Bila kita menilik sejarah sepak bola Indonesia, Madura bukan merupakan bagian integral dari sejarah besar sepak bola nasional. Atau bila mau dipertegas, sepak bola bagi Madura tak lebih dari olahraga nomor dua di bawah karapan sapi.
Tak banyak catatan sejarah yang menulis mengenai prestasi klub-klub di Madura, bahkan penulis yang sudah 20 tahun lebih dibesarkan oleh rahim Madura kesulitan menemukan referensi lengkap terkait kiprah klub Madura di sepak bola Indonesia.
Sejak kecil, anak anak Madura bahkan mungkin yang cukup dewasa untuk mengerti sepak bola, amat bangga menyebut dirinya sebagai pendukung klub kesayangan pulau sebelah yang dulunya dibatasi selat dengan 45 menit perjalanan feri, Persebaya Surabaya.
Apalagi didukung dengan jarak dan banyaknya masyarakat Madura yang hijrah ke Kota Pahlawan untuk mencari pekerjaan, maka tak ayal lagi Madura adalah salah satu basis Bonek yang cukup besar.
Kehadiran Jembatan Suramadu tahun 2009 tidak hanya memberikan dampak secara politik maupun ekonomi terhadap Madura, namun sepak bola Madura juga ikut merasakan efeknya.
Baca juga: Stadion Gelora Ratu Pamelingan Berganti Nama
Hype sepak bola di Madura mulai terasa sejak kemunculan Persepam Madura Utama yang berlaga di Divisi Utama pada musim kompetisi 2012/2013 hingga kemudian bisa promosi ke kasta tertinggi Indonesia Super League (ISL) musim berikutnya.
Kehadiran Persepam-MU di ISL berhasil menyedot animo masyarakat Madura untuk tak lagi menjadi penonton layar kaca tapi menjadi penonton langsung di stadion. Keberadaan Stadion Gelora Bangkalan yang baru diresmikan pada 2012 sekaligus menjadi homebase Persepam-MU kala itu, memberikan hiburan tersendiri bagi masyarakat Madura.
Cerita sepak bola Madura kemudian meredup seiring pembekuan PSSI oleh FIFA, apalagi ditambah Persepam-MU yang terdegradasi di musim terakhir keberadaan ISL, sebelum berubah menjadi QNB League.
Perlu menunggu hingga dua tahun untuk kembali melihat klub Madura berlaga di kasta tertinggi sepak bola Indonesia,. Kub tersebut adalah Madura United yang lahir pada 2016 hasil dari merger dengan PBR.
Sempat terjadi permasalahan penamaan klub di awal kemunculan, tapi lambat laun Madura United yang disokong kekuatan finansial cukup memadai mulai menjadi kebanggaan masyarakat Madura. Sejak keikutsertaannya dalam ISC A yang berakhir dengan posisi 3 di akhir klasemen, Madura United mulai tumbuh menjadi salah satu kekuatan baru di sepak bola Indonesia.
Baca juga: Air Mata Andik Vermansah
Di luar dukungan finansial, dukungan suporter yang terdiri dari dua basis suporter Madura (K-Conk dan Taretan Dhibi’) adalah poin plus lainnya dari Madura United.
Boleh dibilang meski baru dua tahun muncul, Madura United menjadi fenomena baru bagi sepak bola Madura,. Seolah mempertegas bahwa Madura punya kebaanggan lain bernama sepak bola selain karapan sapi tentunya.
GOJEK Liga 1 musim 2018 merupakan kompetisi liga resmi kedua Madura United. Lewat kemeriahan musim kemarin, tak salah jika penulis menyebut Madura United telah menjadi oase sepak bola Madura yang sudah lama kering pencapaian.
Konsistensi yang ditunjukkan dalam dua musim ini memberikan harapan baru bagi masyarakat Madura bahwa mungkin tidak lama lagi oase tersebut akan dipermak lewat kehadiran gelar juara.
Salam Settong Dhere.