Suara Pembaca

Totti dan De Rossi: Kisah Dua Pangeran yang Kehilangan Takhta

“Pasangan yang tampak mesra di media sosial, sebenarnya sedang tidak berbahagia”. Begitu kata warganet mengomentari setiap pasangan yang kedapatan putus hubungan, padahal sebelumnya sering keliatan mesra di linimasa media sosial. Cuitan ini sepertinya layak disematkan pada hubungan AS Roma dan Francesco Totti, belakangan ini.

AS Roma kehilangan sosok ikonik, usai Francesco Totti undur diri dari lapangan hijau akhir musim 2016/2017 silam. Totti bukan sekadar pangeran di atas gelanggang, ia pun adalah bintang bagi sebagian besar tifosi I Giallorossi.

Praktis, demi mengobati rasa rindu para pendukung, maka sepanjang dua musim terakhir, AS Roma ‘menjual’ nostalgia bersama El Purpone. Tiap pekan, media sosial resmi AS Roma menayangkan aksi-aksi memukau Totti, dari tendangan chip memukau sampai umpan melengkung yang indah.


Namun, semua sekadar citra rupanya. Sepasang kekasih –AS Roma dan Totti– tidak saling berbagi kebahagiaan. Totti yang hadir secara visual lewat nostalgia di media sosial, sebenarnya tak pernah dianggap ada oleh Roma -dalam situasi nyata. Dua musim menjabat sebagai direktur, posisi Totti sebatas angin lalu. Direksi tak benar-benar menghargai sang legenda. Suara Totti dianggap suara sumbang. 

“Mereka tidak pernah mengikutkan saya dalam pembahasan teknik, mereka tidak pernah meminta saya untuk mengekspresikan apa yang saya rasakan,” ujar Totti, seperti dikutip dari Calciomercato.

Kesetiaan selama 30 tahun, dibayar dengan nestapa. Totti kecil yang pernah menolak AC Milan, Totti dewasa yang membuang kesempatan beraksi di Bernabeu, hanyalah secuil kisah biasa bagi AS Roma.

Padahal semua bentuk kesetiaan itu, adalah demi I Giallorossi, keluarga kedua Totti. Kesetiaan memang tak berujung, tapi kebersamaan kadang mesti diakhiri. Totti memilih keluar dari Roma. Sang Pangeran melepas mahkota di kepala.

Baca juga: Kesamaan Jalan Ninja Melody Laksani dan Francesco Totti

Totti tidaklah sendirian. Kisah yang sama diawali, tak lain oleh penerusnya sendiri, Daniele De Rossi. Adagium terkenal, “banyak  jalan menuju Roma”, kini berbalik menjadi “banyak jalan keluar dari Roma”.

Daniele De Rossi pun meninggalkan AS Roma, usai kontraknya tidak diperpanjang lagi oleh pihak manajemen. Kebersamaan selama 18 tahun berakhir sudah. De Rossi mengubur mimpi untuk pensiun di klub ibu kota yang membesarkan namanya.

Besar niatan Capitan Futuro –kapten masa depan– tetap melanjutkan karier di AS Roma sebelum pensiun. Statusnya sebagai pelanjut Franscesco Totti tidak berdampak apa-apa. Pihak klub bersikukuh mengakhiri masa bakti De Rossi di Roma. De Rossi hanya mengenakan ban kapten peninggalan Totti selama dua musim, sepeninggal pensiun sang panutan.

Musim 2018/2019 berakhir pahit bagi De Rossi. Padahal, sang pemain yang kini berusia 36 tahun masih ingin bermain sepak bola, dengan seragam berlogo AS Roma hingga gantung sepatu. Keinginan itu lantas berbuah kecewa. 

“Fakta bahwa kontrak saya tidak akan diperpanjang diumumkan kepada saya kemarin, tetapi saya akan berusia 36 tahun dan saya tidak bodoh,” kata De Rossi dalam konferensi persnya 15 Mei lalu.

Baca juga: Daniel De Rossi, Kapten Bodoh yang Tak Beruntung

Kini, dua legenda hebat AS Roma benar-benar pergi. Dua orang pangeran yang selama ini bersetia. Meski selama bermain, gelar masih belum banyak terbayar, tapi apa yang paling berharga dari sebuah loyalitas? AS Roma seperti kacang yang lupa pada kulitnya. Seenak hati menendang dua pria Roma, yang tumbuh, berbunga, dan mekar di rimbunan rumput Stadion Olimpico.

Banyak fans yang benar-benar marah. Bentangan spanduk cacian dan makian, terpasang di pojok-pojok tribun Olimpico. Di jalanan, ultras Roma berpawai, meneriakkan nama De Rossi, menyanyikan lagu Francesco Totti. Sebagian dari mereka tidak rela andai Totti dan De Rossi benar-benar menanggalkan tahta.

“Tidak ada yang lebih besar dari klub, dari AS Roma. Tidak ada yang namanya tim Totti, atau tim Palotta,” tegas Totti usai berpamitan.

“Saya selalu sedikit bicara karena tidak ada yang perlu dikatakan dan saya tidak ingin membuat gaduh, yang bisa mengganggu tim dan semua orang,” ungkap De Rossi.

Kedua pemain masih ingin melihat Roma yang bahagia. Kedua pangeran mendoakan AS Roma yang bersatu. Kedua kapten mengharapkan masa depan yang cerah untuk keluarga Giallorossi. 

Terima kasih Totti! Terima kasih De Rossi! Mari sama-sama merelakan.

 

*Penulis merupakan blogger dan jurnalis paruh waktu. Penikmat sepak bola dari pinggiran. Dapat ditemui di akun Twitter @bedeweib