel Medellin yang pemegang saham terbesarnya saat itu adalah Gustavo Upegui, sosok yang dikenal sebagai bos kokain dan pemilik kelompok tukang pukul paling terkenal di Kolombia.

Bahkan, puluhan tahun sebelumnya, Envigado didanai oleh Pablo Escobar, seorang gembong narkoba dan pengedar narkoba kelas internasional asal Kolombia. Di musim 2007/2008 James mencatatkan 30 penampilan bersama Envigado dengan torehan 6 gol.

Baca juga: Rafael Marquez dan Kartel Narkoba dalam Daftar Hitam Amerika Serikat

Pada 2008, James memutuskan untuk pindah ke klub Argentina, CA Banfield. Di sana ia bermain dalam 50 pertandingan dan berhasil mencatatkan 10 gol serta 8 asis. Penampilan impresifnya menarik perhatian FC Porto untuk merekrutnya di musim panas 2010 dengan mahar 7,5 juta euro.

Tiga musim membela klub portugal tersebut, James mencatatkan 108 penampilan dengan catatan 32 gol dan 41 asis. Pada 25 Mei 2013, diumumkan bahwa James telah bergabung ke dalam klub Prancis, AS Monaco, dengan biaya transfer sebesar 45 juta euro, dan menjadi transfer termahal kedua dalam sepak bola Portugal pada saat itu setelah mantan rekan setimnya, Hulk.

James kemudian menandatangani kontrak selama lima tahun yang membuatnya bertahan dalam klub tersebut hingga 2018. Transfer itu tidak hanya menjadikannya sebagai salah satu yang termahal dalam sejarah klub, tetapi juga dalam sejarah Ligue 1, serta menjadi salah satu transfer pemain termahal di dunia sepak bola. Di AS Monaco ia bermain dalam 38 pertandingan dengan torehan 10 gol dan 14 asis.

Berkat penampilannya bersama Monaco, ia menjadi salah satu bagian tim nasional Kolombia di Piala Dunia Brasil 2014. Memulai turnamen dengan bencana ketika Kolombia mendapatkan kepastian absennya striker andalan mereka saat itu, Radamel Falcao, akibat cedera, James datang mengisi kekosongan yang ditinggalkan dan membawa Kolombia lolos ke perempat-final Piala Dunia untuk pertama kalinya dalam sejarah. Bahkan di saat usianya yang baru menginjak 22 tahun, ia sudah ditunjuk sebagai kapten timnas Kolombia menggantikan Falcao.

Meskipun di babak perempat-final tim asuhan Jose Pekerman takluk dari tuan rumah Brasil dengan skor 2-1, tapi pencapaian Kolombia saat itu patut mendapatkan apresiasi, khususnya bagi James sendiri.

Bagaimana tidak, dari empat pertandingan yang dimainkan Kolombia, James tercatat memperoleh penghargaan Man of The Match (MOTM) dalam tiga laga. Berkat penampilannya tersebut, ia dianugerahi Sepatu Emas dengan raihan 6 gol dari 4 pertandingan. Selain itu, gol yang ia cetak ke gawang Uruguay dinobatkan sebagai gol terbaik Piala Dunia 2014.

Dengan segala catatan di atas, membuat klub raksasa asal Spanyol, Real Madrid, berani menebusnya dari AS Monaco dengan mahar mencapai 75 juta euro. Bagi James, bermain bagi Real Madrid adalah impiannya sejak kecil. Namun, terkadang mimpi tidak sesuai dengan kenyataan.

Bermain di Real Madrid menjadi awal penurunan karier bagi James. Ia gagal membayar ekspektasi publik Santiago Bernabeu. Sempat bermain apik di musim pertamanya bersama Los Blancos dengan bermain di 46 pertandingan seluruh kompetisi, pemain bernomor punggung 10 ini mencatatkan total 17 gol dan 18 asis.

Baca juga: 5 Alasan James Rodriguez Layak Berbaju Arsenal

Namun, didepaknya Carlo Ancelotti membuat James perlahan kehilangan tempatnya di tim utama, baik saat El Real dilatih oleh Rafa Benitez maupun Zinedine Zidane.

Masalah cedera serta perbedaan gaya bermain dengan strategi pelatih membuat James lebih banyak menjadi penghangat bangku cadangan. Dalam dua musim terakhirnya di Real Madrid, James hanya bermain 65 kali dengan catatan 19 gol dan 22 asis. Sangat sedikit bagi pemain sekelas James.

Dengan terbatasnya kesempatan bermain, pada musim 2017/2018 James memutuskan bergabung dengan Bayern Muenchen dengan kesepakatan pinjaman dua tahun disertai opsi pembelian di akhir masa peminjaman. Ia juga bereuni dengan pelatih yang membawanya ke Real Madrid, Carlo Ancelotti.

Di bawah asuhan Don Carlo, James mencatatkan 39 penampilan di seluruh kompetisi dengan catatan 8 gol dan 14 asis. Namun, di akhir musim, pihak Bayern melepas Ancelotti dan menggantikannya dengan Niko Kovac.

Baca juga: Mereka-Mereka yang Layak Dibawa Niko Kovac ke Allianz Arena

Pergantian pelatih kembali membuat James kehilangan tempat di tim utama. Di musim 2018/2019 James hanya bermain dalam 28 pertandingan dengan hanya mencetak 7 gol dan 6 asis. Sungguh sangat kontras dengan catatannya di awal kariernya.

Hingga pada akhir masa peminjamannya, Die Roten memutuskan tidak mengaktifkan klausul pembelian dan mengembalikannya ke Real Madrid. Apesnya, di Real Madrid James pun seperti tidak diinginkan oleh Zidane. Ironi memang, seorang bintang di Piala Dunia 2014 tidak diinginkan oleh dua klub tempat ia bermain.

Harapan kemudian datang lagi. Layaknya seorang ayah yang tidak ingin melihat anaknya terpuruk, Ancelotti ingin membawa James ke Napoli. Namun, sampai saat ini pihak Napoli belum menemukan kesepakatan dengan pihak Madrid terkait transfer James.

Apapun keputusannya, di manapun ia bermain, kita semua berharap jika James mampu kembali lagi ke puncak permainannya, layaknya di Piala Dunia Brasil 2014. Semoga saja…

 

*Penulis adalah seorang Madridista yang sedang menjalani masa kuliah di Teknik Elektro, Universitas Negeri Surabaya. Bisa dijumpai di akun Twitter @Rijalf19.