Editorial

Gabriel Jesus dari Suburbia

Namanya hampir tak terdengar di penyisihan grup, tapi begitu turnamen menjejak fase gugur, ia langsung menjadi penentu. Layaknya sebuah judul lagu yang begitu fenomenal milik Green Day, begitulah cerita Gabriel Jesus di Copa America 2019.

Tiga laga perdana di Copa America 2019 sama sekali bukan panggung Gabriel Jesus. Dari total 8 gol yang dilesakkan armada Tite, tak ada satupun hasil kontribusinya. Sang pemain Manchester City ini hanya tampil 25 menit melawan Bolivia, merumput 45 menit kala bersua Venezuela, dan baru bermain penuh saat berjumpa Peru di laga pamungkas fase grup.

Tak ada yang peduli dengan Gabriel Jesus waktu itu. Publik lebih tertarik membicarakan aksi-aksi Everton Soares, nirbobol Alisson Becker, atau racikan Adenor Leonardo Bacchi alias Tite sang pelatih. Gabriel Jesus? Sekali lagi, tak ada yang peduli, sampai akhirnya momen pembalik itu tiba.

Babak perempat-final, Brasil berhadapan dengan Paraguay. Bermain di bawah tatapan 44.000 pasang mata di Gremio Arena, lini depan Brasil buntu. Selama waktu normal tak ada satupun gol yang tercipta, dan tuan rumah harus menjalani adu penalti.

Brasil yang awalnya jauh diunggulkan, di babak tos-tosan ini peluang lolosnya sama dengan Paraguay, 50-50. Roberto Firmino sempat membuat jantung suporter tuan rumah dag dig dug karena eksekusinya yang menyamping, tapi si bocah 22 tahun yang dulunya bekerja mengecat trotoar, langsung mengambil alih perhatian.

Baca juga: Romario Sarankan Gabriel Jesus untuk Perbanyak Aktivitas Seksual Jelang Piala Dunia 2018

Dia menjadi pahlawan, penentu kemenangan timnya. Sepakannya yang menghujam deras gawang Roberto Fernandez, memastikan langkah Selecao ke semi-final. Sebuah babak yang sempat menjadi mimpi buruk di tahun 2014, dan kali ini dengan pasukan yang berbeda, Brasil coba membayar kesalahan.

Lawan Argentina di laga puncak tak ubahnya final kepagian. Sangat disayangkan dua tim yang paling dijagokan menjuarai Copa America 2019, harus bertemu di babak empat besar. Tapi semesta tampaknya sengaja membuat skenario ini, untuk menjadikannya sebagai panggung Gabriel Jesus berikutnya.

Satu gol diukir Gabriel Jesus di menit 19, memanfaatkan asis Roberto Firmino. Menariknya, di menit 71 keduanya melakukan kontribusi sebaliknya. Gabriel Jesus yang memberi asis ke Firmino, untuk dikonversi menjadi gol kedua Brasil sekaligus gol yang memastikan langkah Tim Samba ke partai puncak.

Nama Gabriel Jesus kembali dielu-elukan. Setelah menjadi penentu kelolosan di perempat-final, kali ini dia menjadi pemain terbaik Brasil di semi-final versi WhoScored. Gegap gempita Gabriel Jesus bersuka ria, karena selain prestasinya secara individu, Brasil juga tinggal selangkah lagi menggenggam trofi yang sudah lama dirindu.

Seperti yang telah dibilang sebelumnya, semesta sepertinya sudah membuat skenario untuk mengangkat nama Gabriel Jesus. Lagi-lagi satu gol dan satu asis diukirnya dengan balutan baju kuning-biru, kali ini di babak final.

Peru yang di fase grup dilibas lima gol tanpa balas tapi tanpa kontribusi signifikan dari Gabriel Jesus, sekarang takluk lagi, dengan skor 1-3, yang dua gol di antaranya adalah kreasi eks pemain Palmeiras tersebut.

Itu saja? Oh tentu tidak. Seperti Cristian Gonzales di final Liga Indonesia 2006, sang pahlawan kemenangan juga mendapat kartu merah. Gabriel Jesus menerima kartu kuning keduanya di menit 70, karena dinilai melanggar pemain Peru.

Meskipun begitu, keunggulan pemain nyatanya bukan situasi yang membuat Peru langsung melejit ke atas angin. Tak ada gol balasan yang mereka cipta, justru kebobolan lagi yang mereka derita.

Skor akhir 3-1, memastikan Brasil meraih gelarnya yang kesembilan di Copa America. Lima medali lagi untuk menyamai torehan Argentina, dan enam trofi lagi untuk menyejajarkan diri dengan Uruguay.

Baca juga: Negara yang Pernah Menjadi Undangan di Copa America

Lagu Jesus of Suburbia ciptaan grup band Green Day, punya lima momen yang terbagi ke sembilan menit durasinya. Jesus of Suburbia di detik pertama sampai menit 1:51, lalu City of The Damned di menit 1:51-3:42, kemudian I Don’t Care di menit 3:42-5:25, selanjutnya Dearly Beloved di menit 5:25-6:30, dan Tales of Another Broken Home di menit 6:30 sampai 9:08 (selesai).

Gabriel Jesus, juga punya lima momen yang mengubah hidupnya dalam 9 tahun, tepatnya 5 tahun ke belakang dan 4 tahun ke depan. Dimulai dari mengecat trotoar sebelum Piala Dunia 2014, direkrut Manchester City dan meraih beragam trofi, menembus timnas dan berlaga di Piala Dunia 2018, lalu menjadi pahlawan timnas di Copa America 2019.

Terus momen kelimanya apa? Sabar bosqu, masih banyak yang bisa dikejar pemuda yang tatonya kembaran sama Neymar ini. Ada Liga Champions, Piala Dunia 2022, dan titel pemain terbaik dunia.

Ronaldo Luis Nazario de Lima pernah bilang Gabriel Jesus adalah masa depan timnas Brasil. Sang senior yang fenomenal itu memang luar biasa. Dia pernah juara dunia dan jadi pemain terbaik dunia, tapi tidak pernah juara Liga Champions.

Hei, Gabriel Jesus. Bisakah kamu melampauinya?