Berita Nasional

Air Mata Andik Vermansah

Tangis Andik Vermansah pecah usai laga. Bersama rekan-rekannya Andik berdiri melingkar di tengah Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya. Ini adalah kali pertama bocah yang dibesarkan Bajul Ijo pulang ke rumahnya usai lama merantau ke negara tetangga.

Semula Andik nampak ragu saat hendak bergabung dengan rekannya untuk melakukan penghormatan usai laga. Sebuah tradisi yang selalu dilakukan seluruh anggota tim Persebaya bersama pendukung setianya. Namun Otavio Dutra, sahabat lama Andik Vermansah, coba menyakinkan. Diiringi sambutan Green Nord Andik Vermansah, Otavio Dutra, dan Hansamu Yama melangkah menyusul pemain lainnya.

“Saat ini… Kita, Dipertemukan kembali. Kutinggalkan… Semua, Demi mengawalmu lagi…”

Stadion Gelora Bung Tomo mulai menggema. Lebih dari lima puluh ribu Bonek serentak menyanyikan lagu penghormatan untuk pemain yang telah berjuang di lapangan. Saat-saat Song of Pride dinyanyikan memang selalu menjadi saat magis di akhir laga.

“Kukorbankan semua untuk kau sang pahlawan… Kan ku bela dengan penuh rasa bangga di dada.”

Baca juga: Andik Vermansah, dari Kedah FA ke ‘Saudara Persebaya’

Andik yang semula gagah bermain 35 menit di akhir derby Jawa Timur tidak lagi mampu membendung air matanya. Di tengah gemuruh seisi stadion, pemain 27 tahun itu menunduk, menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.

Menghadap tribun barat bersama Rendi Irwan, Misbakhus Solikin, dan Otavio Dutra, pemain yang mengawali perjalanan sepak bola bersama Persebaya U-18 hanya menunduk selama Song of Pride dikumandangkan. Rendi dan Dutra yang persis di sebelahnya memberi pelukan seraya ucapan selamat kembali pulang. Seisi stadion tidak mau ketinggalan. Tepuk tangan mengiringi langkah pemain yang dipuji meninggalkan lapangan pertandingan.

Laga antara Persebaya Surabaya menghadapi Madura United memang laga emosional untuk Andik Vermansah. Penggawa timnas tersebut pulang untuk pertama kalinya bukan sebagai rekan, tapi sebagai lawan.

Sepulangnya dari Malaysia, Andik memilih pulang ke Jawa Timur. Namun bukan Surabaya, tapi Madura yang menjadi tempatnya berlabuh. Bukna Persebaya bersama Bonek yang setia menanti yang menjadi pilihan, tapi Madura United yang menjadi tempat melanjutkan cerita.

Baca juga: Sibuknya Madura United di Bursa Transfer 2019

Meski tidak lagi bersama, Andik memastikan cintanya untuk Persebaya beserta Bonek tidak ada yang berubah. Kabarnya, demi cintanya, Andik membuat kesepakatan bersama klub barunya untuk tidak bermain menghadapi sang mantan. Sebagai pemain profesional Andik mengakui profesionalismenya telah kalah oleh hatinya.

Jelang laga, Andik memberi sedikit penjelasan kepada Bonek akan dilema yang dirasakan. Melalui unggahan berjudul “dipertemukan kembali” di akun @andikvermansah, Andik menegaskan janjinya untuk tidak bermain menghadapi kebanggaanya sejak kecil. Tidak main-main. Ia menegaskan akan memilih pensiun bila janjinya teringkari.

https://www.instagram.com/p/BvxkdszABp0/

Andik kemudian menggambarkan betapa sulitnya menghadapi momen pertemuan setelah 6 tahun berpisah. Namun untuknya, tetap ada tanggung jawab yang harus dijalankan. Baginya, semua yang dijalankan adalah bagian upaya membanggakan Surabaya dan Persebaya, hanya saja dengan logo yang berbeda.

Kemudian Andik menegaskan, sebagai Bonek sejati tidak ada yang lebih besar dari tim kebanggaan bersama. Mungkin termasuk nama Andik Vermansah yang tidak akan dan tidak boleh lebih besar dari nama Persebaya.