Liga Primer Inggris terkenal dengan deretan pemain bintangnya. Tak heran, sorot kamera acap kali tertuju ke kasta tertinggi kompetisi sepak bola di Negeri Ratu Elizabeth ini, karena kilau nama besar sang pemain. Namun demikian, tak semua pemain potensial bisa sukses di liga ini, terutama para wonderkids.
Ada banyak faktor yang memengaruhi jebloknya performa mereka. Mulai dari persaingan dengan pemain yang lebih senior, cedera, dan tidak cocok di skema racikan pelatih.
Berikut ini Football Tribe Indonesia merangkum 11 wonderkids yang gagal bersinar di Liga Primer Inggris. Dulu mereka sempat dinobatkan sebagai pemain masa depan, tapi sekarang kariernya melaju dalam keredupan.
Kiper: Scott Carson
Nama Scott Carson sempat digadang-gadang menjadi kiper utama Liverpool di masa depan. Saat The Reds menjuarai Liga Champions pada 2005, Carson adalah dari bagian skuat itu. Akan tetapi Carson muda masih kalah bersinar dari nama Jerzy Dudek.
Carson memang menjadi andalan di timnas Inggris U-21 pada saat masih membela Leeds, dan kemudian diboyong Liverpool tapi hanya menorehkan 4 laga. Musim ini Scott Carson masih aktif bermain sebagai bagian dari Derby County yang gagal kembali ke Liga Primer Inggris.
Bek: Erik Durm
Ketika masih membela Mainz, Erik Durm disebut sebagai calon pemain muda berbakat dari Jerman. Alhasil Dortmund pun menyegel kesepakatan dengan Mainz untuk mengamankan jasa Durm.
Durm kini bermain untuk Huddersfield Town yang langsung membawanya ke divisi Championship. 28 kali Durm tampil bersama Huddersfield, dan hanya berkontribusi 1 asis. Kini Durm bukan lagi seorang pemain muda, dan harus benar-benar berjuang untuk kembali ke Liga Primer Inggris, terutama menemukan permainan terbaiknya seperti masih bermain untuk Mainz.
Bek: Micah Richards
Micah Richards melakukan debutnya untuk Manchester City pada usia 17 tahun dan secara luas dianggap sebagai prospek defensif paling menjanjikan di Liga Primer Inggris pada waktu itu. Dalam beberapa musim, Micah menjadi bagian penting dari tim utama The Citizens.
Namun, menjelang akhir masa tugasnya di Manchester, penampilannya mulai menurun secara signifikan. Richards pindah ke Aston Villa untuk menghidupkan kembali kariernya tetapi cedera lutut menghentikannya. Dia masih pemain Villa tetapi belum memainkan satu pertandingan dalam dua tahun.
Bek: Jon Flanagan
Cafu pernah berkata bahwa tipikal pemain yang satu ini sangat mirip dirinya. Namun alih-alih mencapai potensi maksimalnya, Flanagan yang berposisi bek kanan di Liverpool justru terjun bebas kariernya.
Setelah menjalani debut di 2011 dan jadi pemain reguler di musim 2013/2014, ia kini menghilang jauh dari sorotan liga top Eropa, karena 'hanya' bermain di tim sekelas Rangers FC dan diasuh langsung oleh sang legenda, Steven Gerrard.
Sayap: Marko Marin
Salah satu produk gagal sepak bola Jerman. Ekspose berlebihan media Jerman kepada Marin membuat Chelsea benar-benar mengirimkan pemandu bakatnya untuk melihat permainan Marin, dan ternyata berujung kegagalan unjuk gigi.
Berita terkini mengatakan Marin akan segera bergabung dengan Ajax Amsterdam. Di usianya yang sudah mencapai 30 tahun, mampukan Marin menemukan kembali performa terbaiknya?
Gelandang: Royston Drenthe
Meskipun Royston Drenthe masih bersikeras bahwa dia dicap tidak adil oleh media sebagai "bad boy", masalah sepertinya tak kunjung henti mengikutinya. Drenthe akhirnya memilih jadi rapper, kemudian pensiun pada usia 29 untuk fokus pada karier musiknya.
Ia pernah bermain untuk Everton, Reading, dan Sheffield Wednesday di Liga Inggris. Meskipun demikian, Drenthe ternyata sempat memilih bermain sepak bola sambil menjadi rapper, karena Drenthe merasa masih ada banyak klub yang mau menggunakan jasanya.
Gelandang: Lewis Holtby
Masih ada yang ingat nama Holtby? Playmaker Jerman ini pernah tampil gemilang bersama Schalke, dan penampilan itulah yang akhirnya membuat Spurs tak ragu merekrut Holtby dari Schalke.
Ternyata Holtby tak sebaik ketika bermain untuk Schalke. Cedera membuat karier Holtby berantakan di Spurs. Total hanya 25 penampilan Holtby selama 2 musim membela panji The Lilywhites.
Sayap: Shaun Wright-Phillips
Salah satu pemain yang diboyong Chelsea di awal era kepemimpinan Roman Abramovich. Shaun Wright-Phillips saat itu didatangkan dari Manchester City seharga 26 juta paun pada tahun 2005.
Ia memang berhasil mencatatkan 125 penampilan dengan torehan 10 gol serta 8 asis, tapi sinarnya kian meredup. Pemain mungil ini kemudian kembali ke City sebelum hijrah ke MLS memperkuat New York Red Bulls.
Penyerang: Bojan Krkic
Di usia 17 tahun 19 hari, Bojan Krkic melakukan debut tim pertamanya dan menjadi debutan termuda Barcelona. Penyerang Spanyol itu disebut-sebut sebagai Messi berikutnya tetapi sekarang bermain untuk Stoke City di Divisi Championship.
Dalam sebuah wawancara baru-baru ini, Bojan mengutip bahwa “panic attack” mencegahnya menjadi pemain kelas dunia.
Penyerang: Ravel Morrison
Di akademi Manchester United, Sir Alex Ferguson menggambarkan Ravel Morrison sebagai pemain terbaik yang pernah dilihatnya pada usia itu. Meskipun bakat dan kemampuannya tidak diragukan, kehidupan pribadi yang bermasalah dan sikap yang tidak profesional menghentikan kemajuannya.
Pada 2015, Morrison meninggalkan Inggris untuk bergabung dengan klub Serie A, Lazio, tetapi gagal tampil mengesankan dan saat ini bermain untuk Atlas di Liga Meksiko. Di usia 25, Morrison mungkin masih membuka potensi sebenarnya, tetapi sepertinya tidak mungkin mengingat moral dari Morisson sangat minus.
Penyerang: Federico Macheda
Old Trafford pernah menjadi saksi bahwa ada seorang pemuda bernama Federico Macheda, yang tampak siap menjadi bintang setelah menjadi penentu gelar juara dengan golnya yang sensasional melawan Aston Villa.
Sayangnya, ternyata Macheda tidak memiliki apa yang diperlukan untuk berhasil di level tertinggi dan gagal menjadi striker masa depan Italia. Pemain berusia 26 tahun itu sekarang bermain di Serie B untuk Novara.